Arrogant Husband

Dicium



Dicium

0Melati sedang berada di kamar Alisa. Kamar ini sangatlah luas. Ia menatap penuh takjub pada sekeliling kamar ini. Kamar dengan nuansa berwarna putih itu, tampak membuatnya merasa nyaman.     
0

"Mel, ini kamarku," ujar Alisa.     

"Wah ... kamarmu sangat bagus, Sa. Luas juga."     

"Apakah kau senang tinggal di sini?"     

"Tentu saja, Sa."     

Alisa mengajak Melati untuk menghampiri keranjang sang anak. Bayinya masih tidur dengan pulas. Sudah hampir delapan bulan usia si kecil.     

Melati menatap bayi itu dengan gemas. Tiba-tiba saja, ia pun ingin segera punya anak. Mempunyai anak bersama dengan Joseph kelak.     

"Anak kau lucu, Sa. Aku jadi gemas sendiri melihatnya."     

Alisa tersenyum senang ke arah Melati. Selain memperkenalkan sang anak padanya, ia juga memperlihatkan barang-barangnya untuk dibawa besok bepergian.     

"Sa, kau dan Saga hati-hati di sana, ya. Lekaslah nanti pulang ke sini."     

"Iya, Mel. Aku pasti akan segera pulang dan bertemu dengan kalian lagi."     

Karena sudah lama tak bertemu, maka Alisa ingin memberikan sesuatu pada sahabatnya itu. Anggap saja sebagai hadiah istimewa. Melati jadi dibuat bingung dengan tingkah Alisa yang membuka nakas dan mengacak-acak isi dalamnya. Seperti sedang mencari sesuatu.     

"Nah, ketemu!" pekik Alisa. Ia pun mulai menyodorkan kotak berbentuk love dan berwarna merah hati itu pada Melati. "Ambillah."     

"Apa ini, Sa?"     

"Buka saja. Kau pasti akan suka."     

Melati pun mulai membukanya. Ia terkejut melihat kalung yang mewah di dalam sana. Matanya begitu terpukau dan seakan tak percaya.     

"I–ini untuk siapa?" tanya Melati pada Alisa.     

"Untukmu, Mel. Ambil saja."     

Melati merasa ragu untuk mengambil pemberian dari Alisa itu. "Tidak usah, Sa. Aku membantumu seperi ini, tulus dan ikhlas kok. Tak berharap apa pun darimu."     

"Aku juga ikhlas memberikan hadiah ini padamu." Alisa tetap menyodorkan kotak berbentuk love itu pada Melati.     

Melati merasa tak enak karena Alisa memberikannya kalung semewah ini. Apa jadinya nanti, kalau ia kukuh menolak?     

Alisa tetap bersikeras dan menyuruh Melati untuk segera memakai kalung pemberiannya. Hingga, pada saat ini Melati mau mengenakan kalung itu.     

"Ambil saja, Mel. Aku ikhlas memberikan ini padamu."     

"Sa, terima kasih banyak, ya. Aku tak menyangka akan dapat hadiah sebagus dan semahal ini."     

"Iya, sama-sama."     

Kini, kalung cantik nan mewah itu telah terpasang di leher jenjang Melati. Wanita itu semakin terlihat cantik saat mengenakannya. Alisa jadi senang bukan main. Ia ingin sahabatnya bisa merasakan hal seperti ini.     

"Oh, ya, kapan kau dan Joseph menikah, Mel? Aku sudah tak sabar lagi ingin melihatmu menikah dengan pria yang kau cintai." Ucapan Alisa mengejutkan Melati dengan tiba-tiba.     

Wanita itu tampak bingung harus menjawab pertanyaan Alisa seperti apa. Di satu sisi, ini merupakan awal-awal perkenalan dan masih jadian. Jujur saja, Melati tak mau terburu-buru dulu untuk mengikat hubungan ini menjadi lebih serius lagi.     

"Sebenarnya, aku sangat mencintai Joseph, tapi aku juga tak mau kalau terburu-buru seperti ini, Sa. Joseph juga ingin secepatnya nikah, tapi aku masih belum siap." Melati menuturkan bahwa dirinya masih merasa ragu. Ia juga belum siap seratus persen.     

"Iya, Mel. Aku menghargai keputusanmu itu. Tapi, alangkah baiknya, kalau ada pria yang ingin melamarmu dan dia berniat serius, maka disegerakan saja." Alisa tersenyum ke arah Melati.     

