Arrogant Husband

Sebuah Kejutan



Sebuah Kejutan

0Anton dan Bu Angel sudah dalam perjalanan pulang menuju ke rumah. Mereka berdua cukup terkejut dengan penampilan Reva yang sekarang. Wanita itu terlihat lebih kurus lagi.     
0

"Kasihan Reva sekarang, ya. Dia sepertinya merasa tertekan di dalam sel tahanan."     

"Iya, Bu. Biarkan saja. Itulah hukuman untuknya karena sudah mencelakai nyawa orang dan juga menyakiti hati orang lain," balas Anton.     

Anton terlihat santai dan tak mau ambil pusing masalah ini. Ia sama sekali tak memikirkan Reva. Jadi, biar bagaimana pun kondisi wanita itu, tetap tak ingin peduli. Anton berkata bahwa itulah karma yang diterima oleh Reva dan telah dirasakan oleh wanita itu sekarang.     

"Tapi, ibu tak tega sama dia, loh."     

"Untuk apa ibu kasihan dengan Reva? Toh, dia waktu itu saat melenyapkan Pak Surya, tak merasa kasihan dengan ibu dan juga yang lain. Wanita seperti dia, memang tak pantas untuk dikasihani, Bu."     

"Tapi, Ibu merasa kalau dia memang sudah berubah, Ton."     

Anton hanya geleng-geleng kepala. "Aku masih tak percaya, Bu, kalau Reva sudah berubah."     

Pria itu masih mengemudikan mobil menuju arah pulang. Bu Angel yang duduk di kursi belakang, terlihat kasihan dengan Reva saat di kantor polisi tadi.     

'Apa benar, kalau Reva sudah berubah? Dan, menyesali perbuatannya karena sudah melenyapkan suamiku?'     

Bu Angel merasa agak bimbang, apakah Reva benar-benar sudah tobat atau belum. Yang jelas, ia masih belum bisa melupakan kejadian itu dan tak memaafkan Reva dalam waktu dekat ini.     

***     

Melati menyambut kedatangan Bu Angel yang sudah pulang. Ia mengajak Bu Angel untuk duduk bersama di ruang tamu. Ingin sekali ia bertanya pada wanita itu, baru pulang dari mana. Namun, ia tak ingin lebih banyak tanya.     

"Ibu mau minum? Biar aku buatkan, ya."     

"Tak usah repot-repot, Nak. Ibu sudah minum tadi."     

"Oh, baiklah, Bu." Melati mengangguk dan menatap wanita itu lebih dalam. Bu Angel tampak sedang ada sedikit masalah.     

"Mel, apakah si kecil ada bangun tadi?" tanya Bu Angel.     

"Tak ada, Bu. Si kecil masih tidur."     

Kemudian, Bu Angel ingin naik ke atas dan istirahat di kamar. "Ya sudah, kalau begitu. Ibu mau ke kamar dulu."     

Menatap kepergian Bu Angel, membuat Melati ingin menuju ke kamar juga. Namun, ia takut kalau wanita itu merasa terganggu oleh kehadirannya. Terpaksa ia pun hanya duduk santai saja di ruang tamu. Melati berharap agar Joseph segera datang ke sini dan menemaninya.     

***     

Alisa dan Saga masih berada di atas tempat tidur. Sepasang suami istri itu baru saja terbangun. Mereka hari ini akan jalan-jalan lagi, menghabiskan waktu bersama di Kota Paris ini.     

"Sayang," panggil Saga.     

Pria itu melihat sang istri masih larut dalam tidur. Tubuh Alisa menggeliat-geliat di atas tempat tidur dan matanya sering kali terpejam. Saga sangat menyukai tingkah Alisa seperti ini. Ia pun mencubit gemas hidung mancung itu.     

"Aww! Sakit, Sayang. Jangan cubit seperti itu." Alisa berdecak sebal kepada Saga. Pria itu mencubit hidungnya dengan sedikit kencang.     

Sang suami malah tertawa melihat kemalangannya ini. Alisa pun mendengkus sebal. Setiap saat, ada saja tingkah yang dilakukan oleh Saga padanya.     

"Tau ah! Ketawa terus dari tadi." Alisa ngambek pada Saga. Wanita itu memalingkan wajah dari Saga.     

"Eh, jangan ngambek dong, Sayang. Nanti hilang cantiknya, loh."     

