Arrogant Husband

Panorama Indah di Paris



Panorama Indah di Paris

0Joseph tak melanjutkan lagi ucapannya, membuat Melati tampak menunggu. Wanita itu lalu menggoyang-goyangkan tangan Joseph dengan sedikit bertenaga.     
0

"Jo, ada apa kau memanggilku?"     

Melati yang penasaran pun jadi dibuat tak sabar menunggu apa yang akan diucapkan olehnya. Wanita itu meminta kejelasan sekarang.     

"Apa yang akan kau katakan, Jo? Bicaralah. Jangan buat aku penasaran seperti ini."     

"A–anu ...."     

"Anu apa, Jo? Bicara yang benar." Melati mendesak Joseph untuk bicara yang sejujurnya.     

"Aku ingin ...."     

Melati mengembuskan napas panjang melihat kelakuan sang kekasih. Masih saja Joseph mencoba untuk mempermainkannya. Pria itu terlihat menggaruk-garuk kepala yang tak gatal.     

"Jo, cepat bicaralah. Kau ingin mengatakan apa sebenarnya?" Melati merengut sebal karenanya.     

Joseph langsung meraih dagu lancip Melati dan ingin sekali mencium bibir mungilnya di sana. Namun, dengan sekuat mungkin Joseph berusaha untuk tak terhasut oleh hawa nafsunya sendiri. Melati benar-benar telah membuatnya jadi mabuk kepayang. Saat ini, sang kekasih terus saja mendesaknya agar berkata jujur.     

Ekspresi Melati yang seperti ini sungguh membuat Joseph benar-benar selalu jatuh cinta. Ia pun dengan sengaja membuat Melati merasa penasaran dan menunggu ucapannya.     

"Kau sangat cantik, Sayang, kalau lagi seperti ini. Jadi, teruslah merengut seperti ini, ya."     

"Ih, kau menyebalkan sekali, Jo!" Melati memukul pergelangan tangan Joseph dengan sedikit tenaga.     

Sang kekasih merasa kesal karenanya. Joseph pun minta maaf karena kejahilannya ini.     

"Sayang, jangan merengut lagi, ya. Baiklah, aku akan berkata jujur sekarang."     

Melati menoleh ke arah wajah Joseph dan menatap manik matanya. Pria itu pun tersenyum geli.     

"Aku ingin segera melamarmu. Aku dan kau akan menikah."     

Ucapan Joseph tadi sukses menggetarkan relung hatinya. Kini, Melati tak bisa berucap kata apa pun. Wanita itu masih tak menyangka dan menatap Joseph dengan tidak percaya.     

Melati menutup mulut dengan kedua tangan. Ia sungguh tak menyangka akan segera dilamar oleh Joseph. Pria berkulit putih nan bertubuh gagah itu masih menatapnya lekat.     

"Apa kau serius dengan ucapanmu itu, Jo?"     

"Iya, Mel. Aku sangat serius dengan ucapanku. Aku akan segera menikahimu secepatnya."     

Perasaan Melati sekarang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Wanita itu sangat senang sekali. Semoga apa yang dikatakan oleh Joseph memang benar adanya dan mereka berdua memang berjodoh.     

Joseph tak akan berbohong dalam hal seperti ini. Pria itu memang sungguh-sungguh ingin lamar Melati menjadi istrinya. Tanpa Melati, hidup Joseph akan terasa hampa.     

"Kau mau kan menjadi istriku nanti?" tanya Joseph.     

"Tentu saja aku mau, Jo. Aku sangat senang sekali."     

Joseph bahagia karena Melati mau menjadi istrinya. Rasa ingin memiliki wanita itu sepenuhnya pun kian menggebu-gebu. Tak sabar lagi ingin menjadikan Melati sebagai pelabuhan cintanya yang terakhir.     

Joseph langsung memeluk tubuh Melati dengan erat. Wanita itu juga membalas pelukannya. Ia berulang kali mengucapkan terima kasih karena Melati mau menerimanya.     

"Terima kasih, Sayang. Pernikahan kita akan digelar secepatnya. Aku berjanji dan tak akan menunda hal baik."     

Melati sontak mengangguk ke arah Joseph. Lantas, terlihat Bu Angel yang tampak menuruni anak tangga untuk menghampiri mereka di ruang tamu. Joseph dan Melati langsung menyambut Bu Angel dan mempersilakannya duduk bersama.     

"Ayo, Bu, silakan duduk," ucap Melati sambil tersenyum.     

