Arrogant Husband

Sayang Anak



Sayang Anak

0Dalam sekejap saja, suasana mendadak jadi hening dan penuh dramatis. Baik Saga maupun Agam tak ada yang bersuara lagi. Kedua pria itu tampak terdiam. Saga menatap lurus, tapi pandangannya kosong.     
0

Saga saat ini tengah memikirkan anaknya yang sudah lebih dulu menuju ke surga. Saat itu, Alisa mengalami keguguran karena ulah Reva yang menyuruh Joseph memberikan sebuah racun. Waktu itu tak akan ia lupakan dalam hidupnya. Ingin sekali Saga membuat Reva tiada saat itu juga.     

"Kau masih belum tahu rasanya, seperti apa saat kehilangan seorang anak, Gam. Dia yang telah menjadi belahan jiwaku dan juga Alisa. Tapi, belum sempat dilahirkan, dia sudah tiada," ucap Saga yang tampak masih bersedih. "Namun, demi membuat Alisa kembali bangkit, dari diriku sendiri harus bisa berbesar hati menerima kenyataan ini."     

Agam sangat bersedih mendengar kisah ini dari Saga. Ia sempat menitikkan air mata. Ternyata masih ada orang yang merasa sangat hancur dari dirinya, yaitu Saga. Rasa sakit yang diterima oleh pria itu lebih sakit darinya.     

'Ya Tuhan, aku baru sadar bahwa Saga lebih menderita daripada aku. Dia kehilangan anaknya sebelum lahir dan tak bisa menatap wajah si kecil. Sedangkan, aku? Kehilangan wanita yang belum jadi istri sah saja sudah seperti ini.'     

Agam merasa kurang percaya diri sekarang. Ia kalah kuat dari Saga. Pria itu mempunyai banyak masalah, tapi masih bisa terlihat tenang. Berbeda sekali dengannya, yang hanya menangis dan merenungi nasib, bahkan sempat merasa terpuruk.     

"Aku salut padamu, Ga, bisa bertahan dan kuat untuk istrimu. Ternyata lukamu lebih parah dari aku." Agam menundukkan kepala sejenak.     

"Maka dari itu, aku berharap padamu agar tak sedih atau terpuruk lagi. Mengerti?"     

"Aku mengerti, Ga. Berkatmu ... aku bisa bangkit kembali."     

Air mata yang masih membendung di sudut mata Saga, dengan segera diusapnya. Ia tak mau menangis lagi karena hal ini. Itu sudah menjadi bagian dari masa lalunya dan sekarang sang istri pun sudah hamil lagi.     

"Akan aku jadikan sebagai pelajaran yang berharga, Gam. Bahwa aku tak boleh lengah sedikit pun dalam menjaga Alisa, tak akan membiarkannya diracuni lagi oleh orang lain."     

Pengamanan di rumah pun telah dilakukan dengan ketat oleh Saga. Ia sudah menyuruh Anton dan yang lain untuk bersiaga. Tak lupa juga kepada para pelayan yang sering kali mempersiapkan hidangan untuk Alisa. Mereka juga tak luput dari perhatian Saga.     

Mendengar kisah yang penuh dengan inspirasi ini membuat Agam berterima kasih pada Saga. Ia sudah disadarkan sepenuhnya untuk tak berlarut-larut dalam kesedihan. Masih banyak yang lebih menderita dan merasakan kehilangan daripada Agam sekarang.     

Alhasil, sudah cukup lama Agam berada di ruangan kerja Saga sambil berbincang-bincang. Ia tak enak kalau terlalu lama di sini, sedangkan dirinya harus kembali lagi bekerja. Agam juga merasa takut, kalau pekerja office boy yang lain akan iri dengannya.     

"Ga, aku pamit ke belakang dulu, ya. Aku akan kembali lagi bekerja," ujar Agam.     

"Hmm, baiklah. Terima kasih karena sudah menemaniku mengobrol tadi."     

Saga mempersilakan Agam untuk ke luar dari ruangan kerjanya. Pria itu membungkukkan badan dan memberi salam hormat pada Saga sebelum berlalu. Setelah ke luar dari ruangan kerja Saga, Agam langsung kembali lagi ke belakang. Kembali lagi untuk membuatkan kopi untuk para karyawan yang lain.     

