Arrogant Husband

Nasi Goreng Buatan Melati



Nasi Goreng Buatan Melati

0Agam senang karena hari ini langsung bekerja di kantornya Saga. Pria itu begitu percaya dengannya. Ini semua karena bantuan Joseph yang langsung mengajaknya datang ke sini. Sebuah keberuntungan karena bisa bekerja di kantor semewah ini.     
0

Bekerja sebagai seorang office boy pun sangat disyukuri oleh Agam. Ia tak memilih-milih dalam hal pekerjaan, terpenting bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Pria yang hanya sebatang kara itu mencoba untuk bangkit kembali dari keterpurukannya.     

Menjelang senja, Agam bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Jarak dari kantor Saga menuju ke rumahnya lumayan jauh. Ia pun memutuskan untuk berjalan kaki saja.     

Saga sudah pulang lebih dulu. Pria itu ingin bertemu dengan istrinya di rumah. Karena pekerjaan sudah selesai di sini, Agam pun segera melangkah ke luar kantor.     

Halaman depan kantor Saga ini memang sangat luas. Area parkir pun letaknya strategis. Mobil tersusun rapi di sana. Agam memandang penuh takjub dengan semua ini.     

"Saga memang pria yang sukses. Apa yang dia lakukan sungguh membuatku kagum. Aku ingin sepertinya suatu hari nanti," ucap Agam yang menunjukkan rasa kagumnya pada Saga.     

Saga adalah pria dewasa yang sukses di masa mudanya. Punya gelimang harta yang berlimpah dan mempunyai istri yang cantik dan setia.     

"Beruntung sekali hidupnya Saga. Aku ingin seperti dia nanti."     

Agam bertekad akan bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ia tak akan menyerah dan terpuruk lagi. Mencoba bangkit dan melupakan Reva dari dalam hidupnya.     

***     

Saga bersama Alisa di dalam kamar sedang bermesraan. Sepasang suami istri itu tampak bertatapan satu sama lain. Saga begitu memanjakan sang istri dengan penuh kasih sayang.     

Dibelainya dengan lembut kedua pipi Alisa. Wanita itu tersenyum manis dan menatap kedua matanya. Saga sangat bangga memiliki istri seperti Alisa.     

"Sayang, aku sudah tak sabar ingin bayi ini lahir," ucap Saga sambil mengusap-usap perut Alisa dengan lembut.     

"Sabarlah, Sayang. Doakan saja agar bayi kita lahir dengan selamat nanti, ya."     

"Iya, Sayang. Pasti."     

Alisa saat ini bersandar di bahu kekar Saga. Mereka berdua masih larut dalam kemesraan ini. Baru saja si kecil sudah tidur dengan pulas.     

"Sayang, yuk tidur! Kau jangan begadang, ya." Saga menyuruh Alisa untuk segera tidur.     

Alisa menurut dengan ucapan Saga. "Baiklah, Sayang. Yuk kita tidur."     

Alisa lebih dulu merebahkan diri di atas tempat tidur. Kemudian, disusul oleh Saga yang membaringkan tubuh menatap sang istri. Ia masih membelai-belai kedua pipi Alisa dengan manja.     

"Ayo tutup matanya. Tidur sekarang," ujar Saga.     

"Iya, Sayang."     

Wanita itu memejamkan kedua matanya perlahan. Saga tampak asyik menatap wajah sang istri yang begitu cantik menurutnya.     

'Dalam keadaan seperti ini saja, kau terlihat sangat cantik, Sayang.'     

***     

Malam hari seperti ini, Joseph masih tak bisa tidur juga. Entah kenapa, ia sekarang malah memikirkan Reva. Mengingat waktu dulu pernah mencintai wanita itu dan berjuang keras untuk mendapatkan hatinya.     

Waktu dulu Joseph sangat mencintai Reva. Ia rela melakukan apa saja untuk wanita itu.     

"Kenapa ya tiba-tiba jadi kepikiran Reva? Aku merasa kangen padanya malam ini." Joseph terlihat sendu sekarang. Wajahnya tertekuk lesu.     

Reva sudah berada di alam sana. Joseph tahu akan hal itu. Namun, malam ini entah kenapa rasa rindunya begitu membuncah pada Reva.     

Joseph pun menyentuh dadanya sendiri. Ia bisa merasakan jantungnya tiba-tiba berdetak cepat karena memikirkan Reva.     

