Arrogant Husband

Permintaan Maaf Reva Ditolak



Permintaan Maaf Reva Ditolak

0Bekerja setiap hari, memang sudah menjadi kebiasaan bagi Agam. Pria itu menjalaninya dengan ikhlas, walaupun sering kali merasa lelah. Namun, ia melakukan semua ini untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang hanya tinggal sebatang kara.     
0

Tetap bekerja sebagai seorang bartender di sebuah bar yang tak jauh dari jarak rumahnya. Pria itu selalu semangat, walaupun hatinya kini sedang rapuh. Setiap hari, Agam selalu saja memikirkan Reva di sel tahanan. Masa hukuman yang panjang, membuat dirinya hilang harapan untuk bisa hidup bersama dengan Reva.     

Akankah suatu saat nanti ia bisa mempertahankan rasa cintanya pada Reva? Ataukah dirinya berpaling pada wanita lain karena sudah cukup lelah menunggu Reva? Agam pun tampak bingung.     

"Gam, kau melamun terus dari tadi? Lagi memikirkan Reva, ya?" tanya salah satu teman kerja Agam.     

"Iya. Aku sedang memikirkannya di penjara. Aku tak tega melihat keadaannya sekarang."     

Teman kerja Agam itu sudah tahu tentang Reva yang mendekam dalam penjara. Agam sudah menceritakan hal itu padanya.     

"Memangnya Reva kenapa?"     

"Dia sekarang tampak stres di dalam tahanan. Reva juga agak kurusan sekarang. Kurang tidur dan merasa tak nyaman berada di sana."     

Di tengah ramainya orang yang berlalu lalang di bar ini, Agam tetap saja merasa kesepian sekarang. Dirinya memikirkan Reva terus sejak tadi. Bagaimana tidak, sang pujaan hati sekarang sudah berada jauh dari sisinya.     

"Kau sabar, ya, Gam. Semuanya pasti akan cepat berlalu. Doakan saja, Reva akan selalu baik-baik saja di sana."     

"Tentu. Terima kasih doanya, Bro," ucap Agam.     

"Iya, sama-sama." Teman Agam itu menepuk-nepuk pundaknya.     

Agam masih saja duduk termenung setelah ditinggalkan oleh temannya tadi. Ia mengembuskan napas panjang dan berusaha menyingkirkan Reva dulu dari pikirannya sekarang. Ia harus profesional dalam bekerja.     

"Aku akan menjenguk Reva lagi nanti, setelah pulang dari bekerja."     

***     

"Mel, titip si kecil dulu ya, Ibu ada urusan dulu sebentar." Bu Angel tampak rapi karena ingin pergi ke suatu tempat.     

"Iya, Bu. Silakan. Hati-hati di jalan."     

Melati tampak berada di dalam kamar saja karena ingin menjaga si kecil yang sedang tidur. Bu Angel sudah ke luar dari kamar dan bergegas menuruni anak tangga. Ia akan meminta Anton untuk menemaninya.     

Alhasil, wanita paruh baya itu menghampiri Anton yang berdiri di ambang pintu masuk. Ia meminta pada pria itu untuk mengantarkannya.     

"Ton, tolong antarkan ke kantor polisi, ya. Ibu mau menemui Reva."     

"Untuk apa Ibu ke sana dan bertemu dengannya lagi? Wanita licik itu tak pantas untuk dijenguk, Bu," ucap Anton yang masih saja kesal dengan Reva.     

"Ada yang ingin Ibu bicarakan sama dia. Penting ini."     

Mau tak mau, Anton pun setuju dan akan mengantarkan Bu Angel ke kantor polisi untuk bertemu dengan Reva. Entah apa yang akan dibicarakan oleh wanita itu nanti. Yang jelas, sekarang Anton bersedia untuk mengantarkannya.     

"Baiklah, Bu. Aku akan mengantarkanmu ke sana."     

Bu Angel tersenyum singkat dan lekas masuk ke dalam mobil. Anton pun segera duduk di kursi kemudi. Ia pun menyalakan mesin mobil dan segera menjauh dari halaman rumah. Mereka berdua bergegas menuju ke sana.     

