Arrogant Husband

Dilamar Olehnya Pada Malam Itu



Dilamar Olehnya Pada Malam Itu

0Bertubi-tubi kejutan yang diberikan oleh Joseph untuk Melati. Wanita itu sangat senang sekali malam ini. Tak menyangka akan diberikan perhiasan berlian serta tiket liburan menuju ke Italia. Joseph pun juga menyematkan cincin ke jari manisnya pertanda bahwa mereka sudah bertunangan. Sebentar lagi dua sejoli itu akan melangsungkan pernikahan.     
0

Sudah cukup larut malam untuk mereka berada di restoran ini. Maka dari itu, Joseph akan mengajak Melati untuk pulang ke rumah. Malam ini begitu menggembirakan untuk keduanya. Joseph sudah berhasil mengikat sang pujaan hati dan segera membawanya ke pelaminan.     

"Sayang, mari kita pulang. Sudah cukup larut malam. Nanti Bu Angel dan juga yang lain akan cemas padamu," ujar Joseph.     

"Iya, Sayang. Ayo!" Melati bangkit dari duduk.     

Joseph langsung menjulurkan tangan padanya. Melati menyambut uluran tangan itu dengan penuh kehangatan. Dua sejoli itu tampak melenggang bersama.     

"Apa kau senang malam ini, Sayang?" tanya Joseph.     

"Wanita mana yang tak senang, kalau diperlakukan seperti tadi, Sayang?" Melati tersipu malu. Ia tersenyum penuh kemenangan.     

"Baguslah kalau begitu. Memang itu tujuanku untuk membahagiakanmu, Sayang."     

Melati menggamit lengan Joseph dan menyandarkan kepalanya di bahu kekar sang kekasih. Mereka berdua melangkah menuju ke dalam mobil. Tak terasa malam ini cepat berlalu dan semua kejutan yang Joseph persiapkan sejak tadi, sudah ia berikan pada Melati.     

Joseph melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangan. Alhasil, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Sudah waktunya untuk mengantar sang kekasih dan besok hari akan bertemu kembali.     

Joseph membukakan pintu mobil agar Melati bisa masuk ke dalam. Wanita itu tersenyum manis ke arahnya seraya mengucapkan terima kasih. Setelah itu mereka bergegas pergi dari restoran. Joseph tancap gas begitu sudah duduk di balik kemudi.     

***     

"Aku pulang dulu, ya," ujar Joseph yang sudah sampai mengantar Melati pulang dengan selamat.     

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan, ya."     

"Iya."     

Melati melambaikan tangan ke arah Joseph. Mobil itu sudah berlalu pergi dengan cepat. Setelah itu, ia pun bergegas masuk ke dalam.     

Sesaat setelah masuk, ruang tamu tampak hening, tak ada orang. Mungkin mereka sudah tidur. Melati pun bergegas masuk ke dalam kamar.     

Sesampainya berada di kamar, ia melihat Bu Angel sedang tertidur pulas di atas ranjang. Melati pun mendekati wanita paruh baya itu.     

"Ibu tidur nyenyak sekali," ujarnya sambil menatap wajah Bu Angel. Ia tak berani membangunkan wanita itu.     

Sebelum tidur, Melati ingin membersihkan wajahnya terlebih dulu dengan micellar water. Ia duduk berhadapan di depan cermin rias. Wanita itu mulai mengambil kapas dan menuangkan cairan pembersih wajah tersebut. Kemudian, ia oleskan dengan lembut di area wajah.     

Kemudian, matanya menatap ke arah kalung berlian yang berada di lehernya. Kalung berlian itu tampak berkilauan. Melati sangat menyukai hadiah pemberian dari Joseph ini.     

"Kalung ini sangat luar biasa cantik. Aku tak bisa membayangkan, betapa mahalnya kalung ini." Melati memegang buah kalung itu dengan mengusapnya perlahan.     

Ia juga memandang ke arah jari manisnya yang telah terpasang sebuah cincin berlian. Lagi-lagi pria itu membuatnya merasa takjub. Melati semakin jatuh cinta padanya. Joseph pula telah membelikannya tiket liburan menuju ke Italia.     

"Joseph selalu memberikan yang terbaik untukku. Aku beruntung sekali bisa mendapatkannya." Melati senyum-senyum sendiri.     

