Arrogant Husband

Bertemu Seorang Wanita



Bertemu Seorang Wanita

0Agam berjalan dengan terburu-buru dan tak sengaja menabrak seorang karyawan wanita. Sontak saja, semua berkas-berkas wanita itu terjatuh ke lantai. Agam dengan cepat membantu dan juga meminta maaf padanya. Mata mereka kemudian saling bertemu.     
0

"Maaf, aku tak sengaja menabrakmu," ucap Agam sembari memungut berkas-berkas yang berjatuhan di lantai.     

"Iya, tidak apa-apa," balas wanita itu yang tersenyum manis padanya.     

Setelah memungut semua berkas, Agam pun langsung menyerahkannya. Wanita itu berterima kasih dengannya karena sudah dibantu. Agam pun dengan sopan membungkukkan sedikit badan dan hendak berlalu pergi.     

Namun, baru saja selangkah berjalan, wanita itu tiba-tiba memanggilnya. Agam lantas menoleh ke belakang. Mata mereka berdua lalu bertatapan lagi sekilas.     

"Ada apa, ya?" tanya Agam padanya.     

"Kau office boy baru, ya? Aku baru pertama kali melihatmu," ucapnya.     

"Iya, aku masih baru di sini. Baru beberapa hari bekerja di kantor ini."     

"Oh, pantas saja." Wanita itu menjulurkan tangan ke arah Agam. "Namaku Nina. Namamu siapa?"     

Agam agak sedikit canggung sekarang. Namun, ia balas menyambut uluran tangan itu seraya tersenyum kepada Nina. Rupanya, wanita itu ingin berkenalan dengannya.     

"Namaku Agam."     

Wanita yang dipanggil Nina itu lalu mengangguk-angguk. Ia senang karena berkenalan dengan Agam.     

"Ya sudah, aku duluan ya." Agam pun pamit kepada Nina dan akan segera pulang.     

Seakan tak rela kalau Agam pergi meninggalkannya, Nina pun kembali memanggil pria itu. Ia cepat berlari ke arahnya.     

"Oh, ya ... bagaimana kalau aku antar kau pulang?" Nina menawarkan untuk mengantar Agam pulang.     

"Hm, tidak usah. Aku bisa sendiri saja," tolaknya dengan halus.     

"Ayolah, tak apa-apa. Mari aku antar kau ke rumah, ya."     

"Tidak usah. Terima kasih untuk tawaranmu itu."     

Dari kantor Saga menuju ke rumahnya memang cukup jauh. Terkadang Agam harus menunggu taksi atau ojek yang lewat. Nina pun hanya bisa pasrah saat tawarannya ditolak. Pria itu berjalan menjauhinya. Agam bersikap seperti itu karena tak mau merepotkan orang lain.     

Setelah Agam sudah berjalan cukup jauh dari kantor, Nina masih saja berdiri di tempat. Ia merasa terpesona oleh karisma Agam. Pria itu mampu membuatnya berdebar-debar. Nina pun semakin penasaran dengannya.     

"Ya Tuhan, kenapa aku baru kali ini melihatnya? Sedangkan dia sudah beberapa hari yang lalu bekerja di sini."     

Akhirnya, Nina memutuskan untuk segera pulang. Hari semakin sore dan sudah tiba waktunya untuk pulang kerja.     

***     

Mata Nina tajam menatap ke arah depan. Ia pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Tak sengaja melihat Agam yang sedang jalan kaki menuju arah pulang.     

Ia ke luar dari mobil dan menghampiri pria itu. "Agam!" teriaknya dan berhasil membuat pria itu berhenti.     

Agam menoleh ke belakang dan menemukan Nina telah ada di sampingnya. "Kau? Ada apa ke sini?"     

"Aku tak sengaja melihatmu melintas di jalan ini. Lebih baik aku antar kau pulang, yuk! Kita pulang sama-sama." Nina masih menawarkan tumpangan kepada Agam. Ia berniat tulus padanya.     

"Hm, tidak usah. Kau duluan saja, ya."     

"Ayolah, ikut aku. Aku akan antar kau pulang dengan selamat." Nina memamerkan senyum indahnya pada Agam.     

