Arrogant Husband

Dianggap Seperti Anak



Dianggap Seperti Anak

0Saat Bu Angel mencicipi nasi goreng buatannya, Melati merasa deg-deg'an. Ia takut kalau rasanya tak cocok di lidah Bu Angel.     
0

"Bu, bagaimana rasanya? Tak enak kah?" tanya Melati yang terlihat takut.     

Bu Angel tak langsung menjawab pertanyaannya. Makin membuat Melati merasa takut bukan main. Apakah rasa makanannya tak enak? Ia pun mencicipi nasi goreng buatannya itu.     

"Astaga, ini enak sekali. Ternyata Melati jago masak juga, ya." Bu Angel memuji Melati yang pintar memasak.     

Melati akhirnya bisa bernapas lega karena masakannya dianggap enak oleh Bu Angel. Ia tersenyum penuh kemenangan.     

"Makasih ya, Bu."     

"Sama-sama, Nak."     

Bu Angel dan Melati tampak sarapan lebih dulu daripada Saga dan Alisa. Sepasang suami istri itu rupanya masih berada di dalam kamar dan tak ke luar.     

"Bu, apa Alisa dan Saga belum bangun, ya?"     

"Ah, Ibu yakin mereka berdua sudah bangun kok. Sebentar lagi palingan mereka turun juga."     

Ucapan Bu Angel ternyata memang benar. Tak lama kemudian, dua sejoli itu tampak menuruni anak tangga dengan bergenggaman tangan. Alisa dan Saga langsung bertatapan dengan Bu Angel dan Melati.     

"Selamat pagi," sapa Alisa pada ibu mertua dan juga sahabatnya.     

Mereka membalas sapaan Alisa dan segera menyuruhnya untuk duduk dan sarapan bersama di meja makan. Alisa langsung menyendokkan nasi goreng itu ke dalam piring Saga.     

"Wah, siapa yang masak nasi goreng ini?" tanya Alisa.     

"Melati yang memasaknya. Dia rupanya bangun lebih dulu daripada Ibu."     

"Aku yakin kalau masakanmu ini enak, Mel." Alisa menaruh piring yang digenggamnya tadi pada Saga.     

Saga tampak mencicipi nasi goreng itu dan memuji masakan Melati. "Nasi gorengnya enak banget. Ternyata Melati jago masak juga, ya."     

"Iya, Sayang. Melati memang dari dulu sudah jago masak. Dia sering membuatkanku nasi goreng ini dulu."     

Melati banjir pujian pagi hari ini karena kepandaiannya dalam bidang memasak. Tak diragukan lagi keahliannya ini. Semua yang berada di meja makan tampak berselera sekali. Menu pagi ini pun sangat sederhana. Hanya nasi goreng dan telur yang diorak-arik saja.     

Melati memperhatikan mereka satu per satu. Ia senang melihat kebersamaan ini. Saga, Alisa, dan Bu Angel menyukai masakannya.     

"Apa Ibu mau nambah lagi?" Melati menawarkan pada Bu Angel.     

"Boleh, Nak. Sedikit saja, ya. Nasi goreng buatanmu ini memang enak sekali."     

Saga pun jadi kepikiran untuk memberikan Melati sebuah usaha di bidang kuliner. Ia melihat potensi masak itu ada dalam diri Melati.     

"Mel?" panggil Saga.     

"Iya?"     

"Aku jadi kepikiran untuk memberikanmu usaha di bidang kuliner. Apa kau setuju?"     

Melati terkejut bukan main. Ia mendapatkan tawaran yang sebagus ini dari Saga. Bu Angel dan Alisa sangat setuju kali ini.     

"Iya, Mel. Ambil saja. Kau memang berbakat dalam hal ini," ucap Alisa.     

"Iya, Nak. Mau ya?"     

"Bagaimana?" tanya Saga sekali lagi.     

Alhasil, Melati setuju dengan hal itu. Ia akan punya usaha di bidang kuliner berkat bantuan dari Saga. Pria itu tersenyum manis ke arahnya. Saga akan memfasilitasi semua yang dibutuhkan oleh Melati.     

Alisa sangat bangga dengan sang suami. Pria itu membantu sahabatnya sampai seperti ini. Melati pun dibuat bahagia berkali-kali lipat.     

