Arrogant Husband

Ketulusan Cinta



Ketulusan Cinta

0"Bu," panggil Alisa dengan lembut.     
0

"Iya, Nak?"     

"Makasih ya atas kasih sayang yang ibu berikan sekarang dengan anakku." Alisa tersenyum tipis ke arah Bu Angel. Bukan hanya itu saja, ia bahkan mendapat kesempatan untuk bisa dekat dengan ibu mertuanya.     

"Nak, kenapa jadi kau yang berterima kasih seperti ini? Harusnya ibu yang berterima kasih padamu. Kau sudah menerima ibu dan tak menaruh dendam sedikit pun."     

Alisa sama sekali tak merasa dendam dengan ibu mertuanya. Ia malah bersyukur karena Bu Angel bisa menerima keberadaannya di rumah ini. Hingga sekarang tak ada lagi permusuhan yang terjadi di antara mereka. Kedua wanita itu tampak damai dan baik-baik saja.     

"Untuk apa aku dendam sama ibu? Ibu adalah ibu mertuaku dan sudah kuanggap seperti orang tua kandung. Jadi, mana mungkin aku membenci dan dendam?"     

Bu Angel merasa terenyuh mendengar perkataan Alisa. Ia tak menyangka, kalau sang menantunya bersikap seperti ini. Alisa memang wanita yang baik.     

"Ibu jangan sedih lagi, ya. Semuanya sudah berlalu. Kita kan sudah berkumpul sama-sama."     

Di dalam dekapan Bu Angel, si kecil tampak tenang. Sesekali matanya terpejam karena mengantuk. Alisa bisa melihat kedekatan Bu Angel dan anaknya seperti ini. Ia sangat bahagia karena kehidupannya sekarang sudah jadi lebih baik dari sebelumnya.     

"Biar ibu saja yang nidurkan si kecil, ya. Nanti ibu tempatkan dia di dalam keranjang. Kau istirahat saja, bawa tidur." Bu Angel menyuruh Alisa untuk rebahan di atas ranjang.     

"Tidak, Bu, jangan. Mending ibu saja yang istirahat, ya."     

"Tak apa-apa, Alisa. Percaya deh sama ibu. Kalau si kecil dah benar-benar tidur, ibu langsung meletakkanya ke dalam keranjang."     

Alisa merasa terbantu karena Bu Angel. Ia pun menurut dengan sang ibu mertua. Wanita yang sudah tak muda lagi itu, tampak menidurkan sang anak.     

Alisa merebahkan diri di atas ranjang, tapi kedua matanya masih menatap ke arah Bu Angel dan anaknya. Melihat adegan seperti ini sangat membuat hatinya teduh.     

'Terima kasih Tuhan, karena telah mengabulkan semua doa-doaku.'     

***     

Sebentar lagi, Saga akan pulang ke rumah. Jam dinding terus berputar dan hampir menunjukkan pukul lima sore. Alisa sudah berada di ruang tamu untuk menunggu kedatangan sang suami.     

"Sebentar lagi suamiku akan pulang."     

Alisa bisa duduk di sini karena sang anak masih tidur pulas di kamar. Kemudian, datanglah Bu Angel kemari dan duduk di sofa bersamanya.     

"Wihh, ada yang udah tak sabar menunggu suaminya pulang kerja." Bu Angel tampak menggoda menantunya. Alisa sedang menunggu kedatangan Saga dari kantor.     

"Iya, Bu. Aku sudah tak sabar lagi." Alisa terkekeh dibuatnya.     

"Saga bentar lagi pulang kok. Tunggu saja."     

Sambil menunggu kepulangan Saga, maka Alisa dan Bu Angel tampak mengobrol lagi. Mereka berdua membahas tentang berbagai macam hal. Sekarang Alisa merasa sangat nyaman bisa ngobrol seperti ini dengan ibu mertuanya sendiri.     

"Nak, kau sangat mencintai Saga, kan?" tanya Bu Angel tiba-tiba.     

"Ya, Bu. Aku sangat mencintainya."     

Tak perlu diragukan lagi cinta Alisa kepada Saga. Wanita itu rela berkorban apa saja untuk sang suami.     

"Terima kasih ya, karena sudah mencintai Saga dengan tulus. Semenjak kecil, Saga memang sedikit agak keras. Apa yang dia mau, selalu harus terpenuhi. Kalau tidak, dia akan marah sekali."     

