Arrogant Husband

Ingin Bulan Madu Lagi



Ingin Bulan Madu Lagi

0"Sayang?" panggil Saga pada istrinya.     
0

"Iya, Sayang?"     

"Apa kau mau berbulan madu lagi ke Paris? Sudah cukup lama kita tak jalan-jalan berdua, kan?"     

Saga ingin mengajak Alisa untuk berbulan madu. Ia ingin membuat sang istri merasa bahagia. Sudah cukup, penderitaan yang mereka lewati.     

"Kalau kita bulan madu, bagaimana dengan Ibu dan Lisa di rumah? Ibu pasti kesepian di sini. Dan, si kecil pun pasti akan rewel kalau tak ada aku." Alisa kepikiran dengan Bu Angel dan juga sang anak.     

"Kita akan bicarakan hal ini dengan Ibu. Kita juga tak akan lama di sana kok." Saga mengajak Alisa pergi menemui Bu Angel.     

Sepasang suami istri itu pun lekas ke luar dari kamar, menuruni anak tangga, dan sudah berdiri di depan kamar Bu Angel. Saga mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah itu, keduanya menatap wanita paruh baya itu sedang duduk di atas ranjang.     

"Saga, Alisa ...." Bu Angel menyuruh keduanya untuk lebih mendekat.     

Alisa kini duduk berdua dengan Bu Angel di atas ranjang, sedangkan Saga tengah berdiri di sampingnya. Saga ingin membicarakan hal ini pada ibunya sendiri.     

"Bu, aku dan Alisa berencana akan bulan madu lagi ke Paris. Apakah tidak apa-apa?" tanya Saga pada Bu Angel.     

Sedari tadi, Alisa merasa tak enak untuk berkata terus terang. Namun, Saga sepertinya memang tak sabar lagi untuk bulan madu bersama. Mereka pun menunggu jawaban dari Bu Angel.     

"Tidak apa-apa, Nak. Kalian pergilah bulan madu dan bersenang-senang di Paris." Bu Angel tersenyum ke arah Saga.     

"Tapi, apakah Ibu tak merasa kesepian di rumah?" Alisa bertanya pada Ibu mertuanya. Ia tak tega, kalau meninggalkan Bu Angel di rumah sebesar ini. "Lalu, si kecil bagaimana?"     

"Kenapa Ibu harus kesepian di sini, Nak? Banyak sekali pelayan dan anak buah ada di sini, juga ada Anton yang sering menemani Ibu, kok. Jadi, kalian pergilah berdua. Lisa kecil akan ibu jaga dengan sebaik mungkin. Kalian tak usah khawatir."     

Bu Angel memberikan izin pada Saga dan Alisa untuk bulan madu ke Paris. Pria itu sangat senang karena telah diberi izin. Namun, berbeda dengan Alisa yang masih tak karuan rasa karena harus meninggalkan Bu Angel dan juga anaknya.     

"Aku dan Alisa tak lama kok, Bu, di sana. Paling cuma tiga hari saja," ujar Saga.     

"Terserah kalian saja. Mau cuma tiga hari atau bahkan lebih, bersenang-senanglah. Jangan khawatirkan Ibu di sini." Bu Angel mengusap-usap pergelangan tangan Alisa dan menatap Saga dengan penuh keteduhan.     

Saga akhirnya bernapas lega. Alisa juga turut senang mendengarnya. Ia percaya sepenuhnya pada Bu Angel untuk menjaga si kecil dengan baik. Wanita paruh baya itu amat sangat menyayangi Lisa, anak Saga dan Alisa.     

Bu Angel menatap keduanya dengan tatapan teduh. Ia mengizinkan mereka berdua pergi ke Paris, karena Saga dan Alisa memang perlu rekreasi untuk menghilangkan kesedihan ini. Bu Angel sudah tak merasa sedih lagi sekarang. Ia pun yakin, kalau suaminya di sana dalam keadaan tenang di Surga.     

"Bu, sekali lagi aku bertanya, apakah Ibu tidak apa-apa di sini?"     

"Iya, Nak. Ibu tak apa-apa. Pergilah bersama dengan Saga. Jangan khawatirkan Ibu dan juga si kecil nanti."     

"Ba–baiklah kalau begitu, Bu. Terima kasih banyak, ya." Alisa langsung memeluk Ibu mertuanya dengan hangat.     