***     

Saat ini Alisa sedang bermain-main bersama dengan sang anak di atas ranjang. Anak perempuannya kini sudah tumbuh dengan besar dan sehat. Ia sangat menyayangi Lalisa dengan sepenuh hati.     

"Lalisa ... sayang, anak Ibu yang cantik ...." Alisa menatap sang anak yang sedang asyik bermain boneka di atas tempat tidur.     

Anak perempuannya sudah bisa merangkak dengan baik. Alisa pun sekarang lagi mengajarkan sang anak untuk bisa duduk. Pelan-pelan, ia melatih otot-otot anaknya agar lentur dan kuat.     

Alisa merasa gemas sekali dengan anaknya. Ingin sekali ia mencubit pipi gembul sang anak. Sebagai seorang ibu, Alisa merasa bangga karena bisa merawat seorang anak sampai detik ini.     

Walaupun bukan dari darah dagingnya sendiri, tapi Alisa sangat menyayangi bayi ini dengan sepenuh hati. Saga pun merasakan hal yang sama dengannya. Semua orang yang ada di rumah ini, memang sangat menyayangi si kecil.     

Alisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya kelak ketika dewasa. Ia ingin melihat si kecil tumbuh dengan sehat dan berkembang pesat. Tak akan ia lewatkan satu momen pertumbuhan pun dari Lisa sekarang.     

"Ayah dan ibu sangat menyayangimu, Nak. Kami berdua tak akan pernah bisa tanpamu. Kami akan selalu menyayangimu dengan sepenuh hati," ujar Alisa yang tiba-tiba menggendong sang anak yang asyik bermain. Kemudian, ia menciumi pipi si kecil dengan penuh kasih sayang.     

Tak akan ia biarkan satu orang pun yang menyakiti sang anak kelak. Maka, Alisa akan melawan orang tersebut. Tak peduli pria atau wanita.     

"Ibu tak akan pernah membiarkanmu dilukai oleh siapa pun, Nak. Ibu dan ayah akan selalu melindungimu."     

Bayi yang sudah berusia tujuh bulan lebih itu masih merasa nyaman saat berada di gendongan Alisa. Wanita itu merasa bangga menjadi seorang ibu. Tugasnya di rumah ini pun sangat dibatasi oleh Saga. Sang suami menyuruhnya untuk tak melakukan pekerjaan rumah apa pun. Suaminya hanya menyuruh untuk fokus menjaga anak.     

Saat Alisa berduaan dengan anaknya di dalam kamar, tiba-tiba saja Bu Angel mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke dalam. Alisa pun memperbolehkan sang ibu mertua untuk bersamanya.     

Kini, Bu Angel berjalan mendekat ke arah Alisa dan juga si kecil. Wanita paruh baya itu tampak senang melihat keduanya seperti ini.     

"Si Lalisa rupanya sudah bangun, Nak?" tanya Bu Angel.     

"Iya, Bu. Dia sudah bangun sejak tadi. Dia tadi habis bermain dengan boneka." Alisa masih menggendong sang anak berada dalam dekapan.     

Bu Angel sepertinya ingin menggendong sang cucu. Maka dari itu, Alisa pun menyerahkan anaknya pada sang ibu mertua. Kini, si kecil sudah berpindah tangan kepada Bu Angel.     

"Sama nenek ya, Sayang," ucap Bu Angel seraya mencium pipi cucunya dengan pelan.     

Alisa menatap Bu Angel yang sangat menyayangi anaknya layaknya cucu sendiri. Sejak awal, Bu Angel kurang setuju kalau dirinya dan Saga mengadopsi anak. Namun, seiring berjalannya waktu, maka sang ibu mertua sudah bisa menerima semua ini.     

"Cantik sekali cucunya nenek. Nenek jadi gemes deh, bawaannya pengen cium terus." Bu Angel kemudian terkekeh pelan. Ia selalu saja ingin menciumi si kecil dengan penuh kasih sayang.     

"Iya, Bu. Aku pun sangat gemas dengannya. Selalu ingin mencium pipinya yang gembul itu."     

"Iya, Nak. Syukurlah karena dia tumbuh sehat berkat dirimu."     

"Iya, Bu. Aku sangat menyayangi anakku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.