Arrogant Husband

Ingin Menjadikan Melati Sebagai Istri



Ingin Menjadikan Melati Sebagai Istri

0Setelah cukup puas berfoto bersama di dekat menara Eiffel, Saga dan Alisa memutuskan untuk mencari makan terlebih dulu di sekitar sini. Sejak tadi, mereka belum sarapan sama sekali. Saga mengajak sang istri untuk makan di restoran yang bernama 58 tour Eiffel, yang letaknya berada di lantai pertama.     
0

Sebelumnya mereka juga pernah makan di sini, sewaktu berbulan madu untuk yang pertama kalinya. Memang benar, makanan yang tersaji di sini sangatlah lezat dan higienis. Disajikan oleh para chef yang kompeten dalam bidangnya.     

Setelah mereka berdua masuk, Saga dan Alisa langsung mencari tempat duduk. Kemudian, mereka segera memesan makanan. Seorang pelayan pria tengah mendekat ke arah meja mereka dengan setelah baju yang rapi.     

Alisa dan Saga tampak memilih-milih menu yang pas di lidah mereka. Setelah itu, mereka menyerahkan daftar menu dan pelayan tersebut kembali lagi ke belakang untuk mempersiapkan makanan.     

"Setelah makan, kita akan ke mana lagi, Sayang?"     

"Kita akan jalan-jalan lagi, dong, Sayang. Jangan lewatkan kesempatan emas ini." Alisa tampak bersemangat sekali hari ini. Wanita itu sungguh senang bisa berada di sini lagi.     

"Baiklah, kalau begitu, aku menurut saja Tuan Putri."     

***     

Seperti biasa, saat ini Joseph sedang berada di bar, tempat kerjanya Agam. Pria itu sangat suka berada di sini dan sering memesan segelas wine.     

Agam pun langsung menyajikan minuman itu dan diserahkannya pada Joseph. "Minumlah, Jo."     

Joseph tersenyum senang. "Bisakah kita bicara?"     

"Tentu saja bisa. Bicara apa, Jo?"     

"Aku dan Melati akan segera menikah dalam waktu dekat ini. Kau datang ya, ke acara pernikahanku nanti."     

Agam tampak senang mendengar kabar bahwa sebentar lagi Joseph akan segera menikah. Ia mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan pasangan ini.     

"Aku sungguh senang mendengar kabar baik ini. Semoga kau dan juga Melati selalu bahagia, Jo."     

Joseph berterima kasih karena didoakan seperti itu. "Aamin, terima kasih banyak, Gam."     

Mendengar kabar baik ini, Agam pun langsung teringat dengan Reva. Andai saja, hubungan mereka masih lanjut dan wanita itu tak mendekam di dalam penjara, mungkin Agam juga akan menikah. Namun, sayang ... semua itu hanya angan semu belaka.     

"Pertahankanlah Melati terus, Jo. Karena kalian berdua memang cocok untuk bersatu dalam sebuah pernikahan."     

"Aku pasti akan mempertahankan Melati, karena sangat mencintainya."     

Andai saja, Reva berada di dekatnya sekarang, mungkin hati Agam tak sehampa ini. Pria itu tersenyum ketir ketika Joseph selalu menampakkan kebahagiaannya bersama dengan Melati. Bukan karena merasa cemburu pada pria itu, tapi Agam sangat menyayangkan sikap Reva yang tak pernah berpikir panjang ke depan.     

Joseph meneguk minumannya sedikit, lalu meletakkan kembali gelas di atas meja. Pandangannya fokus menatap Agam yang tampak diam. Ia tahu bahwa sekarang Agam sedang memikirkan Reva.     

"Kau nemikirkan Reva ya, Gam?" tanya Joseph.     

Agam tak ingin menampik hal ini. "Iya, aku sedang memikirkannya sekarang."     

Joseph mengembuskan napas panjang. Ternyata Agam masih sangat mencintai Reva sampai sekarang. Pria itu masih belum bisa melupakan wanita licik itu. Padahal di luaran sana banyak sekali wanita.     

"Kenapa kau tak mencari yang lain saja? Di luaran sana masih banyak yang cantik dan berhati baik daripada Reva."     

Agam menggeleng pelan ke arah Joseph. "Aku tak bisa meninggalkannya sendirian. Pikiranku selalu saja tertuju padanya, Jo."     

