Arrogant Husband

Perasaan yang Terpendam



Perasaan yang Terpendam

0Saat ini, Agam dan Nina sedang makan siang bersama. Mereka agak malu-malu saat berduaan seperti ini. Sesekali wanita itu tampak mencuri pandang ke arahnya. Agam sungguh tak tega dengannya, seperti menolak tawaran Nina tadi.     
0

Agam hanya diam dan fokus menyantap makanan. Nina lalu menyeruput minumannya untuk menetralkan debaran di jantungnya. Wanita yang bekerja di kantor Saga itu ingin mengeluarkan suara.     

"Makasih ya. Udah mau diajak kemari."     

"Aku yang makasih, karena kau sudah mentraktirku makan," balas Agam.     

Nina mengangguk pelan sembari tersipu malu. Tak menyangka bisa makan berdua bersama Agam siang ini. Memang sebuah kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan begitu saja.     

Nina ingin bersama dengan Agam tak hanya hari ini saja. Namun, ia ingin bersama dengan pria itu selamanya. Ya, Nina mulai jatuh hati pada pria di depannya ini. Hatinya selalu menghangat dan berdebar apabila menyebut nama Agam.     

Makanan yang ada di piring Agam hanya tersisa sedikit lagi, sedangkan Nina masih lumayan banyak. Nina pun sadar dan lekas menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tergesa-gesa.     

"Nin, tak usah buru-buru begitu makannya. Pelan-pelan saja, nanti tersedak. Aku akan menunggumu kok."     

Nada bicara Agam yang begitu lembut serta kalimat yang begitu meneduhkan, membuat Nina mengulum senyum. Ternyata Agam sosok pria yang perhatian. Membuatnya tak salah kalau merasa jatuh hati.     

"Iya, Gam," ujarnya.     

Mata Agam sontak menatap sekilas ke arah Nina yang sedang menyendokkan makanan ke dalam mulut. Ternyata, Nina memang wanita yang cantik dan manis.     

'Ah, kenapa aku memikirkan Nina?'     

Agam geleng-geleng kepala dan mengenyahkan sosok Nina dari dalam pikiran. Sontak saja, wanita itu menatap ke arahnya dan bertanya ada apa yang terjadi. Ia hanya berkata baik-baik saja, seolah tak ada apa-apa.     

Agam jadi merasa salah tingkah seperti ini. Ini semua karena berada di dekat wanita itu. Entah kenapa, pikirannya malah tertuju pada Nina terus. Ia bisa membayangkan cara senyum Nina yang manis dan selalu melekat di dalam kepala.     

Kini, Nina sudah selesai menghabiskan makanannya. Wanita itu lantas menyeruput jus jeruk miliknya. Saat sedang minum, Agam pun kembali menatapnya. Bibir mungil milik Nina begitu menggoda.     

"Huftt!" Agam mengembuskan napas panjang.     

"Kau kenapa, Gam?" tanya Nina yang melihat Agam tampak gelisah.     

"Ah, tidak apa-apa."     

Agam mencoba bersikap tenang sekarang agar Nina tak curiga, bahwa saat ini, detik ini juga ia memikirkan wanita itu. Pikirannya tiba-tiba saja jadi liar dan ingin merasai bibir mungil milik Nina.     

'Harusnya pikiranku tak boleh seperti ini. Aku dan Nina baru beberapa hari kenal. Aku sudah tak sopan padanya kalau membayangkan yang tidak-tidak.'     

Mereka berdua akan kembali bekerja lagi. Nina menuju ke kasir dan segera membayar makanan yang sudah disantapnya bersama Agam.     

"Makasih ya," ujar Agam.     

"Iya, Gam. Sama-sama."     

Nina dan Agam berjalan bersisian. Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Nina tak merasa malu sedikit pun saat bersama pria itu yang mengenakan pakaian office boy. Hingga, kedekatan mereka berdua dilihat oleh Saga.     

Sontak saja, keduanya saling menjaga jarak cukup jauh. Saga pun mendekat ke arah Agam.     

"Saga?"     

Nina yang tak nyaman berada di antara mereka berdua, lalu mengundurkan diri untuk kembali bekerja.     

"Saya permisi dulu, Pak," ucap Nina.     

"Iya, silakan."     