"Kau juga, sih! Malah tertawa. Aku tak suka kan jadinya."     

Saga meminta Alisa untuk segera menghadapnya. Ia meminta maaf atas sikap jahilnya tadi. Sekarang sang istri sama sekali tak bisa diajak bercanda. Mungkin, karena masalah hormon wanita juga.     

"Aku minta maaf ya, Sayang. Aku tak lagi melakukan hal itu," ucap Saga.     

"Ah, bohong! Pasti nanti kau akan berulah lagi padaku. Nanti kau akan cubit hidungku lagi sampai memerah."     

"Sayang, aku berjanji tak akan seperti itu lagi. Jangan marah ya, kasihan nanti anak kita di dalam sana, kalau ibunya ngambek seperti ini." Saga langsung melumat bibir sang istri dengan lembut.     

Mendapatkan ciuman yang lembut dari Saga, membuat Alisa perlahan-lahan tersenyum. Ia sudah tak ngambek lagi seperti tadi. Saga bisa melihat senyuman yang terukir di sudut bibir sang istri yang manis itu.     

"Nah, kalau begini kan jadi manis sekali kelihatannya." Saga tampak merayu sang istri.     

"Janji, ya. Jangan cubit hidungku lagi. Sakit tau!" Alisa memukul pergelangan tangan Saga dengan pelan.     

"Iya, sayang. Baiklah."     

Saga ingin menjaga Alisa dengan sebaik mungkin. Apa kata sang istri, maka akan ia kabulkan. Sekarang Alisa tengah mengandung buah cintanya.     

Kemudian, dua sejoli itu tampak bangkit dari tempat tidur. Saga dan Alisa akan segera mandi, lalu bersiap-siap untuk jalan-jalan mengitari Kota Paris. Walaupun mereka berdua jalan-jalan terus, tapi Saga selalu menjaga Alisa agar tak merasa kelelahan.     

"Sayang?" panggil Alisa tiba-tiba.     

"Iya, Sayang, kenapa?" Saga melihat raut wajah Alisa berubah jadi cemas.     

"Apa ibu dan Melati baik-baik saja ya di rumah? Lalu, anak kita bagaimana ya?"     

Tangan Saga terjulur dan meraba-raba dengan pelan puncak kepala Alisa. Pria itu ingin menenangkan kekhawatiran sang istri.     

"Mereka semua pasti baik-baik saja di rumah. Ada Anton yang menjaga mereka dan anak buahku yang lain. Mereka tak akan membiarkan ibu, Melati, dan anak kita dalam bahaya."     

Alisa mengangguk-angguk mendengar ucapan sang suami. Doanya pun selalu terpanjatkan untuk keluarga kecilnya yang berada di Indonesia. Dalam beberapa hari lagi, ia dan Saga akan segera pulang dan bertemu dengan mereka.     

"Iya, Sayang. Doaku selalu untuk mereka semua yang ada di rumah."     

"Baiklah kalau begitu, Sayang. Lebih baik kita berdua lekas mandi saja, yuk!" Saga mengajak sang istri untuk mandi bersama.     

Alisa terkekeh pelan dan berucap, "kenapa tidak kau mandi saja sendiri? Aku tak mau mandi berdua denganmu."     

"Ah, masa sih? Yang benar nih? Aku bisa memuaskanmu loh, Sayang." Saga menggoda sang istri dan langsung mengedipkan sebelah mata. "Kita berdua akan di dalam kamar mandi bersama. Mungkin, akan bercinta."     

"Hmm, tetap saja, aku tak mau ikut bersamamu dalam kamar mandi."     

Saga terus membujuk istrinya untuk mandi berdua. Ia tak mau, kalau hanya sendiri saja.     

"Sayang, aku akan memberikanmu sebuah kejutan nanti."     

"Benarkah? Apa itu?" Alisa terlihat antusias mendengar kejutan apa yang akan diberikan oleh Saga nanti.     

"Rahasia dong. Masa aku jawab sekarang, Sayang? Kalau jawab sekarang, namanya bukan kejutan lagi," ujar Saga yang berhasil memancing rasa penasaran Alisa.     

"Hm, baiklah sayang. Ayo, gendong aku kalau begitu. Akan aku temani kau mandi berdua."     

'Dasar wanita! Kalau akan diberi kejutan saja, dia langsung mau.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.