Arrogant Husband

Ungkapan Sayang



Ungkapan Sayang

0Bu Angel mengajak Joseph untuk makan malam bersama. Pria itu baru saja datang ke rumah Saga untuk bertemu dengan Melati. Sang kekasih tampak mengajaknya menuju ke meja makan.     
0

"Ayo, Sayang, kita ke meja makan," ajak Melati kepada Joseph.     

Joseph tak bisa menolak ajakan Melati. Sepasang kekasih itu tampak berjalan menuju ke meja makan. Para pelayan sudah mempersiapkan semua hidangan yang enak. Bu Angel sudah lebih dulu duduk di kursi.     

"Ayo, Jo, Mel. Kita makan sama-sama."     

"Iya, Bu."     

Pria itu mengangguk dan tersenyum kepada Bu Angel. Akhirnya, Joseph bisa menikmati waktu bersama dengan orang-orang yang dicintainya. Bersama dengan sang kekasih, makan malam kali ini pun terasa berbeda.     

Senyuman manis yang ditampilkan oleh Melati, membuat Joseph makin merasa candu. Wanita itu selalu saja membuat jantungnya berdebar tak karuan. Makanan sudah siap dan mereka mulai menyantapnya selagi masih hangat.     

"Gimana? Enak tak makanannya?" tanya Bu Angel yang sudah berhasil memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut.     

Melati dan Joseph tampak mengangguk bersamaan. Makanan yang tersaji di atas meja ini, tampak sangat menggiurkan. Bu Angel melanjutkan makan lagi sampai nasi di piringnya tak bersisa.     

"Ayo, lanjut makan lagi, ya. Habisin makanannya."     

"Iya, Bu," ucap Melati.     

***     

Setelah selesai makan malam bersama, Joseph dan Melati tampak duduk di teras depan. Mereka berbincang-bincang asyik. Malam semakin terasa dingin saja. Sepasang kekasih itu tampak terhanyut oleh kemesraan ini.     

"Sayang, nanti kau menginginkan konsep pernikahan yang seperti apa?" tanya Joseph yang tampak serius ingin menikahi kekasihnya. "Bicarakan saja padaku tentang masalah ini."     

"Yang sederhana saja, Sayang. Tak usah berlebihan. Aku hanya menginginkan itu."     

Melati ingin pernikahannya nanti bersama Joseph hanya sederhana saja. Tak perlu yang bermewah-mewahan. Berbeda dengan pria itu, yang menginginkan kesan mewah.     

"Kenapa, Sayang? Tak apa-apa juga kalau kau menginginkan yang sedikit mewah. Aku sanggup untuk menggelarnya. Kau jangan khawatirkan masalah dana."     

"Bukan masalah mewah atau tidak, Sayang. Hanya saja, lebih baik untuk tidak menghambur-hamburkan uang demi itu. Lebih baik uangnya ditabung untuk kehidupan masa depan kita nanti." Melati mencoba berpikir panjang untuk masa depannya nanti bersama dengan Joseph.     

"Baiklah kalau begitu, Sayang. Aku menurut saja dengan ucapanmu," ujar Joseph. "Dan, lagi-lagi aku salut padamu, Sayang. Kau tak ingin bermewah-mewahan dan memikirkan masa depan kita nanti. Aku tak salah memilihmu sebagai calon istri." Joseph mendekat dan langsung menempelkan bibirnya di kening Melati. Ia mencium dalam waktu yang lama.     

Sontak saja, Melati dibuat gugup dan terlihat salah tingkah. Sang kekasih tiba-tiba saja mengecup keningnya. Joseph pun kembali duduk ke tempat semula. Pria itu terkekeh geli melihat ekspresinya sekarang.     

"Kau nakal sekali, Jo. Menciumku tak bilang-bilang."     

"Untuk apa aku bilang, Sayang? Sebentar lagi kau akan menjadi milikku selamanya." Joseph tersenyum manis ke arah Melati. Pria itu ingin selalu menciumnya dengan penuh cinta.     

Joseph telah melabuhkan hatinya kepada Melati. Pria itu merasa mantap dengan kekasihnya sekarang. Tak ada lagi yang membuatnya ragu. Melati pun sudah setuju untuk segera menikah dengannya. Mereka berdua sudah tak sabar lagi.     