Kedua wanita berparas cantik itu duduk berdua di atas ranjang. Alisa sangat mengerti dengan perasaan Melati sekarang, sama seperti dirinya dulu yang dipaksa Saga untuk segera menikah, padahal waktu itu Alisa masih belum siap sama sekali.     

"Makasih, Sa, kau sangat menghargai keputusanku ini. Kau memang sahabatku yang paling baik."     

Mereka pun lantas berpelukan dengan erat. Melati dan Alisa sudah cukup lama tak bertemu, maka dari itu, keduanya ingin meluapkan rasa rindu di hati masing-masing.     

Namun, tiba-tiba muncullah Saga dari balik pintu. Pria itu agak sedikit terkejut karena melihat Melati ada di kamar ini.     

"Ah, maafkan aku karena masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu." Saga berniat akan berlalu pergi dari sini.     

Namun, Melati berteriak dan meminta Saga untuk kemari bersamanya. "Saga, sini sebentar!" Pria itu akhirnya mendekat dan duduk di samping Alisa.     

"Ada apa, Mel? Kenapa kau memanggilku?"     

"Tolong jaga sahabatku ini dengan baik, ya, Ga. Hanya dia sahabat terbaikku," ucap Melati kepada Saga. "Jangan pernah kecewakan hatinya."     

Saga dan Alisa pun saling bertatapan. Keduanya merasa sama-sama saling jatuh cinta lagi. Ucapan Melati membuat mereka jadi terenyuh.     

"Pasti akan kuperlakukan Alisa dengan sebaik mungkin. Akan aku jadikan dia ratu dalam hatiku." Saga mengedipkan sebelah mata pada sang istri.     

Alisa berusaha untuk tak terlihat salah tingkah sekarang di depan sahabatnya sendiri. Ia berusaha untuk tetap biasa-biasa saja.     

Karena tak ingin mengganggu keromantisan Saga dan Alisa, Melati pun inisiatif ingin ke luar dari kamar ini.     

"Hm, aku ke luar dulu, ya. Kalian berdua di dalam saja. Aku ingin bertemu dengan Joseph dulu."     

"Oh, baiklah. Joseph sedang ada di luar bersama dengan Anton."     

"Oke, Ga."     

Melati pun melangkah ke luar dari kamar ini dan bergegas menghampiri sang kekasih di luar. Melihat keromantisan Alisa dan Saga, ia pun ingin juga merasakan keromantisan bersama dengan Joseph. Pria itu selalu membuatnya merasa nyaman.     

Saat ini, Melati sudah berada di ambang pintu. Joseph dan Anton langsung memandanginya. Sang kekasih langsung menghampirinya.     

"Sayang ...," ucap Joseph.     

"Baiklah kalau begitu, Jo. Aku mau ke belakang dulu." Anton paham dan bergegas ke belakang. Ia memberikan ruang untuk Joseph dan Melati.     

Pria itu mendekat dan menggenggam tangannya. Joseph terkejut melihat sebuah kalung yang sudah terlingkar di leher Melati.     

"Sayang, ini kalung siapa?" tanya Joseph.     

"Oh, ini?" Melati memegang kalungnya dan memperlihatkannya pada Joseph. "Ini pemberian dari Alisa. Baru saja dia mengasihkan kalung ini padaku."     

Joseph manggut-manggut dan menyuruh Melati untuk terus memakai kalung tersebut. "Ya sudah kalau begitu. Kau pakai kalung ini betul-betul, ya. Jangan pernah dilepas kalungnya."     

"Iya, Sayang. Aku tak akan melepaskan kalung pemberian dari Alisa ini."     

Bagi Melati, kalung pemberian Alisa sangatlah berharga. Ia akan menjaga kalung itu seperti menjaga dirinya sendiri. Joseph langsung mengecup keningnya singkat, hingga lagi-lagi membuatnya jadi berdebar tak karuan.     

"Kau ini, selalu saja bisa mencuri kesempatan!" Melati mengembuskan napas panjang dan merengut sebal.     

"Tak usah merengut seperti itu. Kau juga suka kan, saat aku perlakukan begitu?"     

Tak bisa dipungkiri, bahwa Melati memang menyukai perhatian dari Joseph. Pria itu selalu bisa membuatnya merasa nyaman. Joseph juga selalu memberikannya saran dan nasihat akan sesuatu.     

"Iya, suka sekali. Terima kasih atas ciumannya, Sayang." Melati lalu membalas mencium sebelah pipi Joseph. Pria itu langsung tak bisa berkata apa pun lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.