Arrogant Husband

Come Back Stronger



Come Back Stronger

0Agam sekarang merasa sudah tak semangat lagi bekerja. Hari demi hari, ia lalui dengan kesedihan yang masih membekas di dalam hati. Bekerja pun jadi tak seprofesional dulu. Kepergian Reva ini memang membuatnya rapuh.     
0

Sudah dua kali Agam mendapat panggilan dari bosnya karena tak fokus dalam bekerja. Terkadang, Agam juga sering terlambat untuk datang. Pria itu beberapa kali tak sengaja memecahkan gelas.     

Dirinya hanya bisa termenung saat jam istirahat tiba. Mencoba berpikir panjang, apakah akan melanjutkan pekerjaan ini atau hanya sampai di sini saja. Kalau dipaksa pun, hasilnya tak akan pernah bagus.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah dua kali dipanggil oleh atasan karena tak seprofesional seperti dulu lagi."     

"Inikah dampak yang ditinggalkan oleh Reva? Aku menjadi lemah dan rapuh seperti ini?"     

Pria yang saat ini sedang duduk sambil menghisap sebilah rokok itu tampak banyak pikiran. Ia bingung sekarang tentang apa yang harus dilakukan.     

Mungkin inilah titik terendahnya sekarang. Kehilangan wanita yang begitu ia cintai membuatnya jadi hancur berantakan. Agam tak ingin membahas masalah pekerjaannya ini pada siapa pun. Cukup dirinya saja yang tahu.     

"Apakah aku harus berhenti kerja saja?" tanya Agam pada diri sendiri. "Tapi, kalau aku berhenti kerja, aku mau makan apa nanti?"     

Dengan bekerja sebagai bartender inilah, yang bisa membuatnya bertahan hidup sampai sekarang. Agam sudah cukup lama bekerja di sini. Masalah apa pun bisa ia atasi dan mengesampingkan dari hal-hal yang bersifat pribadi. Namun, entah kenapa, saat Reva sudah tiada dampaknya begitu besar dalam hidup. Ia jadi tak bersemangat seperti dulu, seperti orang yang sangat putus asa.     

Ia masih bingung sampai sekarang. Apakah tetap lanjut atau mundur. Agam sekarang hanya sebatang kara dan tak punya siapa-siapa lagi. Dulu dirinya mempunyai Reva, tapi sekarang tak ada lagi.     

"Huftt! Kenapa jadi seperti ini ya Tuhan?"     

***     

Joseph sengaja menuju ke bar karena ingin minum-minum, juga sambil berbicara dengan Agam. Ia pun segera melangkah masuk ke dalam. Terlihat Agam yang sedang menuangkan minuman ke atas gelas para tamu.     

Seketika pria itu menatapnya dengan senyum tipis. Joseph pun duduk dan langsung memesan segelas wine padanya.     

"Gam?" panggil Joseph.     

"Iya, Jo?"     

"Apa kau baik-baik saja?"     

Agam terdiam saat Joseph bertanya seperti itu. Jelas saja dirinya sedang tak baik-baik saja. Ia pun hanya menggeleng pelan sebagai respons.     

"Jangan terlalu berlarut-larut sedih, Gam. Aku jadi sedih juga melihatmu seperti ini. Kau tampak tak semangat lagi," lirih Joseph.     

"Ya, mau bagaimana lagi, Jo? Aku pun bingung sekarang. Aku sudah kehilangan Reva, Jo."     

"Aku tahu, Gam. Tapi, alangkah baiknya kalau kau berusaha bangkit perlahan dari keterpurukan ini."     

Ucapan Joseph tak digubris oleh Agam. Pria itu langsung menyodorkan segelas wine pada Joseph.     

Tiba-tiba saja, ada salah satu teman Agam tampak memanggilnya. "Gam, dipanggil Bos!" ujarnya.     

Agam tampak pucat pasi. Pria itu segera menuju ke ruangan bosnya dan meninggalkan Joseph. Karena merasa penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi, Joseph pun berniat akan membuntutinya.     

Setelah Agam sudah masuk ke dalam ruangan, barulah Joseph menguping pembicaraan mereka di dalam. Ia mendengarkan dengan saksama dan fokus. Joseph pura-pura berdiri di depan pintu sambil memainkan ponselnya agar yang lain tak merasa curiga terhadapnya.     

