Arrogant Husband

Maukah Kau Menjadi Istriku?



Maukah Kau Menjadi Istriku?

0Melati sudah minta izin pada Bu Angel dan juga Alisa untuk pergi bersama dengan Joseph malam ini. Ia sudah tak sabar lagi, akan ada kejutan apa dari pria itu. Terdengar nada menggoda yang ke luar dari mulut Bu Angel. Wanita paruh baya itu mengedipkan sebelah mata ke arahnya. Alisa hanya geleng-geleng kepala seraya merasa ikut bahagia.     
0

"Cieee, yang malam ini akan jalan berdua dengan Joseph," seru Bu Angel.     

"Doakan ya, Bu. Semoga malam ini lancar."     

"Iya, Nak."     

"Aku yakin, Joseph akan memberikan kejutan yang mewah untukmu," ujar Alisa sambil menggendong si kecil dalam pangkuan. Kini, anak perempuannya sudah terlihat agak lincah.     

"Yang benar, Sa?"     

"Iya, aku yakin, Mel. Lihat saja nanti."     

Ketiga wanita itu tampak berbincang-bincang. Mereka semua asyik duduk di ruang tamu.     

"Ah, aku jadi tak sabar lagi malam ini. Kejutan apa yang akan diberikan oleh Joseph." Melati tampak memikirkan, kejutan apa yang mungkin diberikan oleh sang kekasih nanti.     

"Ibu tak menyangka, bahwa kau dan Joseph bisa bersatu pada akhirnya. Semoga hubungan kalian berdua selalu langgeng, ya." Bu Angel berharap yang terbaik untuk mereka berdua.     

Melati mengucapkan terima kasih pada Bu Angel. Berkat doa dari wanita paruh baya itu, hubungannya bersama dengan Joseph semakin melangkah ke jenjang yang serius lagi. Bu Angel sudah ia anggap seperti ibu kandung sendiri.     

"Aamiin, Bu. Terima kasih atas doanya."     

Alisa bisa melihat senyum kebahagiaan yang terpancar di wajah Melati. Sang sahabat sangat senang menjalin tali asmara bersama dengan Joseph.     

"Kau bahagia sekali bersama dengan Joseph, ya? Aku turut senang melihatmu seperti ini, Mel."     

"Iya, Sa. Aku sangat mencintainya."     

Kekuatan cinta Melati dan Joseph akhirnya membuat mereka berdua sampai di detik ini. Keduanya akan melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi. Alisa dan keluarga senang mendengar kabar baik ini.     

***     

Malam hari pun tiba. Malam yang ditunggu-tunggu oleh Joseph untuk memberikan kejutan paling istimewa kepada Melati. Ia sudah berpakaian rapi dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam. Joseph tampak sangat gagah saat mengenakannya.     

Ia mematut diri di depan cermin seraya memutar badannya sedikit. Pria itu sudah siap akan menuju ke rumah Saga. Dua tiket serta perhiasan kalung dan sepasang cincin sudah siap dibawa.     

Tak ingin menunda-nunda waktu lagi, Joseph segera menuju ke halaman depan. Ia masuk ke dalam mobil dan menggas dengan kecepatan tinggi. Pria itu tersenyum terus selama di perjalanan. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan Melati dan mengobrol bersama.     

"Aku sangat mencintaimu, Mel."     

***     

Alisa dan Bu Angel membantu Melati yang sedang bersiap-siap menemui Joseph malam ini. Melati sudah berdandan sangat cantik dengan mengenakan dress yang dibelikan sang kekasih waktu itu.     

"Mel, kau sungguh terlihat sangat cantik mengenakan dress ini. Aku begitu kagum memandangmu," ucap Alisa.     

"Kau ini bisa saja, Sa." Melati tersipu malu mendengar ucapan Alisa.     

Ia sudah siap dan akan segera ke luar dari kamar untuk menunggu kedatangan Joseph ke sini. Melati sudah tak sabar lagi ingin pergi berdua. Tak lupa juga membawa tas tangan untuk bepergian.     

Ketiga wanita itu menuju ke ruang tamu dan menunggu kedatangan Joseph. Anton dan Saga tampak memandang Melati tanpa kedip. Kedua pria itu begitu terpesona padanya. Alisa langsung mendekati sang suami dan melirik tajam.     

"Kalau lihat wanita cantik saja, kau begini, ya!"     

