Arrogant Husband

Kasih Sayang



Kasih Sayang

0Wanita itu sekarang jadi pesimis dengan hidup yang tengah dijalani, membuat Joseph tak bisa berbuat apa pun. Reva yang dulu ia kenal, bukanlah yang sekarang.     
0

"Aku tak tahu harus bicara apa lagi denganmu, Va. Kau kali ini begitu pasrah dengan hidup ini. Kau berbeda dengan yang dulu."     

"Ya, memang Jo. Karena aku sudah merasa tak berguna lagi hidup di dunia yang kejam ini. Kerjaanku hanya membuat onar saja, iya kan?" tanya Reva seraya tersenyum kecut.     

Namun, Reva sudah mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di sel tahanan ini. Wanita yang pernah mengisi hati Joseph itu, tampak begitu lesu. Tak ada gairah sama sekali.     

Lantas, cukup lama mereka mengobrol seperti ini. Sebentar lagi, waktu besuk Joseph akan habis. Sekali lagi, ia merasa tak tega dengan Reva di sini.     

"Jo?" panggil Reva tiba-tiba.     

"Iya, Va? Kenapa?"     

"Tolong jaga Agam, ya. Aku sangat mencintainya lebih dari diriku sendiri. Dan, maafkan kesalahanku juga padamu."     

Joseph mengangguk dan berjanji akan menyampaikan hal ini pada Agam. Dan, satu lagi, bahwa dirinya sudah memaafkan Reva sejak dulu.     

"Baiklah, Va. Aku akan menyampaikannya nanti pada Agam. Kau tenang saja, ya."     

"Iya, Jo. Terima kasih banyak, ya." Seulas senyum manis Reva suguhkan pada Joseph. Biar bagaimanapun, pria itu pernah berjuang untuk mendapatkan hatinya.     

"Sebentar lagi aku akan pulang, Va. Waktu besukku hampir habis," ucap Joseph.     

"Iya, Jo. Tak apa-apa. Sekali lagi terima kasih karena kau masih peduli dan menjengukku di sini," balas Reva.     

"Tak masalah, Va. Aku akan selalu ada untukmu sebagai seorang sahabat."     

Reva merasa teduh ketika mendapati senyuman Joseph semanis ini. Ia sangat suka senyum itu. Lantas, pria itu akhirnya pamit padanya untuk pulang.     

Dengan sedikit membungkukkan badan, Joseph berucap pamit pada Reva. "Va, aku pulang dulu, ya."     

"Iya, Jo. Hati-hati, ya."     

Joseph mengangguk dan melangkah pergi meninggalkannya. Reva akhirnya kembali sendiri lagi di sini. Alhasil, salah satu polisi menyuruhnya segera masuk lagi ke dalam sel tahanan. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang.     

***     

"Jadi, kau dan Joseph akan segera menikah, ya?" tanya Bu Angel kepada Melati yang sangat antusias.     

"Iya, Bu. Dia mengajakku untuk menikah. Aku jadi tak sabar lagi menunggu hari bahagia itu tiba, Bu. Aku minta doanya, ya."     

Bu Angel turut merasa bahagia mendengar kabar baik ini. Melihat Melati seperti ini, jadi membuatnya tak sabar melihat mereka berdua bersanding di pelaminan.     

"Ibu sangat bahagia mendengarnya, Nak. Kau dan Joseph akhirnya bisa bersatu dalam ikatan suci pernikahan."     

Melati langsung memeluk tubuh Bu Angel dengan erat, layaknya seperti ibu kandung sendiri. Melati tak merasa malu sedikit pun pada wanita paruh baya itu.     

"Terima kasih, ya, Bu. Mohon doanya saja untuk kami berdua."     

"Pasti, Nak. Ibu akan mendoakan kalian yang terbaik."     

Saat ini, mereka berdua sedang bermain bersama dengan si kecil. Bayi itu mulai merangkak secara perlahan. Melihat perkembangan sang cucu seperti ini, membuat Bu Angel semakin bertambah senang. Pasti Alisa dan Saga setibanya nanti akan bahagia tak terkira melihat anak mereka berkembang pesat.     

Melati juga merasa betah tinggal di sini, menemani Bu Angel dan juga si kecil. Ingin rasanya menetap selamanya di sini, tapi itu tak mungkin karena Melati hanya tinggal sementara waktu.     

