Arrogant Husband

Kejahatan Dibalas Dengan Kebaikan



Kejahatan Dibalas Dengan Kebaikan

0Agam sudah berada di kantor polisi dan saat ini sudah berhadapan langsung dengan Reva. Wajah wanita itu agak sendu dan sedikit pucat. Kantung matanya pun semakin membesar. Hal itu, tentu saja membuat Agam jadi cemas bukan main.     
0

"Kantung matamu besar sekali. Apa kau tak tidur semalaman?"     

"Iya, Gam. Aku tak bisa tidur dengan nyaman sekarang. Pikiranku selalu terganggu dengan masalah ini."     

Mendengar hal itu, Agam langsung memeluk tubuh Reva dengan erat. Sehingga menyebabkan wanita itu terkejut. Ia ingin membuat Reva semakin menjadi tenang.     

Agam mengelus-elus rambut panjang milik Reva, serta mengucapkan kata-kata yang manis ke telinga Reva.     

"Va, aku akan selalu berada di sampingmu. Aku tak sanggup bila harus jauh darimu," ucap Agam.     

Reva tak kuasa lagi menahan tangis. Ia terharu dan menitikkan air mata. Sangat terpukul dengan keadaan ini, yang mengharuskannya di dalam penjara. Andai saja, ia tak membunuh Pak Surya, mungkin lain lagi ceritanya.     

Agam juga merasa sedikit menyesal, karena dirinya dulu yang sudah mengumpulkan barang bukti untuk menjebloskan Reva ke dalam penjara. Alhasil, dirinya sekarang tak bisa bersama-sama lagi dengan wanita pujaan hati.     

"Sudahlah, jangan menangis, Va. Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu."     

"Aku berada di penjara ini dalam waktu yang lama sekali. Aku takut, kalau hatimu akan berubah suatu hari nanti." Reva merasa cemas. Ia takut kalau Agam akan berpaling darinya dan pria itu memilih wanita lain untuk menjalani hidup berumah tangga.     

Agam jadi terdiam. Ia merasa takut dengan hal ini. Apakah dirinya sanggup menunggu Reva selama itu? Ataukah dalam beberapa tahun nanti, dirinya sudah mampu melepaskan bayang-bayang Reva dan mencari wanita lain.     

"Kenapa kau mencemaskan hal itu, Va. Apa yang terjadi sekarang, nikmatilah. Aku berada di dekatmu sekarang, kan?"     

"Iya, Gam." Reva mengangguk-angguk.     

***     

Bu Angel saat ini sedang istirahat di dalam kamar. Wanita paruh baya itu kemudian meraih sebuah bingkai foto yang di dalamnya ada gambar Pak Surya. Di foto itu, mereka berdua terlihat begitu mesra dan berpelukan. Sekuat hati, Bu Angel berusaha untuk tak menangis lagi.     

"Ayah di sini terlihat tampan." Bu Angel mengusap bingkai foto itu dengan perlahan. Ia mengingat mendiang sang suami yang sudah tiada.     

Bu Angel pun sudah lega sekarang karena sang pembunuh suaminya tertangkap. Reva berhasil dijebloskan ke dalam penjara dan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.     

Kenangan-kenangan yang manis, selalu saja berputar di kepala Bu Angel. Saat dirinya masih bersama dengan Pak Surya waktu dulu. Mereka menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis dengan mempunyai satu orang putra.     

"Maafkan ibu, ya, yah karena masih belum mampu untuk membahagiakan ayah sepenuhnya." Bu Angel tampak merasa bersalah.     

Ia juga mengingat saat-saat Pak Surya marah. Saat sang suami tak mengizinkannya ke rumah Saga dan bertemu dengan Alisa. Kini, sekarang tak ada larangan lagi untuk Bu Angel.     

Walaupun begitu, Bu Angel, Saga, dan Alisa sudah memaafkan kesalahan Pak Surya selama masih hidup. Hidup ini terasa hampa, ketika kita sudah ditinggalkan oleh seseorang. Itu menjadi pukulan yang telak untuk Bu Angel sekarang.     

Tok! Tok!     

Tiba-tiba, Alisa masuk ke dalam setelah mengetuk pintu. Wanita itu tersenyum manis ke arah Bu Angel.     

"Bu," panggil Alisa. "Bagaimana keadaan ibu sekarang?" Ia merasa khawatir dengan keadaan sang ibu mertua.     