"Sayang, aku hanya bercanda. Bagiku, kaulah yang paling cantik." Saga mencubit pipi Alisa dengan gemas. Sang istri ternyata cemburu juga padanya.     

"Kau sangat cantik, Mel, sungguh!" Anton pun mengutarakan kekagumannya pada Melati. Wanita itu benar-benar terlihat sangat cantik malam ini.     

"Makasih ya, Saga dan Anton, kalian memang membuat kepercayaan diriku bertambah naik." Melati yakin, kalau Joseph pasti akan merasa kagum juga dengan kecantikannya ini.     

Tiba-tiba, terdengar deru mobil dari arah luar. Melati yakin bahwa itu adalah mobilnya Joseph. Sang kekasih sudah datang dan siap menjemputnya.     

Dan, benar saja yang datang ke sini memang Joseph. Pria itu terlihat sangat keren dan gagah. Melati pun dibuat terpesona padanya. Melati menatapnya tanpa kedip hingga mulutnya terbuka sedikit.     

Joseph pun mendekati sang kekasih yang sedari tadi sedang terpana dengan ketampanannya. "Hai, Nona manis. Apakah kau siap untuk jalan berdua denganku?" Joseph mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak Melati segera pergi dari sini.     

"Tentu saja aku siap." Melati menyambut uluran tangan Joseph dengan penuh kehangatan.     

Sebelum melangkah pergi, mereka berdua meminta izin dulu pada Bu Angel serta yang lain. Setelah itu, Melati dan Joseph menuju ke mobil. Mereka berdua akan segera berangkat.     

"Bu, aku bawa dulu Melati sampai beberapa jam ke depan." Joseph tampak menggoda Bu Angel.     

"Iya, Jo. Bawa saja dia lalu nikahi."     

Semuanya pun sontak tertawa mendengar ucapan Bu Angel. Joseph segera menyalakan mesin mobil dan tancap gas. Wanita paruh baya yang berada di samping Alisa tampak melambaikan tangan.     

"Bu, ayo masuk." Alisa menyuruh ibu mertuanya untuk segera masuk ke dalam. Dan, diikuti oleh yang lainnya juga.     

Saga dan Alisa akan kembali lagi ke kamar mereka untuk istirahat. Sedangkan, Bu Angel juga melangkah menuju ke kamar.     

***     

Joseph membawa Melati ke sebuah restoran mewah. Ia sengaja menyewa tempat ini, hingga hanya mereka berdua saja di sini. Wanita itu mengedarkan pandangan menatap ke arah sekitar. Ia kagum dengan restoran ini.     

"Kau suka restoran ini, Sayang?" tanya Joseph yang terus menatap ke arah Melati.     

"Iya, Sayang. Aku suka restoran ini."     

"Aku sengaja menyewa tempat ini khusus untuk kita. Restoran ini akan menjadi saksi cinta atas kesungguhanku padamu."     

"Maksudnya, Sayang?"     

Joseph langsung mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah hati yang isinya terdapat sepasang cincin berlian. Ia membukanya tepat di hadapan Melati. Sang kekasih langsung menutup mulut dengan kedua tangan.     

"Mau kah kau menikah denganku dan menjadi istriku, Sayang?" Joseph mengambil satu buah cincin dan akan disematkan ke jari manis Melati.     

Melati tak bisa berkata apa pun lagi, selain hanya bisa menganggukkan kepala. Wanita itu bersedia menjadi istri Joseph. Alangkah senangnya hati Joseph saat ini. Lamarannya diterima oleh sang kekasih. Wanita itu lalu bergantian menyematkan cincin ke jari manis Joseph.     

Setelah cincin sudah terpasang di jari manis Melati, Joseph pun mengeluarkan lagi satu kotak perhiasan yang besar. Isinya adalah sebuah kalung berlian yang mewah. Melati sontak bertanya-tanya tentang isinya.     

"Ini apa lagi, Sayang?" tanya Melati yang tampak bingung.     

"Bukalah." Joseph mendekatkan kotak perhiasan itu kepada Melati dan menyuruhnya untuk segera membuka. Wanita itu menurut dengan ucapannya.     

Melati lagi-lagi dibuat terpana dengan hadiah-hadiah ini. Joseph memberikannya lagi sebuah kalung berlian yang mewah.     

"Sayang, apa ini?"     

