Arrogant Husband

Semuanya Untukmu, Sayang



Semuanya Untukmu, Sayang

0Serasa mendapatkan sedikit semangat, Agam membenarkan ucapan Joseph. Bahwa obat dari sakit hati itu sendiri ialah jatuh cinta lagi. Perlahan akan mencoba melupakan Reva dan menemukan sosok pengganti. Namun, sampai saat ini dirinya masih tak mampu.     
0

Joseph melirik sekilas ke arahnya. Pria itu sangat berjasa dalam hidup Agam. Walaupun sempat bersitegang waktu itu dalam mendapatkan hati Reva, tapi mereka sudah bersahabat baik.     

"Jangan terlalu kau pikirkan, ya. Aku yakin kau bisa bangkit kembali," ucap Joseph.     

"Terima kasih banyak, Jo, karena sudah memberiku semangat."     

"Iya, sama-sama. Kau tenangkan diri dulu beberapa hari ini, ya." Joseph menepuk-nepuk pundak Agam, agar pria itu segera bangkit dari keterpurukan ini.     

Joseph berencana akan memberikan Agam pekerjaan, bila pria itu sudah merasa sedikit tenang. Ia akan membantu masalah perekonomian Agam dengan memberinya kerjaan. Tak tega rasanya melihat pria itu hanya sebatang kara dan terus bersedih hati.     

"Hm, apakah kau mau minum, Jo? Biar aku buatkan untukmu." Agam menawarkan minuman pada Joseph, karena sejak pria itu datang ke sini, ia lupa menawarkan minum.     

"Ah, tidak usah. Aku sudah cukup minum tadi saat di bar," tolak Joseph dengan halus.     

Kedua pria itu sejenak terdiam. Joseph berusaha mencari obrolan agar Agam ada teman untuk bicara. Melihat pria itu dalam keadaan seperti ini, membuatnya sedikit khawatir. Ia tak bisa membiarkan Agam selalu bersedih.     

'Kau harus bangkit, Gam. Aku tak tega melihatmu seperti ini.'     

"Oh, ya. Apakah kau mau jalan-jalan bersamaku nanti malam, Gam?"     

"Ke mana?" tanya Agam.     

"Ke mana saja. Terserah kau."     

"Kurasa tidak untuk sekarang, Jo. Aku masih tak semangat untuk melakukan hal apa pun." Agam tersenyum tipis dan tak ingin pergi ke luar rumah dulu.     

Joseph hanya bisa mengembuskan napas panjang. Ia mengerti dengan perasaan Agam. Mungkin saat ini, Agam perlu waktu untuk sendiri dulu.     

"Baiklah, Gam. Aku tak akan memaksamu."     

Melakukan hal apa pun rasanya percuma saja. Agam tak bergairah sama sekali untuk diajak ke luar dengan Joseph. Hatinya amat sangat terpuruk. Tujuan Joseph pun sangat baik karena ingin menghibur duka laranya. Namun, ia tak melakukannya. Butuh waktu sendiri dulu untuk ini semua.     

Joseph masih ingin berada di rumah Agam sambil mengajaknya ngobrol. Walaupun pria itu responsnya hanya singkat saja, tapi tak masalah. Ia pun selalu memberi Agam semangat.     

"Gam?" panggil Joseph. "Aku yakin kau akan mampu melewati ini semua. Jangan terus memikirkan Reva di sana. Biarkan dia tenang, Gam."     

"Iya, Jo. Aku mengerti. Mungkin karena aku saking cinta padanya, jadi sampai sekarang aku masih begini."     

"Aku pun dulu pernah mencintai Reva, Gam. Sampai aku juga dulu terluka begitu dalam. Dia lebih memilih Saga daripada aku. Rasanya sangat sakit sekali. Tapi, sekarang semuanya sudah berubah." Joseph mengingat kejadian dulu yang pernah mencintai Reva. Namun, wanita itu lebih memilih bersama dengan Saga.     

Joseph yang dulu sangat mencintai Reva, lalu sakit hati karena wanita itu, sekarang sudah terobati. Ia sudah menemukan wanita yang sesuai, yaitu Melati. Dan, Joseph tak akan menyia-nyiakan kekasihnya. Ia yakin bahwa Agam juga bisa move on.     

"Tuhan itu adil, Gam. Aku yakin kau pasti bisa melewati semua ujian ini," ujar Joseph.     

"Terima kasih banyak sekali lagi, Jo. Kau sangat baik padaku."     