"Ah, pasti ini hanya perasaanku saja. Aku tak mungkin mempunyai rasa lagi terhadap Reva. Dia sudah tenang di alam sana, kan?" tanyanya pada diri sendiri.     

Malam semakin larut dan Joseph masih belum bisa tidur juga. Jarum jam semakin berdenting cepat. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ia tak mau semakin begadang lagi sekarang.     

Alhasil, Joseph berusaha menutup kedua matanya dengan pelan. Berharap bisa tidur dengan nyenyak malam ini dan juga tak mengingat Reva lagi dalam hidupnya.     

***     

Melati bangun lebih dulu daripada Bu Angel. Ia berniat akan membantu membereskan pekerjaan rumah. Wanita berlesung pipi itu melangkah ke luar kamar dan akan menuju ke dapur. Kali ini, ia akan memasak untuk orang-orang di rumah ini.     

Saat Melati sudah sampai di dapur, para pelayan tampak menunduk ke arahnya. Para pelayan itu bingung dengan kedatangannya kemari.     

"Ada apa, Nyonya?" tanya salah satu pelayan itu.     

"Aku ingin memasak hari ini. Boleh kan?"     

"Jangan Nyonya. Biar kami saja yang melakukannya, ya."     

"Bagaimana kalau kalian membantuku untuk menyiapkan bahan-bahannya. Bagaimana? Biar aku yang memasaknya."     

Para pelayan itu tampak mengangguk dan setuju dengan ucapan Melati. Wanita itu langsung masuk ke dapur dan akan memasak. Pelayan mempersiapkan bahan-bahannya.     

"Terima kasih ya kalian semua," ucap Melati.     

"Iya, Nyonya."     

Mereka semua memanggil Melati dengan sebutan Nyonya juga, sama seperti Alisa. Karena wanita itu telah tinggal di rumah ini. Bu Angel sudah menganggapnya seperti anak kandung dan Saga juga telah menganggap Melati sebagai adiknya sendiri.     

Melati pagi ini akan memasak nasi goreng dengan campuran telur orak-arik. Ia akan membuat menu pagi ini dengan makanan yang bergizi. Tak lupa ia sertakan sayur-mayur ke dalam campuran nasi goreng yang dibuat.     

"Aku harap, Bu Angel dan yang lain akan menyukai masakanku."     

Saat di dalam kamar, Bu Angel mengerjap-ngerjapkan mata perlahan. Melihat ke sebelah tak menemui Melati, ia pun segera duduk. Bu Angel memanggil-manggil nama Melati.     

"Mel," panggilnya dengan sedikit nyaring.     

Bu Angel bangkit dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Namun, tak menemui wanita itu. Lantas, Bu Angel pun memutuskan untuk ke luar dari kamar.     

Saat berjalan-jalan untuk menemukan Melati, tiba-tiba saja Bu Angel mencium aroma yang sangat wangi di arah dapur.     

"Siapa yang masak, ya? Wangi banget."     

Karena merasa penasaran, akhirnya Bu Angel makin berjalan dengan cepat. Ia sudah sampai di dapur.     

"Melati?" Bu Angel terkejut karena Melati yang sedang memasak di dapur. "Kau masak apa, Nak? Wangi sekali."     

"Nasi goreng, Bu. Sebentar lagi masak kok. Kita sarapan sama-sama ya nanti."     

"Ibu bantu, ya?"     

"Eh, jangan, Bu. Ibu tunggu saja di ruang makan, ya. Sebentar lagi kok ini."     

Bu Angel mengangguk dan melangkah ke arah meja makan. Sebentar lagi, Melati akan selesai memasak nasi goreng dan akan segera tersaji. Bu Angel juga menunggu kedatangan Saga dan Alisa yang masih berada di dalam kamar.     

"Aku tak menyangka, kalau Melati itu pintar masak juga."     

Tak berselang lama, muncullah Melati dengan membawa sebuah mangkok besar kaca yang berisikan nasi goreng. Wanita itu membawanya dengan perlahan.     

"Wahh ...," seru Bu Angel saat melihat nasi goreng itu telah disajikan oleh Melati. "Kayaknya enak nih."     

"Iya, Bu. Semoga ibu suka, ya." Melati menyendokkan nasi goreng itu ke dalam piring kosong Bu Angel.     

"Iya, Ibu cicipi ya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.