"Ibu baik-baik saja, Nak. Tidak apa-apa kok." Bu Angel menjabat tangan Alisa dan mengelus tangan itu dengan lembut.     

Wanita yang berada di depannya sekarang merupakan salah satu orang yang ia sakiti dulunya bersama dengan Pak Surya. Mengingat kejadian dulu, Bu Angel sangat merasa bersalah pada Alisa.     

"Nak?"     

"Iya, Bu? Ada apa?"     

"Maafkan kesalahan ibu dan ayah waktu dulu, ya. Kami berdua memang benar-benar tak memperlakukanmu dengan baik sebagai menantu kami."     

Alisa tersenyum singkat dan mengembuskan napas panjang. Dari dalam lubuk hati, ia sudah memaafkan kesalahan mertuanya sendiri.     

"Bu, aku sudah memaafkan kesalahan ibu dan juga ayah. Jadi, tak usah pikirkan hal itu lagi, ya. Kita fokus saja dengan kehidupan yang sekarang. Sebentar lagi kan, ibu akan punya cucu baru." Alisa sambil mengelus-elus perutnya yang masih terlihat kecil.     

"Sungguh hatimu sangat baik, Nak. Ibu sangat menyesal karena telah memperlakukanmu dengan tidak baik waktu itu. Ibu dan ayah selalu saja emosi padamu dan mengata-ngataimu dengan hal yang tak pantas."     

Bu Angel dan Pak Surya dulunya sering sekali menyebut Alisa sebagai wanita miskin dan tak berpendidikan tinggi. Namun, sekarang ia sungguh menyesal atas semua yang terjadi.     

Alisa sudah memaafkan Bu Angel dengan setulus hati. Ia juga meminta pada sang ibu mertua agar tak mengungkit masalah ini lagi. Ia dan Saga sudah melupakan hal itu.     

"Bu, itu sudah menjadi masa lalu di antara kita. Jadi, ibu lupakan saja ya. Lagi pula, keluarga kita sudah rukun dan damai," ujar Alisa.     

"Iya, Nak."     

Alisa langsung mencium punggung tangan Bu Angel dengan penuh hormat. Ia mencium tangan itu cukup lama. Bu Angel pun jadi terenyuh seketika.     

"Saga memang beruntung mendapatkan seorang istri sepertimu, yang baik, cantik, dan berhati mulia. Apa jadinya kalau ibu dan ayah dulu menjodohkan Saga dengan Reva?" Bu Angel geleng-geleng kepala. Ia tak mau mendapatkan sosok menanu seperti Reva.     

"Terima kasih, Bu. Aku juga sangat senang bisa mendapatkan suami seperti Saga dan ibu mertua seperti dirimu, yang sangat baik hati."     

Kejahatan dibalas dengan kebaikan. Mungkin inilah yang terjadi sekarang. Setelah cukup lama, Alisa tak direstui oleh orang tua Saga, akhirnya ia sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut dan diterima dengan baik. Inilah buah dari kesabarannya selama ini.     

"Tapi, dulu kan, ibu jahat banget sama kau, Nak."     

"Bu, tak usah pikirkan itu lagi ya. Mending sekarang ibu istirahat aja." Alisa menyampirkan selimut ke arah tubuh Bu Angel.     

Kedua wanita itu tampak saling melempar senyuman. Baik Alisa atau juga Bu Angel sama-sama terlihat senang. Mereka berdua sudah sangat akrab, layaknya seperti ibu dan anak. Apabila Bu Angel sedang bersedih, maka ia siap untuk menghapus kesedihan itu.     

Alisa pun minta izin untuk ke luar dari kamar Bu Angel. Ia ingin sang ibu mertua istirahat dan tidur. Ketika dirinya sudah berada di ambang pintu, Alisa kembali menoleh karena panggilan Bu Angel.     

"Terima kasih, Nak, atas segalanya. Kau memperlakukan ibu sebagai ibu kandungmu sendiri."     

"Iya, Bu. Sama-sama. Mending ibu tidur saja ya. Jangan pikirkan hal yang berat-berat."     

"Iya, Nak." Bu Angel tersenyum manis ke arah Alisa.     

Akhirnya, Alisa pun sudah ke luar dari kamar Bu Angel. Wanita paruh baya itu tampak mencoba untuk memejamkan kedua matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.