"Ayo, Cu, merangkak pelan-pelan." Bu Angel bertepuk tangan pelan sembari memberi cucunya semangat. Bocah perempuan itu menatap wanita itu tanpa kedip.     

"Ayo, Sayang." Melati tak mau kalah juga untuk memberikan semangat.     

Mereka berdua melatih Lisa kecil untuk bisa merangkak dengan sempurna. Saat ini, bayi itu masih terlihat goyah dan otot-ototnya juga belum sepenuhnya kuat.     

"Pasti Saga dan Alisa akan senang melihat anak mereka berkembang seperti ini. Si kecil akhirnya bisa merangkak pelan-pelan," ujar Bu Angel.     

"Ini semua berkat ibu yang selalu melatihnya. Aku salut dengan ibu."     

"Ah, kau bisa saja, Mel."     

Dua hari lagi, Saga dan Alisa akan kembali ke Indonesia sehabis berlibur dari Paris. Mereka tampak tak sabar menunggu kedatangan dua sejoli itu.     

"Bu," panggil Melati.     

"Iya, Nak?"     

"Kalau aku tak ada di rumah ini lagi, apakah Ibu akan tetap menyayangi aku?" tanya Melati. Karena baginya Bu Angel sudah seperti ibu kandungnya sendiri.     

"Tentu saja Ibu akan tetap menyayangimu, Nak. Ibu akan selalu berada di sampingmu kapan pun itu."     

Bu Angel sudah menganggap Melati seperti anaknya sendiri. Maka dari itu, ia tak akan mungkin melupakan Melati begitu saja.     

Melati bersyukur karena bisa bertemu dengan Bu Angel. Ia banyak bertemu dengan orang-orang yang baik hati, termasuk Alisa. Sang sahabat memang sangat baik sejak dulu. Apalagi saat Alisa mengajaknya untuk tinggal sementara waktu di sini.     

"Rasa sayang Ibu sama terhadap Saga, Alisa, dan juga dirimu. Ibu tak membeda-bedakan kasih sayang di antara kalian."     

"Makasih ya, Bu. Aku bahagia sekali karena telah dianggap anak olehmu."     

Bu Angel tersenyum manis seraya mengelus lembut puncak kepala Melati. Mereka berdua pun kembali fokus dengan si kecil yang berada di atas tempat tidur berukuran king size ini. Si kecil lebih sering jatuh karena otot-ototnya masih belum sempurna untuk menopang berat tubuhnya.     

"Sebentar lagi, ibu dan ayahmu pasti akan menghubungi." Bu Angel menunggu panggilan masuk dari Alisa dan Saga. Mereka berdua selalu rutin menghubungi Bu Angel, menanyakan kabar di sini.     

Dua sejoli itu selalu saja memperhatikan kondisi rumah, Bu Angel, Melati, dan juga si kecil. Wanita paruh baya itu selalu memberi kabar dengan mereka yang masih ada di sana.     

"Iya, sebentar lagi Alisa pasti akan menghubungi Ibu."     

"Dia memang seperti itu, Mel. Kau tahu sendiri kan, Alisa seperti apa orangnya."     

"Iya, Bu. Aku sangat tahu dengannya. Dia wanita yang berhati baik. Aku banyak sekali mendapatkan bantuan darinya."     

Mereka memang sudah sejak lama saling tolong-menolong. Alisa selalu berbuat baik padanya dan juga orang lain.     

"Bahkan saat Ibu membencinya dulu bahkan mengata-ngatainya dengan kata yang tidak pantas, dia tak pernah membalas sedikit pun. Ibu sangat beruntung mendapatkan menantu seperti Alisa. Sudah baik hati, cantik, dan tak pendendam."     

Melati mengiyakan ucapan Bu Angel. Memang benar kalau Alisa bersikap seperti itu. Sejak awal kenalan pun, wanita itu memang begitu.     

"Iya, Bu. Alisa tak pernah punya dendam dengan orang lain. Dia selalu baik terhadap orang. Aku pun salut dengannya, Bu," ucap Melati.     

Tiba-tiba, ponsel Bu Angel berdering di atas nakas. Ia tahu siapa yang telah menghubunginya sekarang. Dan, benar saja, ternyata panggilan masuk dari Saga. Ia pun lekas mengangkat panggilan dari sang anak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.