Arrogant Husband

Suami Siaga



Suami Siaga

0Setibanya Melati di rumah, ia langsung digoda oleh Bu Angel yang duduk di ruang tamu. Melati tampak malu-malu dan mendekat ke arah Bu Angel.     
0

"Bagaimana tadi, jalan-jalannya sama si Joseph? Senang kan?" tanya Bu Angel yang terlihat senyum-senyum.     

"Iya, Bu. Tadi dia mengajakku ke taman. Di sana sungguh indah pemandangannya."     

Melati sedikit menceritakan tentang keindahan taman tadi. Joseph benar-benar bisa membuat hatinya merasa senang hari ini.     

"Joseph memang seperti itu. Dia tipe pria yang romantis pada wanita. Jadi, kau itu sangat beruntung karena bisa memilikinya, Nak," ucap Bu Angel. Ia menatap ke arah Melati dengan serius. "Mel, jangan kau sia-siakan pria sebaik Joseph, ya. Jangan buat dia patah hati. Cukup Reva saja yang menyakiti hatinya dulu."     

Melati langsung teringat dengan nama Reva. Ia tahu sedikit tentang hubungan mereka di masa lalu. Joseph begitu tergila-gila pada Reva, tapi perasaannya tak pernah terbalas. Ia pun bertekad tak akan melakukan hal yang sama pada Joseph.     

"Iya, Bu, tenang saja. Aku tak akan pernah menyakiti hati Joseph."     

"Iya, Nak. Ibu sayang dengannya, sama seperti anak kandung sendiri. Joseph sudah cukup lama bersahabat dengan Saga."     

Melati mengangguk-angguk. Ia paham dengan perasaan Bu Angel.     

"Ya sudah kalau begitu, lebih baik kau istirahat dulu di kamar ya. Ibu ingin santai dulu duduk di sini." Bu Angel menyuruh Melati untuk pergi ke kamar.     

"Baik, Bu. Aku ke kamar dulu."     

Bu Angel menatap Melati yang melangkah menuju ke dalam kamar. Ia menyayangi Melati dan yang lainnya juga.     

"Bukan hanya Saga saja yang aku sayangi, tapi Alisa, Melati, Joseph, dan juga Anton. Mereka semua seperti anak sendiri."     

***     

Sudah dua hari Agam hanya berdiam diri saja di rumah. Pria itu enggan ke luar untuk berjalan-jalan seraya menghibur diri. Apalagi saat dirinya dipecat dari pekerjaan, makin membuat Agam tambah terpuruk. Ia bingung untuk mencukupi kebutuhannya dengan apa kalau tak bekerja.     

Kehilangan Reva menjadi momok yang mengerikan di hidupnya. Agam sangat terpuruk dan terluka cukup dalam. Pria itu hanya bisa mengelus dada dan mengingat bahwa Reva sudah tiada.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah hanya berdiam diri saja seperti ini?" tanya Agam seraya mengembuskan napas panjang. Pria itu bersandar di kepala kursi.     

Agam berpikir bahwa dirinya tak selamanya berada dalam posisi seperti ini. Ia harus bangkit dan melakukan aktivitas seperti biasa. Ia juga harus bisa melupakan Reva dengan perlahan. Mencoba mengikhlaskannya karena sudah berada jauh di surga.     

"Mungkin aku harus cepat-cepat mencari pekerjaan di lain," ujarnya. "Aku tak bisa kalau hanya berdiam diri saja seperti ini."     

Agam mengangguk-angguk. Ia akan berusaha bangkit seperti dulu. Mencari pekerjaan atau juga mencari sosok pengganti Reva.     

***     

Saat menuju arah pulang, tiba-tiba Joseph melihat Agam sedang berjalan seorang diri di pinggir jalan. Entah ke mana pria itu akan pergi, ia selalu mengawasi dari jauh.     

"Agam mau ke mana, ya? Pakaiannya lumayan rapi, sih." Joseph terus memperhatikan ke mana arah tujuan Agam. Ia pun memutuskan turun dari mobil dan menepikannya sejenak.     

Lantas, Joseph ingin menyusul Agam yang melangkah cukup jauh. Berusaha mengimbangi langkah pria itu yang menurutnya lumayan cepat berjalan.     

"Agam!" teriak Joseph pada akhirnya. "Agam, tunggu aku!"     