"Itu kalung berlian untukmu, Sayang." Joseph bangkit dari kursi dan mendekat ke arah Melati. Ia ingin memasangkan kalung itu ke leher jenjang sang kekasih.     

Wanita itu begitu kegirangan mendapatkan hadiah semewah ini. Joseph sangat senang bisa memberikan hadiah ini pada sang kekasih. Tak sia-sia juga usahanya untuk menyenangkan hati Melati.     

Wajah sang kekasih kini tersipu malu. Kedua pipi Melati memerah bagaikan tomat. Joseph yang menyaksikan itu semua juga turut bahagia.     

"Apa kau senang mendapatkan ini semua?" Joseph bertanya pada kekasihnya.     

"Iya sayang. Terima kasih banyak karena kau sudah memberikan aku perhiasan sebagus dan semewah ini." Melati tak bisa membayangkan harganya yang selangit.     

Masih ada satu kejutan lagi yang masih Joseph simpan. Ia akan memberikan tiket pesawat untuk liburan bersama dengan Melati. Malam ini kebahagiaannya lengkap sudah.     

"Oh, ya, kita pesan makan dulu, ya."     

"Baiklah."     

Joseph memanggil para pelayan untuk melayaninya makan bersama dengan Melati. Hanya mereka berdua saja di sini dan tak ada pengunjung yang lain. Para pelayan mulai menyodorkan buku menu pada keduanya.     

Melati dan juga sang kekasih tampak memilih-milih menu yang akan mereka santap. Setelah itu, mereka menyerahkan buku menu itu pada para pelayan. Keduanya tinggal menunggu pesanan datang ke atas meja.     

Cincin berlian yang berkilap-kilap itu sukses membuat Melati jadi tak berkedip. Ia takjub melihat keindahannya. Joseph sangat baik sekali padanya.     

"Kau tersenyum-senyum terus dari tadi."     

"Ya, memang. Karena mendapatkan hadiah sebagus ini darimu. Mungkin, ucapan terima kasihku tak akan cukup, Jo. Ini pasti mahal kan harganya?"     

"Kenapa kau memikirkan harganya? Santai saja, Sayang. Aku memang sengaja membelikannya untukmu."     

"Tapi, aku merasa tak enak, Sayang," ucap Melati.     

"Kenapa jadi tak enak?"     

"Aku mencintaimu tulus dan bukan karena hartamu yang berlimpah."     

"Iya, aku tahu itu, Sayang." Joseph menyuruh Melati untuk tak memikirkan soal harga.     

Beberapa saat kemudian, pesanan mereka pun datang. Para pelayan menyajikannya di atas meja dalam keadaan yang masih hangat. Aromanya pun sungguh menggugah selera. Melati tak sabar lagi ingin mencicipinya.     

"Pelan-pelan, Sayang. Itu masih panas." Setelah makan malam selesai, Joseph akan segera memberikan tiket itu pada Melati.     

***     

"Ada satu kejutan lagi untukmu, Sayang," ucap Joseph.     

Mereka berdua sudah selesai makan. Pria itu mulai merogoh saku jasnya untuk mengambil dua buah tiket. Melati tampak dibuat menunggu.     

"Kejutan lagi, Sayang?" tanya Melati.     

"Iya, Sayang."     

Di depan mata Melati ada dua buah tiket. Joseph menjelaskan perihal tiket tersebut. Mereka berdua akan berlibur ke negara Italia.     

"Kau bercanda kan, Jo?"     

"Untuk apa aku bercanda? Ini memang fakta. Kita akan berlibur ke Italia untuk senang-senang."     

"Tapi?"     

"Tapi apa?"     

"Kita sedang dalam keadaan yang lagi berduka, Jo." Melati teringat dengan kematian Reva.     

"Lantas? Apa kita tak berhak untuk bahagia bersama? Kita berhak, Sayang." Joseph langsung menggenggam erat tangan Melati. Ia menjelaskan bahwa ini semua tak ada sangkut pautnya dengan Reva.     

Alhasil, Melati pun setuju untuk liburan di Italia nanti bersama dengan Joseph. Rasa senang pun menyelimuti hati mereka masing-masing. Kenal dengan Joseph, membuat hidup Melati menjadi lebih baik.     

"Terima kasih untuk semuanya, Sayang," ucap Melati.     

"Iya, Sayang. Sama-sama."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.