Melihat mimik wajah Melati yang terus tersenyum, membuat Bu Angel merasa penasaran dan ingin bertanya.     

"Mel, sepertinya kau kelihatan senang sekali. Memangnya ada apa?"     

Melati sontak melirik Joseph sekilas. Bagaimana tidak merasa senang, karena sebentar lagi dirinya akan melangkah bersama Joseph menuju ke pelaminan.     

"Bu, Joseph serius ingin mengajakku nikah dalam waktu dekat ini." Melati bersorak senang.     

Bu Angel tak kalah senang daripada mereka berdua. Wanita paruh baya itu mendoakan yang terbaik untuk pasangan ini. Bu Angel sudah menganggap Melati seperti anak kandungnya sendiri.     

"Ibu akan mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua. Apa pun yang kalian inginkan, semoga saja dikabulkan. Dan, juga nanti pernikahan kalian akan berjalan dengan lancar.     

"Aamiin." Joseph dan Melati tampak kompak bersahutan menjawab Bu Angel.     

Kini, mereka berdua akan segera melangkah ke jenjang pelaminan. Melati dan Joseph sangat senang sekarang. Mereka akan segera menyusul Saga dan Alisa, yang sudah lebih dulu mengarungi bahtera rumah tangga.     

Melati pun tak sabar lagi ingin menjadi istrinya Joseph. Ia berharap agar rumah tangganya kelak bersama dengan pria itu akan baik-baik saja.     

***     

Pagi yang cerah ini, Saga dan Alisa akan bersiap-siap untuk jalan-jalan melihat keindahan Kota Paris ini. Sepasang suami istri itu sudah tak sabar ingin menghirup angin segar sambil memanjakan mata.     

Mereka akan berkunjung lagi ke menara Eiffel. Di tempat itu membuat Alisa dan Saga merasa betah karena pemandangannya yang luar biasa.     

"Yuk!" Saga langsung menggenggam pergelangan tangan Alisa dan membawa sang istri menuju ke luar kamar.     

"Yuk! Aku sudah tak sabar lagi ingin menjumpai keindahan Kota Paris," ujar Alisa.     

***     

Sesampainya di depan menara Eiffel, Saga langsung mengambil ponsel yang berada di dalam saku celana. Pria itu ingin mengambil potret sang istri yang tengah berpose cantik. Alisa berdiri tak jauh dari menara itu sambil tersenyum ke arahnya.     

"Satu ... dua ... tiga ...." Aba-aba dari Saga sebelum memotret sang istri. "Sudah, ini hasilnya." Saga langsung memperlihatkan ponselnya pada Alisa.     

Wanita itu tersenyum manis dan meminta Saga untuk memotret dirinya lebih banyak lagi. Pria itu mengangguk serta menyanggupi permintaan Alisa.     

Berkali-kali Alisa meminta potret dirinya yang sendirian. Saga pun tak mau kalah dan ingin berfoto bersama dengan sang istri. Pria itu mendekat pada Alisa dan mengangkat ponsel agak sedikit tinggi untuk mengambil pose terbaik.     

"Sayang, ayo senyum," ucap Saga yang menyuruh Alisa.     

Alhasil, mereka berdua berkali-kali berhasil mengabadikan momen kebersamaan ini. Sepasang suami istri itu tampak senang. Alisa meminjam ponsel Saga dan melihat beberapa fotonya bersama dengan Saga.     

Di dalam foto itu, terlihat tingkah Saga yang agak menyebalkan. "Ya ampun, Sayang. Bisa-bisanya kau belum siap difoto seperti ini. Lihatlah, sebelah matamu terpejam. Kan, sudah ada pengatur waktunya."     

Saga tergelak tawa. "Memangnya kenapa, Sayang? Aku tetap terlihat tampan juga kan di sana? Walaupun berpose seperti itu?"     

"Iya, suamiku sangat tampan walaupun posenya seperti itu."     

Mereka lanjut berfoto bersama. Alisa tak bosan untuk terus mengabadikan kenangannya bersama dengan Saga. Ia merasa bersyukur karena bisa liburan lagi di tempat seindah ini. Kota Paris memang memberikan banyak panorama yang indah dan begitu memanjakan mata. Maka dari itu, Alisa memutuskan tujuan destinasinya ke sini.     

"Sayang?" panggil Saga di dekat telinga Alisa.     

"Hm? Ada apa?"     

"Aku mencintaimu, Sayang. Jangan tinggalkan aku, ya."     

Alisa sontak tersenyum dan mengangguk. "Aku juga mencintaimu. Tak akan pernah meninggalkanmu, Sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.