Saat mendengar teriakan Joseph, Agam sontak menoleh ke belakang. Mereka berdua lalu bertatapan satu sama lain. Agam menghentikan langkahnya dan menunggu Joseph.     

"Kau mau ke mana, Gam?" tanya Joseph.     

"Hm, aku ingin mencari pekerjaan, Jo. Semoga saja dapat. Kali ini, aku akan bekerja sungguh-sungguh."     

Joseph langsung terpikirkan dengan ucapan Saga pada waktu itu. Pria itu menyuruhnya untuk membujuk Agam agar mau bekerja dengannya.     

"Aku tahu di mana kau akan mendapatkan pekerjaan yang bagus."     

"Di mana Jo? Sebutkan saja alamatnya."     

"Ayo, masuk ke dalam mobil. Aku akan mengantarkan kau ke sana." Joseph menyuruh Agam untuk pergi ke mobilnya.     

"Kau serius, Jo? Tak bercanda kan?"     

"Tentu saja aku serius. Mari! Mobilku ada di sana."     

Kedua pria itu melangkah ke arah mobil. Joseph akan mengajak Agam untuk menuju ke kantor Saga. Saga akan memberikan pekerjaan untuk Agam nanti.     

Setelah masuk ke dalam mobil, tanpa membuang-buang waktu lagi mereka segera bergegas menuju ke kantor Saga. Joseph membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi dan terlihat menyalip mobil-mobil yang lain juga.     

"Terima kasih ya, Jo. Kau sangat baik padaku."     

"Iya, sama-sama, Gam."     

***     

Kini, mereka berdua sudah berada di tempat tujuan. Joseph segera menyuruh Agam untuk turun dari mobil. Pria itu menatap ke sekitar kantor ini.     

"Jo, kantor ini sangat bagus," ucap Agam.     

"Ayo, kuperkenalkan kau dengan bos di kantor ini."     

"Kau serius, Jo?" tanya Agam tampak tak percaya.     

"Iya, aku serius. Aku tak berbohong padamu."     

Joseph membawa Agam menuju ke ruangannya Saga. Setelah mereka berdua masuk, Saga tampak terkejut melihat kedatangan Agam ke mari. Pria itu tak kalah terkejutnya juga.     

"Loh, ada Saga? Jadi, ini kantormu?"     

"Iya, Gam. Ini adalah kantorku."     

Joseph dan Agam duduk di kursi yang sudah disediakan. Seperti janjinya kemarin, Joseph sudah membawa pria itu ke sini dan berhadapan langsung dengan Saga.     

"Gam, aku sudah mendengar semuanya dari Joseph, bahwa kau sudah dipecat dari pekerjaanmu sebelumnya."     

"Iya, Ga. Aku sudah dipecat dan itu memang salahku juga," ujar Agam merasa bersalah.     

"Ya, aku mengerti dengan perasaanmu, Gam. Kau tak usah merasa bersalah seperti itu."     

Saga pun langsung memberikan pekerjaan pada Agam dan detik ini juga bisa bekerja. Pria itu seakan tak percaya dengan ini.     

"Ga, kau tak bercanda kan?" tanya Agam lagi.     

"Iya. Aku tak bercanda denganmu. Hari ini juga kau sudah bisa bekerja di kantorku."     

Dengan bekerja sebagai office boy, tentu saja Agam mau dan menerima pekerjaan ini. Ia sangat berterima kasih sekali pada Saga dan Joseph yang sudah membantunya.     

"Terima kasih pada kalian berdua. Kalian memang sangat baik padaku."     

"Sama-sama, Gam. Ayo, sana bekerjalah. Semoga kau merasa betah di sini," ujar Saga.     

"Iya, Ga. Sekali lagi terima kasih banyak."     

Agam melangkah menuju ke luar ruangan. Ia akan berganti pakaian kerja, sebagaimana yang sudah Saga suruh padanya. Kini, yang ada di dalam ruangan hanya Saga dan Joseph saja. Kedua pria itu tampak senang melihat Agam sudah bisa bangkit perlahan.     

"Kau lihat tadi kan wajahnya sangat senang karena mendapatkan pekerjaan?"     

"Iya, aku melihatnya tadi. Agam memang memerlukan pekerjaan ini, Ga."     

"Kau tadi bertemu dia di mana?" tanya Saga.     