Pria itu akhirnya luluh juga dengan Nina. Agam mau diajak untuk pulang bersama.     

"Baiklah kalau begitu," ucap Agam.     

Nina bersorak dalam hati. Ia senang bukan main karena Agam mau pulang bersamanya. Senyuman manis tak henti-henti berkembang di sudut bibir Nina.     

"Ayo, mari masuk ke mobilku." Nina mempersilakan Agam untuk masuk ke dalam.     

Agam agak merasa canggung ketika berada di samping Nina saat ini. Pria itu tersenyum tipis untuk mengontrol rasa gugupnya sendiri.     

Setelah mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil, Nina segera tancap gas dan membawa Agam ke rumah. Ia tak tega kalau melihat Agam pulang jalan kaki saja.     

Di tengah perjalanan, Nina berusaha mencairkan suasana dengan mengajak Agam ngobrol. Sedari tadi, pria itu hanya diam saja dan tak banyak bicara. Maka dari itu, ia pun inisiatif sendiri.     

"Apa kau selalu pulang dengan jalan kaki setiap hari?" tanya Nina pada Agam.     

"Ya. Aku hanya jalan kaki saja kalau pulang atau berangkat bekerja."     

Nina merasa malu untuk memulai obrolan lagi dengan Agam. Namun, kalau seperti ini suasananya, ia juga tak bisa hanya diam saja.     

"Apa kau tak capek?" Nina berusaha mengobrol lagi dengan Agam, agar pembicaraan ini terus berlanjut.     

"Tentu saja tidak, karena aku memang berniat kerja. Aku bekerja untuk menghidupi kebutuhanku."     

Pria itu menatap ke arah jalan. Sebentar lagi, Nina akan sampai mengantar Agam pulang.     

"Oh, begitu ...." Nina mengangguk-angguk ke arah Agam.     

Beberapa saat kemudian, Nina sudah sampai di halaman rumah Agam. Pria itu mengucapkan terima kasih padanya lalu turun dari mobil. Nina tetap memandangi Agam sampai pria itu masuk ke dalam rumah.     

Nina mengembuskan napas panjang dan segera melajukan mobilnya untuk pergi dari sini. Baru pertama kali bertemu Agam, ia merasa sudah terpikat. Pria itu benar-benar sopan dan juga pendiam, tak banyak bicara. Nina jadi penasaran dan berniat akan mendapatkan hati Agam.     

"Aku baru sadar, di kantornya Pak Saga ada pria semanis Agam. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.     

Ia berharap untuk ke depannya nanti, mereka berdua bisa menjadi dekat. Mungkin sekarang untuk mendapatkan Agam memang susah, ditambah lagi karena baru pertama kali bertemu. Nina juga tak sungkan mengajaknya berkenalan tadi.     

"Semoga kita berdua bisa dekat, Gam."     

***     

Agam baru saja selesai mandi dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Pria itu menatap ke langit-langit kamar. Pandangannya lurus ke depan dan pikirannya malah memikirkan wanita tadi.     

"Nina ... dia cantik, sih. Baik juga orangnya. Entah kenapa, aku suka melihat senyumannya tadi.     

Agam malah memikirkan Nina, wanita yang baru hari ini berkenalan dengannya. Wanita itu sopan dan juga periang.     

"Loh, kok tiba-tiba aku jadi mikirin dia, ya? Padahal kan, Nina itu baru saja kenal denganku hari ini tadi?" Agam geleng-geleng kepala dan berusaha menyingkirkan Nina dari dalam pikiran.     

Agam pun bangkit dan duduk di ranjang. Pria itu memutar bola matanya, ke kiri dan ke kanan. Ia merasa lapar sekarang dan ingin makan. Kemudian, Agam ke luar dari kamar dan menuju ke dapur.     

Pria yang berwajah tampan dan punya senyuman yang manis itu ingin memasak nasi goreng dan telur orak-arik. Menu itulah yang menjadi favorit Agam. Tak perlu masakan yang mewah untuk mengenyangkan perutnya.     

Ia sudah berada di dapur dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak. Agam memang pandai masak sejak dulu. Pria itu tak bergantung dengan orang lain.     

"Ayo, Chef Agam, buatlah masakan yang enak hari ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.