Saga dan Alisa pun izin pamit untuk pergi ke kamar. Mereka berdua akan istirahat dulu dan besok paginya akan packing barang.     

Setelah keduanya sudah tak berada di dalam kamar, Bu Angel tampak termenung. "Sudah saatnya mereka harus bahagia dan libur bersama seperti ini. Untuk menebus kesalahanku dan juga suamiku dulu yang pernah mengerjai mereka dengan berpura-pura sakit. Maafkan ibu, Nak, karena ibu, kalian tak merasa nyaman liburan di Paris waktu itu."     

***     

Saga hari ini tak pergi ke kantor karena dirinya sibuk packing barang untuk berbulan madu. Sang istri masih saja berdiam diri di atas tempat tidur sambil menatap ke arah keranjang bayi.     

"Sayang?" Saga memanggil istrinya dan menghampiri ke tempat tidur. "Kenapa melamun?"     

"Tidak apa-apa. Aku masih kepikiran ibu dan si kecil saja."     

"Ibu kan sudah bilang, tak perlu dipikirkan. Ibu akan menjaga anak kita dengan baik. Kita pun pergi tak akan lama kok di sana. Ayolah, Sayang." Saga merengek seperti anak kecil kepada Alisa.     

"Iya, Sayang. Baiklah, kita akan pergi bersama ke Paris."     

Kemudian, Alisa tersenyum manis ke arah Saga. Ia setuju untuk pergi bersama berbulan madu ke Paris.     

"Baiklah, kalau begitu. Tolong bantu aku packing barang, Sayang," ucap Saga.     

Alisa pun membantu Saga untuk membereskan barang-barang bawaan ke dalam koper besar. Besok pagi, mereka berdua akan berangkat bulan madu. Saga sudah memesan dua tiket untuk pergi ke sana.     

***     

"Anton, selagi aku pergi bersama Alisa, tolong jaga Ibu dan anakku dengan baik, ya. Jangan biarkan Ibu ke luar sendirian. Jaga rumah baik-baik," ucap Saga memberi perintah pada Anton.     

"Baik, Ga. Kau tak usah mengkhawatirkan hal itu. Aku akan menjaga Ibu dan anakmu dengan baik."     

Saga merasa lega karena Ibu dan anaknya berada di tangan orang yang tepat. Bersama dengan Anton, mereka akan aman. Ia percaya bahwa Anton akan menepati janjinya.     

"Baiklah, terima kasih banyak."     

"Iya, Ga, sama-sama. Semoga kau dan juga Alisa bersenang-senang di sana." Anton menepuk-nepuk pundak Saga.     

Mereka berdua lalu berbincang-bincang. Kedua pria itu tampak duduk bersama di taman belakang. Saga dan Anton kini sudah menjadi sahabat dekat. Keduanya pun tak terpisahkan.     

"Ton?" panggil Saga.     

"Iya, Ga?"     

"Apa kau tak berniat untuk mencari seorang pendamping hidup?"     

Anton menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal ketika mendapat pertanyaan dari Saga. Pria itu bingung harus menjawab apa.     

"A–anu ...."     

"Anu kenapa, Ton?"     

"Aku merasa masih belum ada yang cocok, Ga. Nanti saja, pasti akan kudapatkan."     

Anton pun ingin segera menyusul Saga, menikah bersama dengan wanita yang ia cintai. Namun, sampai sekarang masih belum menemukan yang pas juga di hati. Anton bersabar dan menunggu sang jodoh datang padanya.     

"Oh, baiklah kalau begitu. Aku akan mendoakanmu yang terbaik, Ton. Semoga kau segera mendapatkan jodoh yang tepat."     

"Aamiin."     

"Kau adalah sahabatku. Jadi, aku pasti akan selalu mendoakanmu yang terbaik. Kau pun telah banyak berjasa padaku dan juga keluargaku."     

"Iya, Ga, sama-sama. Karena aku telah menganggapmu sebagai keluargaku sendiri. Aku sayang dengan kalian."     

Mereka berdua sama-sama menikmati semilir angin yang berembus di taman belakang. Keduanya tampak asyik berbincang-bincang, sampai Saga pun jadi lupa sendiri, bahwa masih ada barang yang belum dipacking.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.