Arrogant Husband

Galeries Lafayette



Galeries Lafayette

Alisa dibuat takjub saat melihat sebuah mall yang super mewah terletak di jantung Kota Paris ini. Suasana yang klasik nan romantis langsung terpampang nyata saat dua sejoli itu memasuki area mall. Mata Alisa dibuat terpana saat melihat kubah yang indah di gedung utama. Bangunan ini telah lama didirikan sejak abad ke-19.     

Ada banyak model fashion di sini serta harganya yang funtastic. Alisa membelalakkan mata ketika melihat label harganya.     

"Sa–sayang, apakah harganya tidak salah ini?" tanya Alisa pada Saga.     

"Tentu saja tidak. Harganya memang begitu, Sayang. Memang mahal, tapi kualitasnya terjamin."     

Saga menyuruh sang istri untuk memilih pakaian untuk dibeli. Namun, melihat harganya yang selangit membuat Alisa mengurungkan niat. Wanita itu menggeleng pelan dan meringis. Sang suami tak mempermasalahkan tentang harga.     

"Tak usah, Sayang. Aku tak jadi beli baju ini. Yang lain saja."     

"Loh, kenapa? Takut dengan harganya, ya?"     

Alisa mengangguk mendapat pertanyaan dari Saga. Sang suami geleng kepala melihat tingkahnya.     

"Pilih saja mana yang kau mau. Jangan dipermasalahkan soal harganya, Sayang."     

Sang istri berdiri tegak bak patung yang diam. Kemudian, Saga menggenggam pergelangan tangan Alisa dan mengajaknya untuk memilih pakaian branded di sini. Wanita itu masih saja tak mau memilih lantaran melihat harganya yang selangit.     

"Ayolah, pilih saja, Sayang. Suamimu ini kan kaya raya." Saga mengedipkan sebelah mata ke arah Alisa.     

"Benar tidak apa-apa nih?" Alisa merasa tak enak, karena untuk membeli pakaian saja harganya selangit begini.     

"Iya, tidak apa-apa. Kau mau pilih dua lembar pun, silakan saja, Sayang."     

Alisa menggeleng pelan. Ia tak enak kalau menghabiskan uang suaminya hanya untuk membeli pakaian ber-merk terkenal tersebut. Kota Paris ini memang punya banyak barang branded.     

Wanita itu tampak melihat-lihat pakaian branded di sini. Ditemani oleh sang suami tercinta, Saga terus saja menggenggam tangannya dengan hangat. Beberapa pasang mata terlihat menatap ke arah mereka. Alisa tersipu malu dibuatnya.     

"Sayang, ini bagus untukmu, loh." Saga mengambil sebuah dress mini yang sangat mewah dan elegan. Kemudian, ia serahkan dress itu pada Alisa.     

Alisa tampak ragu mengambil dress tersebut. Ia sontak menatap harganya lagi. Satu lembar dress saja, harganya sudah membuat terbelalak, apalagi kalau memilih dua sekaligus.     

Namun, Saga tetap dengan pendiriannya. Pria itu menyerahkan dress tersebut kepada istri tercinta. Saga menyuruh Alisa untuk segera mencoba dan mengganti pakaiannya.     

"Ayo, coba sana dressnya. Aku ingin melihatmu mengenakan dress itu, Sayang."     

"Ta–tapi ...."     

"Tak ada tapi-tapian. Kau harus mencoba dan menunjukkannya padaku. Kau tahu kan, aku tak suka dibantah?" Saga lekas menyuruh sang istri untuk berganti pakaian.     

Alisa menurut saja dan lekas mengganti pakaiannya dalam sebuah ruang ganti. Saga pun menunggu sebentar untuk melihat penampilan sang istri.     

Beberapa saat kemudian, Alisa sudah ke luar mengenakan dress yang telah ditunjuk oleh Saga tadi. Pria itu dibuat terpana dengan penampilannya. Bagaimana tidak, Alisa terlihat sangat cantik saat memakai dress tersebut. Tubuh sang istri masih terlihat seksi dan sedikit ramping, karena perutnya belum terlalu menonjol.     

"Ya Tuhan, kau sangat cantik, Sayang. Sungguh!" Saga memuji kecantikan sang istri. Alisa pun tersipu malu dibuatnya.     