Setelah membersihkan wajah dari sisa make-up, Melati pun segera naik ke atas ranjang dengan perlahan. Ia membaringkan tubuhnya di samping Bu Angel.     

***     

Bu Angel tampak heboh sendiri ketika melihat kalung berlian yang berada di leher Melati. Wanita paruh baya itu memutar-mutar tubuh Melati, menatap ke depan dan ke belakang.     

"Ya ampun, kalung berliannya bagus banget, sih. Siapa yang membelinya, kau ya?" Bu Angel memegang buah kalung itu dan merasa takjub.     

"Bukan, Bu. Tapi, Joseph yang membelikannya untukku."     

"Hmm, ternyata si Joseph orangnya." Bu Angel mengedipkan sebelah mata ke arah Melati. Tampak menggodanya sehingga jadi salah tingkah.     

"I–iya, Bu. Malam tadi dia melamarku," ucap Melati.     

Bu Angel sontak menatap ke arah jari manis Melati. Benar saja, di sana sudah tersematkan cincin berlian yang sangat berkilauan. Bu Angel tersenyum senang mendapatkan kabar baik ini.     

"Syukurlah kalau begitu, Nak. Berarti dia sangat serius padamu." Bu Angel memegangi kedua lengan Melati dengan perlahan.     

"Iya, Bu. Dia sangat baik padaku. Membelikan aku ini dan itu. Tapi, aku masih belum bisa membalas kebaikannya." Melati sampai detik ini belum bisa memberikan apa-apa untuk sang kekasih.     

"Tak masalah, Nak, yang terpenting kau selalu memberikan rasa cinta dan kasih sayangmu hanya untuknya. Kau harus selalu setia di sampingnya. Hanya itu saja yang diperlukan oleh seorang pria." Bu Angel menjelaskan panjang lebar kepada Melati.     

Melati tampak manggut-manggut mendengar ucapan Bu Angel. Ia akan melaksanakan semua perintahnya.     

"Ya sudah kalau begitu. Kita ke luar saja yuk, beri tahu yang lain tentang kabar baik ini. Pasti mereka juga turut senang mendengarnya." Bu Angel mengajak Melati menuju ke luar.     

"Baiklah, Bu."     

Kedua wanita itu tampak melangkah ke luar kamar. Bu Angel berjalan bersisian dengan Melati menuju ke meja makan.     

Kemudian, saat keduanya hendak melangkah ke dapur, tiba-tiba saja datanglah Saga dan Alisa yang menuruni anak tangga. Mereka pun saling tegur sapa.     

"Pagi, Bu. Pagi, Mel," sapa Alisa pada keduanya.     

"Pagi juga, Nak."     

"Pagi juga, Sa."     

Bu Angel langsung mengabarkan bahwa Joseph telah melamar Melati malam tadi. Wanita itu juga memberitahukan bahwa Joseph sudah memberikan perhiasan berlian berupa kalung dan cincin. Alisa menatapnya tanpa kedip.     

"Wah, bagus sekali kalungmu, Mel." Alisa tersenyum senang melihat sahabatnya sudah dilamar oleh Joseph.     

"Iya, Sa. Makasih, ya."     

"Sama-sama."     

Kemudian, Saga mengajak mereka semua menuju ke ruang makan. "Ayo, kita ke ruang makan."     

Makanan sudah tersaji di atas meja dalam keadaan masih panas. Aroma harum pun menguar di udara. Saga dan yang lain segera duduk untuk sarapan.     

"Oh, ya, selamat ya Mel. Karena kau dan Joseph sudah meresmikan hubungan," ujar Saga.     

"Makasih Saga."     

"Sama-sama. Aku berharap, hubungan kalian akan terus abadi selamanya. Saling setia dan menua bersama."     

Melati mengaminkan doa dari Saga. Sahabat Joseph itu begitu baik padanya. Orang di rumah ini terlihat sangat ramah. Melati jadi semakin betah dibuatnya.     

"Joseph juga membelikan tiket liburan menuju ke Italia. Kami akan liburan bersama nanti."     

Alisa dan yang lain tampak antusias mendengarnya. "Wah, Joseph hebat sekali selalu memberikanmu kejutan yang banyak."     

Mendengar Alisa berucap seperti itu, Saga langsung berdeham dan menoleh. Memberi kode pada sang istri agar tak memuji pria lain. Alhasil, Alisa paham dengan kode tersebut. Ia geleng-geleng kepala melihat tingkah sang suami.     

