Arrogant Husband

Berhati Bak Malaikat



Berhati Bak Malaikat

0Sepasang suami istri itu kini sudah berada di depan pusara Reva. Alisa seketika menangis deras dan bersimpuh di depan. Mengingat waktu dulu, saat dirinya dan Reva bertengkar hebat karena ingin merebut Saga darinya. Semua kejadian waktu dulu akan selalu Alisa ingat.     
0

"Sayang, kenapa kau menangis seperti itu? Bukankah Reva pernah menyakiti kita berdua?"     

"Jangan seperti itu, Sayang. Dia sudah tiada. Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya di sana. Kita pun sudah memaafkannya, kan?" Alisa menyeka air matanya.     

"Iya, Sayang. Kau memang wanita yang berhati baik. Kau tak pernah menyimpan dendam pada Reva." Saga tersenyum senang ke arah sang istri. Ia mengusap pelan punggung tangan Alisa dan mengecupnya singkat.     

Wanita yang kini sudah menjadi istri Saga itu, tampak menyeka air di kedua sudut matanya. Setelah sudah berkunjung ke makam Reva, mereka berdua akan segera pulang dari sini.     

"Ya sudah, kita pulang yuk!" Saga mengajak sang istri untuk segera ke rumah. Ia membantu sang istri berdiri.     

"Iya, Sayang."     

Dua sejoli itu tampak melangkah ke arah mobil mereka. Saga selalu menjadi suami yang siaga untuk Alisa. Ia tak akan membiarkan istrinya kenapa-kenapa. Saga sudah mendudukkan Alisa di kursi. Ia pun bergegas duduk di balik kemudi. Mobil yang ia kendarai tampak melaju dengan kecepatan sedang.     

***     

Melati tampak membereskan pakaiannya karena tugasnya berada di rumah ini telah selesai. Alisa sudah berada di sini bersama dengan Saga. Bu Angel pun sekarang tak kesepian lagi.     

Tiba-tiba Bu Angel masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat Melati yang terlihat mempacking barang. Ia menghampiri wanita itu dan bertanya.     

"Loh, loh, kenapa ini?"     

"Ah, Ibu ...."     

"Kenapa Mel? Kok beres-beres baju sih?"     

"Aku mau pulang saja ke kontrakan, Bu. Lagian kan, sudah ada Alisa dan Saga di sini jadi Ibu tak kesepian lagi di rumah."     

Bu Angel tampak sedih mendengarnya. Ia ingin Melati juga tinggal di sini bersamanya.     

"Jangan pulang ya, Nak. Tinggal di sini aja sama kami. Temani Ibu juga," pinta Bu Angel.     

"Aku tak enak, Bu. Kalian sudah sangat baik padaku karena mengizinkanku tinggal di rumah sebesar ini." Melati tampak kembali fokus membereskan barang-barangnya ke dalam koper.     

Bujukan dari Bu Angel ternyata tak mempan. Wanita itu tetap ingin pulang dari sini. Melati tak enak kalau berlama-lama berada di rumah ini.     

Kini, Melati sudah selesai mempacking barangnya. Bu Angel tampak terduduk lesu di tepi ranjang. Ia merasa sedih karena Melati akan pulang.     

"Ibu kesepian dong jadinya, kalau tak ada kau di rumah ini lagi." Bu Angel tak ingin Melati pulang. "Tinggal di sini aja ya, lebih lama lagi."     

Melati menggeleng pelan dan tetap dengan keputusannya sendiri. "Maaf, Bu. Aku tak bisa dan tak enak kalau harus di sini terus."     

Wanita berparas cantik dan punya senyuman manis itu tampak ingin bersalaman dengan Bu Angel. Ia mencium punggung tangan Bu Angel dan akan berlalu pergi dengan membawa koper miliknya.     

"Ya sudah, aku pamit dulu ya, Bu."     

Bu Angel juga ikut ke luar dari kamar untuk melihat kepergian Melati. Baru beberapa langkah, Melati dan Bu Angel ke luar, tiba-tiba datanglah Saga dan Alisa. Mereka berdua terkejut melihatnya seperti ini.     

"Mel, kenapa bawa koper?" tanya Alisa.     