"Saga, terima kasih banyak ya untuk ini semua. Kalian semua memang sangat baik padaku." Melati sangat menyayangi orang-orang yang ada di rumah ini.     

Semuanya tampak rukun dan bersatu. Tak pernah ada lagi perselisihan yang terjadi.     

"Setibanya nanti kau dari Italia, kita akan langsung membangun tempatnya. Anak buahku akan mencarikan tempat yang strategis nanti."     

Betapa senangnya hati Melati saat ini. Perasaannya kali ini tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.     

Alisa langsung menggenggam tangan Saga dengan erat. Ia mengucapkan terima kasih karena sudah membantu sahabatnya.     

"Sayang, terima kasih ya, karena kau sudah membantu sahabatku."     

"Iya, Sayang. Sama-sama."     

Melati akan menceritakan hal ini nanti pada Joseph. Ia akan berbagi kebahagiaan ini.     

Saga sudah selesai lebih dulu sarapan kali ini ketimbang mereka. Ia pun akan segera pamit dan menuju ke kantor.     

"Ah, aku hampir lupa memberitahukan kalian tentang ini," ucap Saga.     

"Tentang apa, Sayang?" tanya Alisa.     

"Kemarin Agam bekerja di kantorku."     

"Loh, bukannya dia bekerja di bar, ya? Katamu kan seperti itu."     

"Dia sudah dipecat dari bar itu, Sayang. Aku kasihan sekali melihatnya dalam keadaan terpuruk waktu itu."     

"Lantas, bagaimana keadaan Agam sekarang, Nak?" Bu Angel pun menanyakan tentang keadaan Agam.     

"Dia sudah merasa baikan, Bu. Dia sepertinya berusaha untuk bangkit kembali dan melupakan Reva."     

Melati hanya diam saja dan tak mau ikut bersuara. Ia tak lebih baik mengenal Agam atau bahkan mendiang Reva.     

Setelah menceritakan hal itu pada semuanya, Saga berpamitan dan mencium punggung tangan Bu Angel. Ia pun langsung diantar menuju ke luar bersama dengan sang istri. Alisa menggamit lengannya penuh manja.     

Hingga mereka berdua sudah berada di halaman depan, Saga langsung menempelkan bibirnya di kening Alisa cukup lama. Sang istri tersenyum geli karenanya.     

"Aku berangkat dulu ya, Sayang."     

"Iya, Sayang, Hati-hati di jalan, ya."     

Saga masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan ke arah Alisa. Wanita itu pun balas melambaikan tangan. Hingga mobil Saga sudah menjauh dan tak terlihat lagi dari pandangan mata, barulah Alisa masuk ke dalam.     

Alisa ingin menghampiri Bu Angel dan Melati di meja makan. Mereka berdua terlihat membawa piring-piring kotor itu ke wastafel.     

"Bu, biar aku bantu, ya."     

"Tidak usah, Nak. Kau istirahat saja. Jangan melakukan hal yang berat-berat."     

"Iya, Sa. Tak usah. Mending istirahat saja di kamar," balas Melati. "Biar aku yang bereskan ini semua."     

"Baiklah." Alisa tersenyum manis pada Bu Angel dan juga Melati. Ia pun kembali lagi menuju ke dalam kamar.     

Sedangkan, Melati sedang mencuci piring di wastafel. Bu Angel tampak ingin membantu, tapi dilarang olehnya.     

"Kenapa kau yang mencuci piring? Biarkan saja pelayan yang melakukannya nanti."     

"Tidak, Bu. Biar aku saja. Lagian, ini hanya sedikit saja kok."     

Melati menyuruh Bu Angel untuk duduk bersantai di ruang tamu. Ia berjanji akan segera menyusul wanita paruh baya itu setelah mencuci piring kotor ini.     

"Ya sudah, kalau begitu Ibu ke ruang tamu dulu, ya. Kau nanti susul Ibu, ya."     

"Iya, Bu. Baiklah. Aku sebentar lagi selesai kok."     

Bu Angel pun melangkah ke luar dan duduk di sofa. Ia menunggu Melati untuk menyusulnya kemari. Ibunya Saga itu merasa beruntung karena bisa memiliki Melati dan juga Alisa. Dua wanita yang hebat itu telah hadir di dalam hidupnya.     

"Alisa dan Melati sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Jadi, mereka berdua tak akan bisa disakiti oleh siapa pun."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.