"Jo, jangan ke lain hati, ya." Melati tiba-tiba saja merasa takut, kalau nanti Joseph akan menjauh dan pergi begitu saja. "Aku takut kau akan meninggalkanku nanti. Dan, memilih wanita lain." Melati tampak cemberut seketika.     

Pria itu langsung menggenggam telapak tangan Melati dengan erat. "Aku tak akan pernah meninggalkanmu, Sayang. Aku berjanji. Aku juga tak akan memilih wanita lain dan meninggalkanmu. Memangnya aku pria macam apa?"     

Anggukan pelan membuktikan bahwa Melati mengiyakan ucapan Joseph. Ia yakin dengan sang kekasih bahwa pria itu tak akan ke lain hati.     

Tiba-tiba saja Joseph melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ternyata sudah hampir setengah sepuluh malam. Ia pun akan segera pulang ke rumah.     

"Sayang, kalau begitu, aku pulang dulu ya. Sudah hendak larut malam soalnya." Joseph pamit terlebih dahulu kepada Melati. "Kau jangan begadang, ya. Langsung saja tidur setelah ini."     

"Oh, iya. Baiklah, Sayang." Melati mengantarkan Joseph menuju ke halaman depan. Pria itu bergegas masuk ke dalam mobil.     

"Sampaikan salamku pada Bu Angel. Aku pulang dulu. Besok aku akan ke sini lagi."     

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan, ya." Sekilas, Melati melambaikan tangan dan masih berdiri di halaman sampai mobil Joseph tak terlihat lagi.     

Mobil yang dikemudikan oleh Joseph sudah tak terihat lagi, maka Melati pun segera masuk ke dalam. Saat melangkah masuk, tiba-tiba dirinya berpapasan dengan Anton yang datang dari arah dapur. Pria itu tampak tersenyum ke arahnya.     

"Joseph sudah pulang, ya, Mel?" tanya Anton.     

"Iya, Ton. Baru saja dia pulang."     

Anton mempersilakan Melati untuk menjauh dari hadapannya. "Baiklah," ujarnya.     

Melati bergegas menaiki anak tangga dan ingin menghampiri Bu Angel yang berada di kamar Alisa. Wanita paruh baya itu mungkin sudah tertidur lebih dulu.     

Krek!     

Ia membuka pintu kamar dengan perlahan. Melati melihat bahwa Bu Angel sudah terpejam di atas tempat tidur. Benar saja, wanita itu sudah tidur lebih dulu. Dengan langkah pelan, Melati menghampiri sisi ranjang dan segera merebahkan diri di samping Bu Angel.     

Melati menoleh ke arah samping, menatap wajah cantik Bu Angel yang sedikit terlihat keriput itu. Wanita yang bersamanya itu memang berhati baik. Tidur bersama dengan ibunya Saga, membuat hatinya merasa tenang.     

"Aku sayang dengan Bu Angel." Setelah berucap, Melati pun segera menyusul Bu Angel yang sudah lebih dulu tertidur.     

Wanita berparas cantik itu tampak membaca doa sebelum tidur. Melati sangat bersyukur karena hari ini masih bisa diberikan napas kehidupan oleh Tuhan. Dan, bersama dengan orang-orang yang terkasih tentunya.     

Bersahabat baik dengan Alisa, memang sudah terjalin lama sejak mereka sama-sama duduk di bangku SMP. Mereka berdua tak pernah bertengkar karena masalah apa pun. Karena keduanya memang saling terbuka satu sama lain.     

Karena Alisa juga, ia berada di rumah ini bersama dengan Bu Angel. Sang sahabat sangat percaya dengannya untuk menjaga rumah ini, Bu Angel, dan juga si kecil. Merasa diberikan amanah seperti ini, membuat Melati tak akan mengabaikannya.     

"Karena Alisa, aku bisa mengenal Bu Angel lebih dalam lagi. Aku merasa nyaman dengan Bu Angel di sini," ucap Melati yang pelan. Wanita itu membuka mata kembali dan tak jadi tidur.     

Bu Angel tampak tertidur pulas. Melati terus saja menatap wajah cantik wanita yang usianya sudah tak lagi muda itu. Melati berharap bahwa ia akan terus bersama dengan Bu Angel sampai kapan pun.     

"Bu, aku sayang sekali dengan Bu Angel," ujarnya sekali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.