Sang istri memutar-mutarkan badan seraya memperlihatkannya kepada Saga. Saga sangat suka melihat penampilan Alisa seperti ini.     

"Bagaimana, kau suka dress-nya?" tanya Saga. Alisa tampak ragu untuk mengiyakannya, tapi di dalam hati, ia sangat menyukai dress tersebut.     

"I–iya, aku menyukainya, Sayang?"     

"Ya sudah. Kita beli saja dress-nya. Ini adalah kejutan untukmu."     

"Jadi, ini adalah kejutan untukku? Yang kau sebutkan tadi?" Alisa tersenyum semringah saat mengetahui bahwa dress mewah ini adalah kejutan untuknya.     

"Iya. Kau suka kan?"     

"Suka sekali. Makasih ya, Sayang." Alisa langsung mengecup sebelah pipi Saga. Wanita itu tak menyangka akan mendapat kejutan semahal ini.     

Berada di mall semewah ini saja sudah membuat Alisa begitu merasa senang, apalagi kalau diberi oleh Saga sebuah dress mahal. Alangkah senang hatinya mendapatkan kejutan ini. Pria itu selalu saja mampu membuat hatinya merasa berbunga-bunga.     

"Iya, sama-sama. Apa kau mau membeli dress lagi?" Saga menawarkan pada Alisa, apakah sang istri ingin membeli dress lagi.     

"Tidak usah. Satu saja sudah cukup, Sayang."     

Saga mengangguk dan lekas membayar dress tersebut. Ia rela merogoh kocek lebih dalam agar sang istri merasa senang. Kejutan demi kejutan akan dirinya persembahkan untuk Alisa.     

Dua sejoli itu tampak bergenggaman tangan mesra. Setelah membayar, Saga akan mengajak Alisa berjalan-jalan sekitar sini. Di mall semewah ini, mereka berdua bisa memanjakan mata. Rasanya, Alisa tak ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.     

"Sayang, jangan pulang dulu, ya. Aku masih mau di sini."     

"Baiklah. Apa kau tak capek, Sayang?" tanya Saga yang mencemaskan kondisi sang istri dan juga janin yang dikandung oleh Alisa.     

"Tidak, Sayang. Kau jangan khawatir, ya. Aku baik-baik aja, kok."     

"Baiklah, kalau begitu. Kalau kau merasa capek, tinggal bilang saja, maka kita akan segera pulang ke hotel," ucap Saga.     

"Iya, Sayang." Alisa mengangguk patuh pada Saga.     

Pria itu menempelkan bibirnya di kening Alisa dengan penuh kehangatan. Alisa merasa senang dibuatnya seperti ini. Tak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat keduanya, Saga akan tetap memberikan perhatiannya pada sang istri.     

"Oh, ya, apakah kau lapar, Sayang?"     

Mereka berdua belum sarapan sejak pagi tadi. Maka dari itu, Saga ingin mengajak sang istri untuk makan bersama di sekitar mall ini. Tak perlu ke luar mall, karena di tempat ini juga menyediakan restoran yang berada di lantai enam. Di sana banyak tersedia pilihan makanan cepat saji dan menawarkan pemandangan menara Eiffel dari atas.     

Sepasang suami istri itu selalu bergandengan tangan. Saga menjadi suami yang siaga untuk menjaga sang istri dan juga si jabang bayi dalam kandungan. Pria itu selalu memegang erat Alisa dan tak akan lengah sedikit pun.     

Mereka menaiki lift menuju ke lantai enam. Tak terasa, kini keduanya sudah berada di sebuah restoran di dalam mall itu. Saga segera mengajak Alisa untuk duduk. Pria itu mengangkat tangan dan pelayan pun menghampiri meja mereka.     

Pelayan itu menjulurkan buku menu pada mereka. Saga dan Alisa tampak memilih-milih makanan yang akan mereka nikmati. Alisa lagi-lagi dibuat takjub dan terperangah dengan harga makanannya.     

Alisa menunjuk ke arah buku menu itu. "Sayang, lihat harganya." Ia geleng-geleng kepala.     

"Memangnya kenapa? Pesan saja makanannya," ucap Saga.     

"Tak apa-apa?" tanya Alisa lagi.     

"Iya, Sayang. Tenang saja. Pokoknya, kau nikmati saja selama kita liburan di sini. Aku ingin melihatmu bahagia." Saga dan Alisa segera memesan makanan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.