Joseph menjelaskan pada Saga bahwa dirinya bertemu dengan Agam di pinggir jalan. Saat pria itu berusaha untuk mencari pekerjaan. Tak perlu pikir panjang, Joseph pun segera membawanya ke kantor ini.     

Saga tersenyum tipis dan berterima kasih pada Joseph karena sudah berhasil membawa Agam ke sini. Kini, pria itu sudah kembali bersemangat lagi seperti dulu.     

"Semoga saja, dengan ini Agam bisa bangkit dan melupakan Reva, ya. Aku kasihan sekali padanya. Memang tak mudah sih."     

"Iya, kita doakan saja yang terbaik untuk Agam."     

***     

Setelah Joseph pulang dari kantornya, Saga ingin sekali menghubungi Alisa yang berada di rumah. Ia rindu dengan sang istri tercinta dan ingin mengetahui kegiatannya sekarang.     

Ia pun segera melakukan panggilan video dan menunggu Alisa untuk menerima panggilannya. Tak perlu waktu lama, akhirnya sang istri menerima panggilan tersebut.     

"Sayang," ucap Saga ketika panggilan itu sudah tersambung.     

"Iya, Sayang ...."     

"Kau sedang apa di sana?"     

"Aku sedang duduk saja, Sayang sambil menjaga si kecil. Baru saja dia tidur."     

Saga mengangguk-angguk mendengar penjelasan sang istri. Alisa kini tersenyum manis padanya.     

"Kau tak istirahat, Sayang, tidur siang?"     

"Sebentar lagi, Sayang. Kau sudah makan siang kan di kantor?" tanya Alisa pada Saga.     

"Sudah, Sayang."     

Mereka berdua tampak berbincang-bincang. Alisa merasa senang karena sang suami tetap memberikan perhatiannya di sela-sela sibuk bekerja di kantor. Pria itu juga menyuruhnya untuk menjaga kesehatan dan juga bayi yang ada dalam kandungan.     

Alisa merasa tak sabar lagi ingin Saga pulang cepat dan bertemu dengannya di rumah. Wanita itu ingin bermanja-manja dengan Saga.     

"Sayang, aku sangat rindu padamu." Alisa berkata terus terang pada Saga. "Aku ingin dimanjakan olehmu nanti."     

"Iya, Sayang, baiklah. Nanti aku akan segera pulang dan memanjakanmu seperti biasa." Saga sangat paham dengan tingkah Alisa sekarang. "Oh, ya, kau mau minta dibelikan apa nanti?"     

"Rujak buah saja, Sayang. Aku menginginkannya."     

"Baiklah kalau begitu. Nanti tunggu aku pulang, ya."     

Sang istri tampak mengangguk-angguk di layar ponsel. Mereka berdua masih melakukan panggilan video. Saga dan Alisa sama-sama saling merasa rindu. Dua sejoli itu tampak kian mesra dari hari ke hari.     

Cinta mereka tak akan bisa dipisahkan oleh orang lain. Cinta keduanya sangatlah kuat dan sudah mengakar di dalam hati masing-masing. Saga dan Alisa akan selalu setia mendampingi sampai nanti mereka menua.     

"Sayang, cintaku padamu tak akan pernah luntur. Kau tahu itu kan?" Saga mengedipkan sebelah mata ke arah sang istri. Ia melihat mimik wajah Alisa yang langsung berseri-seri.     

"Iya, aku tahu kok. Kau memang suami yang paling baik untukku."     

"Oh, jelas dong. Aku ini adalah suami yang baik untukmu."     

"Iya, Sayang, iya. Apakah sekarang kau tak sibuk?"     

Sebentar lagi, Saga akan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi karena kedatangan Joseph. Sebelum menutup panggilan videonya bersama dengan Alisa, Saga tak bosan-bosan untuk memperhatikan kondisi sang istri. Ia menyuruh Alisa untuk tak melakukan aktivitas berat di rumah dan tetap istirahat saja di kamar.     

Saga tak mau, kalau nanti terjadi sesuatu pada sang istri dan itu akan membahayakan kondisi kehamilannya. Maka dari itu, Saga selalu siaga untuk keluarga kecilnya.     

"Ingat pesanku tadi ya, jangan sampai capek di rumah. Jangan melakukan aktivitas yang berat-berat dulu. Ingat, ada anak kita di dalam kandunganmu."     

"Iya, Sayang. Aku paham. Kau tak usah khawatir soal itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.