Saga menatap kepergian Nina yang terkesan buru-buru. Wanita itu pasti merasa gugup sekarang. Kemudian, ia pun tersenyum penuh arti ke arah Agam.     

"Kenapa, kau tersenyum seperti itu, Ga?" tanya Agam yang merasa penasaran dengan pria itu.     

"Tidak apa-apa. Hanya saja, kau dan Nina memang sangat cocok. Kenapa tidak pacaran saja?"     

Agam pun menyanggah ucapan Saga bahwa mereka tak memiliki hubungan apa pun. "Kau ini bicara apa, Ga? Aku dan Nina tak punya hubungan khusus. Kami hanya berteman saja."     

Saga berjalan berdua dengan Agam. Pria itu akan kembali bekerja lagi karena sudah masuk jam kerja.     

"Kau bisa mengatakan hal itu sekarang, tapi nanti ... aku yakin kalian berdua akan jadian." Saga tertawa melihat ekspresi Agam yang masam. Pria itu sepertinya gugup saat disinggung hubungannya dengan Nina sekarang.     

Agam mengibaskan tangan ke arah Saga. Ia memutuskan untuk berlalu dari hadapan pria itu.     

"Dasar si Agam!"     

***     

Dua sejoli yang tengah liburan bersama di Italia itu tampak menikmati semilir angin yang menerpa ke wajah mereka. Joseph dan Melati bergenggaman tangan dan menatap pemandangan Kota Italia ini.     

"Aduh, enak sekali udaranya. Sejuk sekali," ucap Melati.     

"Iya, Sayang. Kau senang kan berada di sini?" tanya Joseph sembari tersenyum ke arah Melati.     

"Iya, Sayang. Aku sangat senang sekali."     

Joseph sangat bahagia saat melihat senyumam indah Melati selalu tersungging. Wanita cantik yang sedang bersandar di pundaknya saat ini memang menikmati asrinya kota ini.     

Liburan mereka kali ini memang sungguh asyik. Melati berniat akan kembali lagi ke sini bersama dengan Joseph, entah kapan lagi.     

Joseph akan melakukan apa saja untuk wanitanya saat ini. Tak akan membuat Melati kecewa sedikit pun. Selalu membahagiakan orang terkasihnya.     

"Terima kasih atas rasa cinta dan kasih sayangmu padaku, Mel."     

"Sama-sama, Sayang. Aku pun juga berterima kasih untuk semua ini. Kau sukses membuatku bahagia."     

Melati diperlakukan seperti putri raja oleh Joseph. Apa yang ia inginkan, langsung dikabulkan begitu saja oleh sang kekasih. Melati tak akan pernah meninggalkan Joseph sedikit pun.     

Tiba-tiba saja Joseph menempelkan bibirnya ke kening Melati. Wanita itu tampak menegang dan terdiam seketika. Terkejut sekali dengan tindakan pria itu.     

"Sayang?" panggil Melati ketika ciuman itu sudah berhasil mendarat cantik di keningnya.     

"Iya, Sayang?" tanya Joseph.     

"Kau tadi mencium keningku?"     

"Iya. Kau suka?"     

Melati hanya tersipu malu. Ia sungguh menyukai saat pria itu mencium keningnya. Cinta Joseph yang tulus dapat ia rasakan.     

Joseph tahu dan mengenal Melati bahwa sang kekasih saat ini pasti merasa gugup. "Aku sangat mencintaimu, Mel."     

"Aku juga cinta padamu, Jo."     

Melati menyandarkan kepalanya lagi di pundak kekar Joseph. Pria itu begitu memanjakannya saat ini. Perhatian dan kasih sayang sang kekasih, membuatnya merasa nyaman.     

Cinta mereka tak akan terpisahkan oleh orang lain, karena Joseph merupakan sosok pria yang setia. Melati pun tak akan pernah bisa meninggalkan sosok Joseph, yang merupakan pria pujaan hatinya. Maka dari itu, Joseph ingin segera menikahinya nanti.     

Mereka berdua nanti akan melangsungkan pernikahan dan bulan madu di Indonesia saja. Melati juga setuju dan menurut saja dengan kehendak Joseph. Apa pun itu, asal bersama dengan Joseph, maka Melati akan selalu mengiyakan.     

"Aku tak sabar lagi ingin segera menikahimu nanti."     

"Sabarlah, Sayang. Aku tak akan ke mana pun juga kok."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.