Agam juga menceritakan tentang keadaan Reva sekarang yang terlihat kurus. Wanita itu tampak pucat dan kurang menjaga kesehatannya sendiri. Membuat Agam sangat prihatin dengan Reva. Joseph mendengar dengan seksama tentang penjelasan darinya.     

Dari hati yang paling dalam, Joseph pun sebenarnya merasa kasihan terhadap Reva. Namun, harus bagaimana lagi, memang hukum harus dijalankan sesuai prosedur yang berlaku. Anggap saja ini semua adalah karma untuk Reva, karena telah membuat banyak orang menderita. Joseph menepuk-nepuk pundak Agam, seraya ingin menguatkannya.     

"Kau yang sabar, ya. Bila kau mencintai Reva, pertahankanlah terus. Jangan lepaskan dia."     

"Iya, Jo. Aku tak akan melepaskan Reva. Walaupun dia berada lama di dalam penjara."     

Joseph yakin dengan keputusan Agam sekarang. Ia mendukung penuh dengan sikap yang diambil oleh pria itu.     

***     

Joseph harus pulang dari sini. Tempat ini sudah menjadi tempat ternyamannya yang ke sekian kali. Ia bisa bertemu dengan Agam dan berdiskusi dengan pria itu untuk membahas sesuatu.     

"Tak ingin lebih lama di sini lagi, Jo?"     

"Maunya sih begitu. Tapi, aku merasa sudah cukup lelah hari ini. Makanya aku ingin pulang saja."     

Setelah membayar menggunakan uang cash, Joseph pun pamit dengan Agam dan segera melangkah ke luar dari dalam bar ini. Ia sudah cukup lama menghabiskan waktu di sini. Dan, saatnya ia harus pulang ke rumah. Biar bagaimanapun, Joseph harus berada di rumahnya.     

Agam tak bisa mengantarkan kepergian Joseph menuju ke halaman depan, karena banyak pengunjung yang berdatangan dan meminta dibuatkan segelas minuman. Ia membiarkan Joseph pergi dari sini.     

Alhasil, setelah Joseph sudah sampai di dalam mobil, ia pun segera menyalakan mesin mobil dan ingin bergegas pergi. Ia ingin istirahat di rumah, setelah cukup melelahkannya hari ini.     

Namun, tiba-tiba saja sang kekasih sedang menghubunginya saat mengemudi seperti ini. Joseph pun segra mengangkat panggilan tersebut, takut kalau ada berita yang penting.     

***     

Malam hari nanti, Melati memintanya untuk datang ke rumah Saga. Baru saja ia pulang ke rumah dan bergegas masuk ke dalam kamar. Joseph ingin istirahat karena merasa tubuhnya sudah terlalu lelah hari ini.     

"Nanti malam aku akan ke rumah Saga dan membicarakan masalah pernikahan ini dengan Melati." Joseph ingin mengonsep pesta pernikahannya nanti bersama dengan Melati.     

Joseph ingin sekali mengadakan pesta pernikahan yang mewah dengan Melati. Toh, pesta ini sekali seumur hidup juga ia bisa merayakannya bersama dengan orang terkasih. Joseph akan selalu setia dengan wanita itu sampai hanya maut yang memisahkan keduanya.     

"Aku sangat mencintai Melati. Hanya dia yang mampu membuatku seperti ini. Lagi pula, dia wanita yang baik hati, tak salah aku memilihnya sebagai calon istriku."     

Melati adalah sosok yang ramah di mata Joseph. Selain ramah, wanita itu juga baik hati dan bersikap apa adanya. Melati tak pernah memintanya untuk melakukan hal yang lebih.     

"Beruntung sekali aku bisa mendapatkan Melati dalam hidupku."     

Setelah menikah nanti, Joseph berniat akan membawa Melati ke luar negeri dan memperkenalkannya pada kedua orang tuanya yang berada di Amerika Serikat. Pria itu tak sabar lagi, mengikat Melati hanya untuk dirinya.     

"Aku berjanji, akan selalu membahagiakanmu sampai napas terakhirku, Mel. Hanya kaulah wanita yang paling aku sayangi," ucap Joseph dengan kesungguhan hati. Ia begitu tergila-gila dengan sang kekasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.