Bu Angel dan Melati terkekeh pelan. Dua sejoli itu selalu menunjukkan kemesraannya. Saga tak sungkan untuk mencium kening Alisa dengan hangat di hadapan mereka.     

"Jangan memuji pria lain selain aku, ya."     

"Apa kau cemburu?" tanya Alisa pada Saga.     

"Tentu saja."     

"Bahkan dengan Joseph, sahabatmu sendiri?" tanya Alisa lagi.     

"Iya, dia kan juga seorang pria."     

"Sudah, sudah, lebih baik kita makan dulu. Debatnya nanti saja, disambung ya." Bu Angel tertawa kecil seraya menatap keduanya.     

Sebelum memulai makan, mereka berdoa terlebih dahulu. Doa itu dipimpin oleh Saga.     

"Berdoa dimulai."     

***     

"Sayang?"     

"Ya?"     

"Apa kau ingin pergi liburan lagi?" tanya Saga kepada Alisa. Pria itu akan segera berangkat ke kantor.     

"Tentu saja tidak. Kemarin kan kita baru saja pulang dari Paris." Alisa membawa tas kerja milik Saga menuju ke halaman depan.     

"Oh, baiklah." Saga segera mengambil tas kerjanya dari tangan sang istri. "Aku berangkat dulu, ya. Kau baik-baik di rumah." Saga juga mengecup kening Alisa dengan penuh kasih sayang.     

"Iya, hati-hati di jalan, ya." Alisa melambaikan tangan ke arah suaminya.     

Mobil yang dikemudikan oleh Saga dengan cepat berlalu dari halaman rumah. Alisa pun segera masuk ke dalam dan bercengkerama bersama yang lain. Bu Angel tampak duduk bersama dengan Melati di ruang tamu. Wanita paruh baya itu mengajaknya untuk duduk di sofa.     

Alisa bahagia karena orang-orang di rumah ini selalu akur, terlebih Bu Angel. Ibu mertuanya sekarang sudah berubah dan tak seperti dulu.     

"Ibu sangat bangga punya kalian berdua. Kalian berdua tuh sudah Ibu anggap seperti anak sendiri." Bu Angel menatap ke arah Alisa dan Melati secara bergantian.     

Alisa dan Melati pun juga sudah menganggap Bu Angel sebagai ibu kandung mereka. Mereka berdua tak pernah lagi berselisih paham.     

"Aku dan Melati juga menganggap Ibu seperti orang tua kandung kami sendiri. Kami bisa merasakan kehangatan seorang ibu lagi."     

Bu Angel merentangkan kedua tangannya dan memeluk Alisa dan juga Melati. Tiga wanita itu berpelukan dengan erat. Alisa mengucapkan terima kasih pada ibu mertuanya karena sudah menganggapnya ada.     

"Apa pun yang terjadi, kita akan selalu bersama."     

"Iya, Bu," ucap Alisa dan Melati secara bersamaan.     

Bu Angel menyuruh Alisa untuk menjaga kandungannya dengan sebaik mungkin. Di masa hamil muda ini, masih sangat rentan. Bu Angel juga menyuruh agar Alisa tak melakukan aktivitas yang berat-berat dahulu.     

"Betul apa kata Ibu, Sa. Kau jangan banyak beraktivitas dulu."     

"Iya, Bu. Iya, Mel. Aku mengerti."     

Alisa merasa beruntung sekarang. Semua doa-doanya akhirnya dikabulkan juga oleh Tuhan. Inilah yang ia inginkan sejak dahulu, yaitu dianggap oleh Bu Angel sebagai seorang menantu.     

"Makasih ya, Ibu dan juga Melati sangat perhatian padaku. Aku bahkan tak bisa membalas kebaikan kalian."     

"Jangan dipikirkan, Nak."     

Mendapatkan keluarga baru, membuat Melati begitu mencintai Alisa dan Bu Angel. Inilah keluarga barunya sekarang. Ia akan selalu menyayangi mereka sampai nanti. Apa yang telah dilakukan oleh keduanya memang sangat berjasa dalam hidupnya.     

"Aku sangat berterima kasih dengan Ibu dan juga Alisa, karena sudah mengizinkan aku untuk tinggal di rumah sebagus ini. Aku tak menyangka sama sekali."     

"Kau dan aku akan selalu bersama, Mel. Itulah gunanya sahabat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.