"Iya, Gam. Aku akan selalu mendukungmu."     

Setelah merasa cukup lama berada di rumah Agam, Joseph rasanya ingin pulang saja dari sini. "Aku pulang dulu, ya," ujar Joseph.     

"Baiklah. Mari aku antar ke depan." Agam mengantar Joseph menuju ke luar. Mereka berdua berjalan bersisian.     

Setelah mengantar ke depan, Joseph mengucapkan terima kasih dan bergegas masuk ke dalam mobil. Agam menundukkan kepala dan mempersilakannya untuk pulang.     

"Hati-hati di jalan, Jo."     

"Iya."     

***     

Setelah sampai di rumah, Joseph segera menghubungi Melati. Ia merasa rindu dengan kekasihnya itu. Satu hari saja tak bertemu atau berkomunikasi, rasanya seperti setahun. Maklum saja, dirinya sedang merasa kasmaran.     

Joseph begitu berbunga-bunga perasaannya ketika memikirkan Melati. Apalagi saat berdekatan dengan wanita itu, jantungnya begitu berdebar-debar. Melati sangat cantik dan manis menurutnya. Jadi, tak mungkin ia bisa meninggalkan sang kekasih.     

Panggilan telepon sudah tersambung dan Joseph segera bersuara. Ia bisa mendengar suara lembut sang kekasih dari seberang sana.     

"Sayang, aku kangen sekali padamu. Bisa kah malam nanti kita jalan berdua?" tanya Joseph.     

"Tentu saja bisa, Sayang."     

"Baiklah, akan aku jemput nanti malam."     

Setelah Melati sudah setuju dengan rencana makan malam berdua, mereka pun mengobrol-ngobrol yang topik bahasannya apa saja. Keduanya sangat merasa nyaman bisa berbincang-bincang di telepon. Waktu pun semakin cepat bergulir.     

Joseph tak bosan-bosannya mendengar suara lembut Melati. Sudah cukup lama, mereka berdua melakukan panggilan telepon.     

"Aku sangat sayang padamu, Mel. Tolong jangan tinggalkan aku, ya," ucap Joseph seraya memohon pada sang kekasih.     

"Iya, Sayang. Mana mungkin aku meninggalkanmu? Aku sangat mencintaimu. Kau tahu itu, kan?" Melati berucap yakin bahwa dirinya sangat mencintai pria itu.     

Joseph selalu tersenyum-senyum karena berbincang lewat telepon dengan Melati. Wanita itu selalu membuat hatinya menghangat.     

"Ya, aku yakin kau pasti mencintaiku. Sejak pandangan pertama pun, kau terlihat menatapku tanpa kedip," ucap Joseph.     

Terdengar suara kekehan yang ke luar dari mulut Melati. Wanita itu merasa bahagia dan tampak tertawa kemudian.     

Melati mengaku bahwa dirinya mencintai Joseph saat pandangan pertama. "Kau ini bagaikan malaikat untukku, Jo."     

"Loh, kenapa bisa begitu?" tanya Joseph di telepon.     

"Kau hadir dan membuatku merasa bahagia. Aku menjadi salah satu wanita yang beruntung bisa memilikimu, Jo."     

Senyuman manis terukir indah di sudut bibir Joseph. Hati Joseph tiba-tiba menghangat begitu mendengar ucapan Melati. Sang kekasih mampu membuat perasaannya jadi seperti ini.     

Sudah cukup lama Joseph tak merasakan sentuhan dari wanita. Bersama dengan Melati, ia bisa meraih cinta sejati. Joseph pernah dikecewakan dan disakiti, tapi sekarang dirinya begitu sangat dicintai. Ia berterima kasih dengan sang kekasih.     

"Sayang?" panggil Joseph.     

"Iya, Sayang, kenapa?"     

"Aku ada kejutan untukmu malam nanti. Aku harap kau akan menyukainya."     

"Apa pun kejutan yang akan kau berikan nanti, aku akan sangat menyukainya," ucap Melati. Wanita itu terkekeh lagi di telepon.     

Joseph sudah memikirkan sebuah rencana untuk memberikan kejutan special. Ia yakin kalau Melati akan menyukainya.     

"Aku sudah tak sabar lagi ingin melihat ekspresimu seperti apa nanti malam."     

"Memangnya kenapa dengan ekspresiku, Jo? Ih, kau ini ada-ada saja, ya!"     

