Arrogant Husband

Berita Duka



Berita Duka

Jenazah Reva langsung dimakamkan begitu sampai di rumah. Kini, mereka semua larut dalam kesedihan. Agam masih saja menangis sedari tadi. Anton dan Joseph berusaha untuk menenangkannya. Bu Angel juga menitikkan air mata di depan pemakaman Reva.     

Agam tak ingin pulang dan lebih memilih menunggu di sini saja. Ia ingin berdekatan dengan Reva. Walaupun mereka berdua sudah berbeda alam.     

"Gam, ayo pulang dari sini. Pemakamannya sudah selesai. Kau jangan seperti ini terus."     

Agam mencoba untuk tetap kuat. Pria itu menyeka air mata dan mengangguk patuh. Alhasil, mereka semua berlalu dari sini.     

Joseph dan yang lain sudah masuk ke dalam mobil. Semuanya siap untuk pulang.     

***     

Setelah sampai di rumah Saga, Bu Angel dan yang lain tampak lesu dan bersedih. Melati yang terus berada di rumah sejak tadi, bisa merasakan aura kesedihan mereka. Wanita berparas cantik itu tak ikut ke pemakaman karena harus menunggu si kecil di rumah.     

Agam diam sejak tadi dan melongo di tempat. Masih merasa bersedih atas kepergian wanita yang begitu dicintai. Ia tak menduga bahwa Reva nekat melakukan hal ini. Meminum cairan pembersih lantai dan mengakhiri nyawanya sendiri.     

Bu Angel pun menatap Agam yang terdiam. Ia juga turut bersedih atas kejadian ini.     

"Bagaimana kalau hal ini aku beritahukan juga pada Saga di sana?" tanya Joseph pada yang lain.     

"Iya, Jo. Beritahukan saja dia masalah ini."     

Joseph mengangguk saat menanggapi ucapan Bu Angel. Pria itu segera merogoh saku celana dan mencari nama Saga di daftar kontak. Ia pun segera menghubungi pria itu di sana.     

Cukup lama panggilannya tak terjawab, bahkan sudah berkali-kali. Akhirnya, Joseph memutuskan untuk nanti saja memberitahukan hal ini. Mungkin Saga sibuk di sana hingga tak bisa mengangkat panggilannya.     

"Panggilanku berkali-kali tak diangkat olehnya, Bu. Mungkin saja, Saga sedang sibuk sekarang," ujar Joseph.     

"Baiklah. Nanti saja kalau begitu."     

"Baik, Bu."     

"Aku turut berduka cita atas kepergian Reva." Melati ikut menimpali yang lain. Meskipun ia tak mengenal siapa Reva, tapi tetap saja hatinya juga turut bersedih mendengar kabar berita duka.     

"Terima kasih, ya, Mel."     

"Iya, Bu."     

Joseph menepuk-nepuk pundak Agam agar pria itu tak selalu bersedih seperti ini. Agam pun menoleh ke arahnya.     

"Kita semua bersedih karena kepergian Reva, Gam. Tapi, kita harus bangkit. Biar bagaimanapun, Reva mempunyai tempat di hati kita masing-masing," ujar Joseph.     

"Iya, Jo. Walaupun dia lebih sering membuat onar dan berbuat jahat pada orang lain, tapi bagiku dia adalah wanita terbaik."     

Saat menjalani hubungan bersama Reva, Agam tak pernah mendapati bahwa wanita itu bermain di belakangnya. Reva merupakan sosok wanita yang setia. Namun, sayang hanya karena satu kebohongan saja, maka Agam memutuskan untuk putus hubungan. Penyesalan itu pun masih membekas dalam hatinya. Dan, kini sudah tak berarti apa pun.     

***     

Saga terkejut mendapati panggilan tak terjawab dari Joseph berkali-kali dan sebuah pesan chat. Pria itu baru saja mengecek ponselnya karena sedari tadi sedang tidur bersama dengan Alisa.     

"Kenapa, Sayang?" tanya Alisa yang berada di samping Saga.     

"Joseph meneleponku lima kali." Saga pun lekas membuka aplikasi perpesanan dan melihat isi pesan dari Joseph.     

Alangkah terkejutnya Saga ketika mengetahui bahwa Reva sudah tiada. Ia pun langsung memberitahukan ini pada Alisa.     

"Sayang, Reva sudah tiada," ucap Joseph.     

"Apa? Kau jangan bercanda seperti itu, Sayang."     