***     

Anton mempersilakan Bu Angel berjalan lebih dulu, sedangkan dirinya tampak mengekor di belakang. Wanita itu bertemu dengan salah satu anggota kepolisian yang sedang berjaga, lalu meminta padanya untuk segera bertemu dengan Reva.     

"Baiklah, Bu. Tunggu sebentar di sini."     

Sang polisi itu tampak menjauh dan memanggilkan Reva yang berada di sel tahanan. Sedangkan, Anton merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Bu Angel. Ia pun mendekati wanita paruh baya itu dengan berdiri di sampingnya.     

Tak lama kemudian, muncullah Reva. Wanita itu terkejut melihat kedatangan Bu Angel dan Anton ke sini. Reva duduk perlahan dan terus menunduk. Ia merasa malu sekarang.     

"Va?" panggil Bu Angel. Mata tajamnya tampak memperhatikan kondisi Reva sekarang.     

Perubahan yang terjadi di diri Reva sungguh dramatis. Terlihat agak kurus, tak seperti dulu mempunyai bentuk badan yang seksi bak gitar Spanyol. Kantung bawah mata pun tampak menghitam. Wajah pun tak berseri lagi seperti dulu.     

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Bu Angel. "Kau terlihat kurus sekarang.     

Reva tersenyum tipis. Ia merasa tak nyaman berada di sini. Kurang tidur dan juga tak selera makan.     

"I–iya, aku baik-baik saja di sini." Reva masih terlihat menundukkan kepala. Tak ingin menatap wajah Bu Angel.     

"Va, ayo dongakkan kepalamu. Kenapa memangnya kau seperti ini?"     

Anton yang berada di samping Bu Angel, terus memperhatikan mereka berdua. Ada rasa iba dalam hatinya ketika melihat kondisi Reva sekarang yang semakin terlihat kurus. Pria itu lalu berusaha sedikit untuk berdamai.     

"Apa kau sakit, Va?"     

"Tidak, Tante. Sungguh, aku baik-baik saja di sini."     

"Apa benar?"     

"Iya Tante. Terima kasih karena sudah datang dan menjengukku. Aku merasa kesepian di sekarang. Agam sering datang ke sini, tapi hanya sebentar saja."     

Batas waktu untuk menjenguk tahanan adalah maksimal tiga puluh menit. Bu Angel dan Anton tak bisa berlama-lama di sini, karena mereka harus kembali lagi ke rumah.     

"Tante, aku minta maaf dari lubuk hati yang paling dalam. Aku sungguh menyesali perbuatanku, Tante, yang sudah menghilangkan nyawa Pak Surya." Reva menitikkan air mata dan terus berusaha meminta maaf pada Bu Angel.     

Bu Angel terdiam dan tak bereaksi apa-apa. Ia masih merasa sakit hati atas perbuatan Reva yang telah merenggut nyawa suaminya.     

"Maaf, Va. Tante belum sepenuhnya bisa untuk memaafkan kejahatanmu ini. Tante berharap, setelah semua ini terjadi, kau sepenuhnya bertobat dan minta ampun pada Tuhan. Kau salah melakukan hal ini."     

"Iya, Tante, aku mengerti. Tapi, tolonglah, Tante. Maafkan aku, ya. Aku tak akan berbuat hal itu lagi."     

Gelengan kepala dari Bu Angel membuat Reva pupus harapan. Wanita paruh baya itu masih belum mau memaafkan kesalahannya. Reva pun tak bisa memaksakan kehendak pada Bu Angel.     

"Baiklah, kalau begitu Tante. Aku tak akan memaksa. Sekali lagi, terima kasih karena sudah mau datang ke sini."     

"Iya. Tante berharap, kau akan terus menyesali perbuatanmu seperti ini. Jangan pernah ulangi kesalahan yang sama."     

Reva mengangguk patuh pada Bu Angel. Wanita paruh baya itu terlihat bamgkit dari duduk. Bu Angel dan Anton siap untuk pergi dari tempat ini.     

"Kami pulang dulu, Va," ucap Anton.     

"Iya, hati-hati di jalan."     

Reva sudah mulai sedikit berubah dan tak akan melakukan hal itu lagi. Namun, permintaan maafnya masih saja ditolak oleh Bu Angel. Wanita itu masih keukeuh untuk tak memaafkannya.     

"Memang tak mudah untukku mendapatkan maaf dari Tante Angel. Aku harus apa sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.