"Sa, aku ingin pulang. Tak apa-apa, kan?"     

"Loh, kenapa memangnya? Kenapa tak di sini saja tinggal bersama kami?"     

"Aku tak enak kalau menyusahkan kalian terus," balas Melati. "Kalian sangat baik padaku dan mau menampungku di sini."     

Alisa pun menghampiri sahabatnya itu. "Kau tak pernah menyusahkan kami semua. Bahkan, kau banyak membantu kami. Jadi, aku mohon ya, tetap tinggal di sini."     

Ia terus meminta pada Melati agar terus tinggal di sini. Alisa tak merasa disusahkan sama sekali olehnya. Terlihat wajah sahabatnya yang agak ragu untuk mengiyakan.     

Melati tak enak kalau dalam keadaan seperti ini. Harus berada di tengah-tengah orang berada, sedangkan dirinya hanya wanita biasa saja.     

"Sayang, boleh kan kalau Melati terus tinggal di sini?" Alisa menoleh ke arah sang suami.     

"Tentu saja boleh. Siapa yang melarang?" Saga memberikan izin pada istrinya.     

"Nah, dengar kan apa kata Saga tadi? Jadi, kau tak perlu pulang dari sini, ya? Tetap tinggal dan temani kami di rumah. Temani aku dan juga Ibu."     

Melati langsung melepaskan koper yang ada di genggaman tangannya. Ia seketika memeluk Alisa dengan erat. Suasana kali ini berubah jadi penuh haru. Bu Angel senang melihat Melati dan Alisa seperti ini. Kedua wanita itu memang sudah dianggap seperti anak sendiri.     

Apa pun yang Alisa inginkan, maka Saga akan menurutinya. Termasuk dengan permintaan untuk Melati tetap tinggal di rumah ini.     

"Makasih, ya, Sa. Kau baik sekali padaku." Melati menangis di pundak Alisa.     

"Iya, sama-sama. Taruh yuk kopermu di kamar."     

Alisa menuntun Melati untuk masuk ke dalam kamar. Bu Angel terlihat mengekor di belakang, sedangkan Saga akan naik ke atas untuk ke kamar.     

Kamar Bu Angel dan Melati berada di bagian bawah. Jadi, mereka tak perlu repot-repot naik ke atas tangga lebih dahulu. Kini, mereka bertiga sudah sampai di kamar. Melati langsung meletakkan kembali kopernya.     

"Jangan berniat pulang lagi, ya, Nak. Temani ibu dan juga Alisa saja di sini," ucap Bu Angel yang duduk di tepi ranjang.     

"Iya, Mel. Kau kan sudah seperti keluargaku sendiri sejak dulu. Maka dari itu, aku tak akan membiarkanmu ke mana-mana."     

"Makasih ya, Sa. Kau memang sahabatku yang terbaik."     

Alisa dan Melati berpelukan kembali. Sejak dulu, mereka memang sudah akrab satu sama lain. Keduanya pun tak pernah bertengkar. Kalau ada kesalahpahaman sedikit, mereka pun langsung meminta maaf.     

"Sama-sama. Ya sudah, ibu dan Melati istirahat saja ya di sini. Aku akan naik ke atas untuk menemui Saga dulu."     

"Iya, Nak. Pelan-pelan saja ya naik tangganya." Bu Angel mencemaskan keadaan Alisa yang tengah mengandung.     

"Iya, Bu. Jangan khawatir."     

Kini, Alisa berjalan menuju ke pintu ke luar, meninggalkan Bu Angel dan juga Melati di sini. Ia akan menyusul sang suami di kamar.     

Sepeninggal Alisa, Bu Angel tampak menyuruh Melati untuk duduk di sampingnya. Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk kasur, memberi kode pada Melati untuk mendekat. Melati paham dengan kode itu dan segera duduk di samping Bu Angel.     

"Makasih ya, Bu. Di rumah ini semua penghuninya sangat baik dan ramah padaku. Aku merasa sangat nyaman berada di sini."     

"Nah, kalau kayak gitu, jangan berpikiran untuk pulang lagi ya ke kontrakanmu. Tinggal di sini aja bersama kami."     

"Baiklah kalau begitu, Bu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.