"Aku tak bercanda. Coba lihat isi pesan dari Joseph ini." Saga menyerahkan ponselnya pada Alisa. Wanita itu terkejut bukan main.     

Saga langsung menghubungi Joseph di sana perihal kronologinya seperti apa. Alisa sedih mendengar kabar duka ini.     

"Jo, angkatlah!" Saga sudah tak sabar lagi ingin meminta penjelasan dari Joseph. Namun, pria itu tak mengangkat panggilannya.     

"Sayang, coba lagi hubungi Joseph," suruh Alisa.     

Dan, benar saja, panggilannya yang ini diangkat oleh Joseph. Saga pun lekas bertanya tentang Reva yang sudah tiada.     

"Jo, bagaimana bisa Reva tiada? Ceritakan padaku."     

Terdengar dari panggilan telepon, Joseph sedang mengembuskan napas panjang. Pria itu mulai menceritakan kejadian tersebut. Di mana Reva yang nekat melakukan hal ini dan membahayakan nyawanya sendiri.     

"Reva meminum cairan pembersih toilet, Ga. Aku tak menyangka bahwa dia nekat melakukan hal seperti ini."     

Alisa menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ponsel Saga sengaja memakai pengeras suara agar bisa didengar olehnya. Sepasang suami istri itu sedih karena Reva seperti ini.     

"Kata pihak polisi, awalnya dia sengaja dipukuli oleh tahanan yang lain di dalam sel. Kemudian, Reva pun pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Dan, saat di rumah sakit itulah, dia melakukannya."     

Saga geleng-geleng kepala. Sang istri tampak syok mendengar hal ini. Ia pun menyuruh Alisa untuk lebih tenang.     

"Kasihan sekali Reva." Saga merasa kasihan dengannya.     

Adanya kejadian ini, membuat Alisa ingin cepat-cepat pulang saja ke Indonesia. Ia ingin berkunjung ke makam Reva setelah tiba nanti. Saga pun setuju dan mereka akan segera kembali.     

"Baiklah, Jo. Mungkin besok kami akan pulang ke Indonesia. Sampaikan pada ibuku."     

"Iya, Ga. Akan aku sampaikan dengan Bu Angel."     

"Ya sudah. Aku tutup dulu teleponnya, ya." Saga memutus panggilan teleponnya secara sepihak.     

Pria itu mengembuskan napas dan menatap langit-langit kamar. Reva lebih memilih mengakhiri hidupnya daripada berjuang keras untuk menakhlukkan hidup.     

"Sayang?" panggil Alisa.     

"Iya, Sayang?"     

"Kasihan sekali Reva. Aku jadi tak tega sama sekali. Semoga dia di tempatkan di sisi-Nya yang terbaik." Alisa memohonkan doa untuk Reva di sana.     

Walaupun wanita itu sudah berbuat jahat padanya, tapi tak membuat Alisa ingin membalas. Malah dirinya mendoakan yang terbaik untuk Reva di sana.     

"Aamiin. Kau sangat baik sekali, Sayang. Padahal dia kan–"     

"Sudah, Sayang. Jangan dilanjutkan lagi. Kasihan dia di sana, nanti tak tenang."     

"Iya, Sayang. Maafkan aku, ya."     

Saga mengusap-usap puncak kepala sang istri dengan penuh kasih sayang. Ia merasa bangga dengan Alisa karena tak menaruh dendam sama sekali pada Reva. Bahkan sang istri turut mendoakan agar Reva mendapatkan tempat yang layak di sana.     

Hari ini, Saga dan Alisa akan bersiap-siap untuk segera pulang ke Indonesia. Liburan kali ini sudah cukup bagi mereka. Keduanya tak mau berbahagia di atas penderitaan yang lain.     

"Oh, ya, bagaimana dengan Agam, ya? Aku lupa bertanya pada Joseph tadi."     

Dua sejoli itu tampak terdiam. Saga dan Alisa tahu, bahwa Agam sangat mencintai Reva. Mereka tak bisa membayangkan saat berada di posisi Agam.     

"Sayang, aku takut kalau kehilanganmu."     

"Aku pun juga sangat takut kehilanganmu, Sayang," balas Alisa.     

Dua sejoli itu berpelukan dengan mesra. Saga dan Alisa tak mau dipisahkan oleh siapa pun, kecuali hanya kematian saja. Cinta mereka akan selalu bersemi sampai nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.