Obrolan mereka selalu saja terasa hidup. Joseph selalu bisa mencari cara agar dirinya bisa bicara terus dengan Melati. Wanita itu pun tak kehilangan bahan pembicaraan. Dua sejoli itu tampak larut dalam obrolan panjang ini.     

Hampir satu jam lamanya, Joseph dan Melati saling bicara lewat telepon. Wanita itu merasa senang luar biasa sekarang.     

"Sayang, kau tak sibuk, kan?" tanya Joseph pada Melati.     

"Sebenarnya tidak, sih. Aku masih ada di dalam kamar. Namun, aku tak enak kalau tak membantu Bu Angel di luar beres-beres rumah. Kita sudah cukup lama bicara, kan?"     

"Iya juga, ya. Kalau kau ingin membantu Bu Angel, silakan saja. Kita sudahi dulu obrolan ini."     

Melati setuju untuk menyudahi obrolan ini. Mereka berdua pun pada malam hari nanti akan bertemu.     

"Baiklah, Sayang. Sampai bertemu nanti malam," ucap Melati seraya memutuskan panggilan secara sepihak.     

Setelah Melati memutuskan panggilannya, Joseph meletakkan ponselnya di atas nakas. Pria itu sebentar lagi akan bersiap-siap untuk memesan tiket pesawat agar bisa liburan di luar negeri bersama dengan Melati nanti. Sesuai keinginan sang kekasih dan Joseph sudah berjanji setelah kepulangan Saga dan Alisa nanti, keduanya akan pergi berlibur.     

"Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini nanti malam. Kau pasti akan sangat senang."     

***     

Setelah Joseph memesan tiket pesawat untuk dua orang, ia pun akan pergi ke sebuah toko perhiasan. Dirinya akan membelikan Melati kalung berlian yang mahal serta cincin pertunangan.     

Joseph akan segera melamar Melati menjadi istrinya. Ia akan mengikat wanita itu sampai ke jenjang pernikahan. Kini, dua tiket itu disimpannya dalam saku jas.     

Pria itu melangkah ke dalam mobil dan segera melajukannya. Tak ingin berlama-lama, Joseph pun bergegas menuju ke toko perhiasan.     

***     

Joseph tampak melihat-lihat perhiasan yang ada di sini. Ada banyak sekali cincin, kalung, dan aksesoris. Matanya begitu takjub memandang. Ia melihat dalam sebuah lemari kaca, banyak sekali kalung berlian terpajang.     

Matanya begitu fokus pada salah satu kalung berlian. "Mbak, bisa lihat kalung yang ini?" tunjuk Joseph pada kalung itu. Si penjual pun mengambilkannya dari dalam lemari kaca.     

Ia melihat-lihat bentuk kalung berlian itu. Bentuknya sangat bagus dan Melati pasti menyukainya.     

"Saya pilih kalung berlian yang ini saja."     

"Baik, Mas."     

Setelah sudah mendapatkan kalung berlian yang sesuai dengan seleranya, lalu Joseph melihat-lihat lagi cincin berlian yang tertera jelas di dalam lemari kaca. Ia akan mempersembahkan yang terbaik untuk sang kekasih.     

"Yang ini saja, Mbak. Tolong ambilkan, ya," suruh Joseph pada si penjual.     

Kemudian, si penjual wanita itu meletakkan cincin ke hadapan Joseph. Joseph tampak memandang dari dekat cincin tersebut dan menatapnya ke segala arah.     

"Bagus! Yang ini saja ya, Mbak."     

Joseph rela merogoh kocek dalam-dalam untuk menyenangkan hati sang kekasih. Ia ingin melihat Melati tampak bahagia ketika bersama dirinya. Maka dari itu, Joseph tak mau tanggung-tanggung.     

"Berapa totalnya, Mbak?" tanya Joseph pada si penjual.     

Si penjual mentotal harga sepasang cincin dan juga kalung berlian tersebut. Dan, Joseph membayar tiga ratus juta lebih untuk itu semua. Namun, dirinya tak mempermasalahkan harganya, yang penting Melati bisa merasa bahagia nanti.     

Hatinya kini sudah lega. Nanti malam akan menjadi malam yang penuh kejutan untuk sang kekasih. Melati akan disuguhkan dengan berbagai macam kejutan. Sebagai ungkapan rasa sayang dan cintanya, Joseph rela membayar sedemikian mahal perhiasan ini.     

"Semuanya untukmu, Sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.