Alisa sudah menduga hal itu sejak pertama kali bertemu. Pria itu bahkan membawanya paksa menuju ke rumah ini.     

"Kau tak risih kan, Nak, dengan sikapnya Saga?"     

"Kalau dulu, memang iya, Bu. Aku merasa sedikit risih karena sikapnya. Namun, sekarang sudah tak lagi, karena aku mencintainya dengan tulus."     

Cinta yang tulus akan membuat kekurangan pasangan menjadi sebuah pelengkap. Alisa menutupi kekurangan Saga dan begitu pula sebaliknya. Dua sejoli itu telah berjodoh sampai sekarang. Cinta mereka berdua pun sudah mengakar hebat di dalam hati masing-masing. Jadi, tak ada yang bisa untuk membuat keduanya berpisah.     

Saga juga bukan tipe pria yang suka gonta-ganti pasangan. Saga memang sosok yang setia. Dari dulu sampai sekarang, hanya Alisa yang ia inginkan.     

"Syukurlah kalau begitu, Ibu senang mendengarnya. Terima kasih sekali lagi, Nak."     

"Iya, Bu. Sama-sama. Apa pun sikapnya Saga, aku akan berusaha untuk menerima semuanya. Kami sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu bersama sampai akhir hayat."     

Tiba-tiba saja, Bu Angel teringat dengan Pak Surya. Sang suami juga sangat setia padanya. Pak Surya tak pernah berpaling darinya dan memilih wanita lain. Namun, orang yang paling ia cintai, harus pulang lebih dahulu dan menuju ke surga.     

"Ibu jadi kangen sama ayah."     

Ucapan Bu Angel membuat Alisa sedikit terkejut. Wanita itu sontak menenangkan Bu Angel. Alisa mengelus-elus pergelangan tangannya.     

"Bu, aku tahu perasaan ibu sekarang. Kita doa sama-sama ya buat ayah." Alisa tersenyum begitu tulus ke arah Bu Angel.     

Bu Angel semakin merasa bersalah padanya karena dulu begitu benci pada Alisa. Sampai-sampai berani untuk mencelakainya. Namun, sekarang sang menantu tak membalas apa pun padanya.     

"Melihat kebaikanmu seperti ini, ibu jadi semakin bersalah."     

"Loh, memangnya kenapa, Bu?"     

"Ibu kan dulu pernah jahat sekali denganmu, Sa."     

Saat Alisa mencoba menenangkan sang ibu mertua, tiba-tiba saja Saga datang. Bu Angel lalu mengusap air matanya yang sempat jatuh. Kemudian, Alisa segera mengajak wanita itu menyambut Saga di halaman.     

"Ibu, Alisa ...." Saga berjalan menghampiri istri dan juga ibunya. "Kalian berdua rupanya menyambutku."     

"Iya, Nak. Alisa sudah cukup lama menunggumu," ujar Bu Angel.     

Saga pun lalu merengkuh tubuh Alisa dengan erat di hadapan sang Ibu. "Benarkah yang diucapkan oleh ibu tadi? Kau menungguku sudah lama?"     

"Iya sayang. Bahkan ibu pun menunggu kedatanganmu juga bersamaku."     

Bu Angel lekas menyuruh Saga dan Alisa pergi ke kamar mereka. Sepasang suami istri itu lalu tersenyum padanya.     

"Baiklah, Bu. Saga dan Alisa ke kamar dulu, ya. Ibu istirahat saja di kamar."     

"Iya, Nak."     

Saga dan Alisa berjalan beriringan sambil bergenggaman tangan. Sepasang suami istri itu tampak berjalan mesra. Saga dengan sikap siaganya menuntun sang istri naik ke atas tangga dengan perlahan. Melihat pemandangan seromantis ini membuat Bu Angel sangat bahagia. Akhirnya, anak-anaknya hidup penuh damai.     

Setelah melihat Saga dan Alisa menuju ke kamar mereka, barulah Bu Angel melangkah ke kamarnya sendiri. Wanita paruh baya itu sangat nyaman tinggal di rumah Saga.     

"Andaikan saja ayah masih hidup, mungkin ayah akan bangga dengan Saga karena sikapnya yang siaga seperti ini pada Alisa. Sikap dan sifat kalian sangat sama. Kalian berdua memang tipe pria yang setia, walaupun agak sedikit keras terhadap pasangan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.