Samar-samar ia mendengar bahwa Agam sedang dimarahi oleh bosnya. Karena kinerjanya kali ini sangat menurun drastis. Joseph juga mendengar bahwa Agam dipecat dari bar ini. Sungguh, sebuah keadaan yang sangat memprihatinkan. Ia merasa kasihan dengan Agam.     

Joseph pun buru-buru untuk menjauh dari pintu masuk ini dan berlari ke tempat duduk awal. Ia sudah mendengarkan semuanya. Terlihat Agam yang ke luar dari dalam ruangan itu sambil membawa sepucuk amplop berisikan surat di dalamnya. Pasti itu adalah surat PHK.     

'Kasihan sekali Agam. Dia tak punya pekerjaan lagi, setelah kehilangan cintanya.'     

Joseph berniat akan membantu Agam dengan sebisa mungkin. Ia tak akan membiarkan pria itu menderita.     

"Gam!" teriak Joseph padanya. Pria itu pun menghampirinya. "Kau kenapa?" Joseph berpura-pura tidak tahu tentang hal ini.     

"Ah, tidak apa-apa, Jo."     

Agam tak mau bicara terus terang padanya. Pria itu menyembunyikan hal ini.     

"Benarkah itu? Aku melihat dengan jelas bahwa wajahmu bersedih sekarang. Cerita saja padaku, mungkin aku bisa membantu masalahmu."     

"Tak ada, Jo. Aku tak punya masalah apa pun sekarang," balas Agam.     

Pria itu tetap tak mau berkata jujur. Joseph hanya bisa mengiyakan saja.     

"Hm, kalau begitu aku pulang dulu, ya. Nanti kau bayar minuman ini pada temanku saja di sana."     

Agam akan segera pulang karena sudah tak bekerja di sini lagi. Joseph semakin iba melihatnya. Ia menatap kepergian Agam yang sudah ke luar dari bar. Sesaat setelah pria itu ke luar, Joseph segera bertanya pada seseorang.     

"Mas?"     

"Iya, kenapa?"     

"Mas tau tak, apa yang sebenarnya terjadi pada Agam di sini?"     

"Oh, si Agam? Dia akhir-akhir ini sering melamun, Mas. Gelas-gelas pun kadang pecah karena dia tak sengaja juga. Bos jadi marah karena hal itu. Agam bukan pria yang seperti dulu," ucapnya.     

Joseph mengangguk-angguk dan merasa paham sekarang dengan apa yang terjadi. Setelah membayar, ia pun segera menyusul Agam.     

"Ya sudah, makasih ya, Mas."     

"Iya, Mas. Sama-sama."     

Joseph berlari ke luar dan masuk ke dalam mobilnya. Ia ingin mencari keberadaan Agam yang sudah cukup jauh berjalan kaki. Dari sini menuju ke rumah Agam memang tak jauh.     

"Aku harus bicara pada Agam sekarang."     

***     

"Jo, kenapa kau bisa tahu bahwa aku sekarang dipecat?"     

Agam tak menyangka bahwa Joseph tahu tentang hal ini. Pria itu berusaha untuk menyembunyikannya, malah tak bisa.     

"Aku tak sengaja menguping tadi. Mendengar pembicaraanmu dan juga bosmu."     

"Oh, itu ...." Agam tersenyum tipis. "Aku ikhlas, Jo karena dipecat. Aku sadar diri karena sekarang tak bisa profesional seperti dulu."     

"Apa karena memikirkan Reva, jadi kau seperti ini sekarang?"     

"Tentu saja, Jo. Aku masih belum bisa melupakan Reva seutuhnya. Kau tahu kan? Cintaku padanya sangat besar. Aku pun pernah punya niat untuk bisa membangun bahtera rumah tangga bersama dengan Reva. Namun, sekarang semuanya nihil," ucap Agam panjang lebar. Pria itu bersedih dan tertunduk.     

Hati Agam sangat rapuh sekarang. Tak tahu harus melakukan apa. Ia pun masih belum tahu, bagaimana caranya agar bisa bangkit kembali.     

"Obat dari sakit hati yaitu jatuh cinta lagi. Kau harus bisa melupakan Reva dan mulai hidup baru lagi bersama dengan wanita lain di luaran sana." Joseph terus memberi semangat pada Agam, agar tak seperti ini terus.     

"Come back stronger!" ucap Joseph.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.