Arrogant Husband

Senyum Kebangkitan



Senyum Kebangkitan

0Hari ini adalah hari yang paling membuat Melati merasa bahagia tiada tara. Wanita itu akan pergi liburan bersama dengan Joseph. Barang-barang pun sudah dipersiapkan sejak kemarin. Kini, keduanya sebentar lagi akan berangkat ke bandara.     
0

Melati berpamitan pada Bu Angel dan juga dengan yang lain. "Bu, Melati berangkat dulu ya sama Joseph," ucapnya.     

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan, ya." Kemudian, Bu Angel mendekat ke arah Joseph. "Jo, jaga Melati dengan baik, ya. Jangan kau apa-apakan dia di sana."     

"Iya, Bu. Aku akan menjaga Melati dengan baik."     

Melati saat ini berpelukan dengan Alisa. "Aku pergi dulu ya, Sa. Kau jaga diri baik-baik di rumah."     

"Iya, Mel. Kau juga ya. Semoga kau dan Joseph bersenang-senang di sana," ucap Alisa.     

Melati dan Joseph kemudian masuk ke dalam mobil Saga. Pria itu akan mengantar keduanya menuju ke bandara. Lambaian tangan menjadi perpisahan sementara di antara mereka.     

Tak lupa Saga juga berpamitan dengan Bu Angel dan sang istri. Setelah mengantar Joseph dan Melati menuju ke bandara, ia akan langsung ke kantor.     

"Bu, Saga pamit, ya." Saga mencium punggung tangan Bu Angel dengan hormat.     

"Iya, kau juga hati-hati. Bawa mobilnya jangan ngebut."     

Tak lupa, Saga mengecup kening Alisa dengan penuh cinta. Pria itu pun segera berlalu dari hadapan.     

"Aku pergi dulu, ya."     

"Iya, Sayang. Hati-hati." Alisa melepaskan genggaman tangan Saga darinya.     

Pria itu masuk ke dalam mobil, menyusul Joseph dan Melati yang sudah duduk di dalam. Melirik sekilas ke arah sepasang kekasih di belakang yang tampak bercengkerama. Saga lantas menggelengkan kepala melihat kebahagiaan mereka. Energi positif dari Joseph dan Melati mampu membuatnya tenang.     

Setelah mobil yang dikemudikan oleh Saga sudah tak terlihat lagi, maka Alisa mengajak ibu mertuanya segera masuk ke dalam. "Ayo, Bu, kita masuk."     

"Iya, Nak."     

Alisa mengekor di belakang Bu Angel. Wanita paruh baya itu tampak duduk di depan televisi. Ia mengajak Alisa duduk bersama di sana.     

"Nak, ayo duduk sini sama Ibu."     

Alisa mendekat pada Bu Angel. Wanita paruh baya itu tampak menyalakan televisi.     

"Bu, kalau perlu apa-apa, tinggal bilang sama aku aja, ya." Alisa menampilkan senyum manisnya kepada Bu Angel.     

"Iya, Nak. Terima kasih."     

Tiba-tiba saja Bu Angel menyuruh Alisa untuk pergi ke kamar, agar menjaga si kecil saja. Sang menantu pun menurut. Alisa kemudian berjalan dan naik ke atas tangga, meninggalkan Bu Angel yang sedang berada di ruang tengah.     

***     

Akhirnya, Saga sudah sampai mengantar Joseph dan Melati di bandara. Mereka turun dari mobil dan Saga ikut membantu menurunkan koper milik wanita itu di bagasi.     

"Ga, makasih ya sudah mengantar kami," ucap Joseph.     

"Iya, Jo. Sama-sama. Semoga kalian bersenang-senang ya bila sampai di Italia." Saga menepuk pundak Joseph berkali-kali.     

Joseph dan Melati melangkah masuk ke dalam bandara. Mereka akan segera terbang menuju ke tempat tujuan, yaitu Italia. Saga tak ikut masuk ke dalam karena setelah ini dirinya akan berangkat ke kantor. Ia bisa melihat sepasang kekasih itu tampak bahagia sambil bergenggaman tangan dengan mesra.     

"Aku senang melihat mereka seperti ini." Akhirnya, Saga kembali lagi ke dalam mobil dan tancap gas menuju ke kantor.     

***     

"Selamat pagi, Ga."     

Agam menyambut kedatangan Saga yang telah datang ke kantor. Ia membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat.     

"Selamat pagi juga, Gam. Senang bisa melihatmu dalam keadaan seperti ini."     

"Ya, Ga. Aku sangat semangat hari ini. Sudah berhari-hari yang lalu, aku merasa terpuruk."     

Saga turut senang mendengarnya karena Agam sudah mulai bisa bangkit. Pria itu tersenyum ke arahnya.     

"Ya sudah kalau begitu. Aku masuk ke ruanganku dulu ya. Kau lanjutkan lagi bekerjanya." Saga sambil menepuk pundak Agam dan dirinya bergegas masuk ke dalam ruangan kerjanya.     

Agam menatap kepergian Saga yang sudah berlalu dari hadapannya. Ia merasa beruntung karena dipertemukan oleh orang sebaik Saga. Tak akan membuat pria itu merasa kecewa dengannya, maka Agam akan melakukan yang terbaik di sini.     

"Aku bersyukur karena bisa bertemu dengan orang-orang yang baik. Saga, Joseph, dan keluarganya memang sangat baik padaku. Aku tak akan melupakan jasa-jasa mereka."     

Cukup lama Agam berdiri di tempat, maka ia pun kembali lagi bekerja. Bekerja sebagai seorang office boy di kantor ini. Pria itu tampak berjalan dengan gagah menuju ke belakang. Agam akan membuatkan kopi hitam hangat untuk Saga, sang bos.     

Setelah selesai membuatkan kopi hitam itu, ia pun segera membawanya menuju ke ruangan Saga. Sebelum masuk ke dalam ruangan kerjanya, Agam terlebih dulu mengetuk pintu.     

"Masuk," teriak Saga dari dalam.     

Agam pun membuka pintu dengan perlahan dan bertatapan dengan Saga. Pria itu menyambut kedatangannya seraya tersenyum manis.     

"Gam, ayo silakan masuk," ucap Saga.     

Agam berjalan menuju ke meja Saga sambil menyerahkan kopi hitam padanya. Pria itu sangat berterima kasih pada Agam karena telah dibuatkan minuman ini.     

"Wah, enaknya. Pagi hari bisa ngopi seperti ini. Terima kasih, ya, Gam. Kau memang pengertian sekali."     

Saga meraih cangkir kopi itu dan segera menyeruput isinya. Kopi buatan Agam memang sangat nikmat menurutnya. Pria itu memang berbakat dalam hal ini.     

"Kau pandai sekali ya membuat kopi seperti ini. Jadi, aku tak salah pilih dirimu untuk bekerja di sini." Saga memberikan pujian pada Agam. Lantas, pria itu tak menjadi besar kepala, malah ia tersenyum dan terlihat menundukkan kepala.     

"Iya, Ga. Terima kasih. Aku akan melakukan yang terbaik di sini. Aku berjanji, Ga, akan bekerja secara profesional." Agam menatap Saga dengan serius. Pria itu telah mengucapkan janji dan tak akan mengingkarinya.     

Saga menyuruh Agam untuk duduk dulu di sini sejenak sebelum kembali lagi ke belakang. Ia ingin memastikan kalau kondisi Agam memang sudah bangkit.     

"Kau serius kan, sudah tak sedih lagi?" tanya Saga pada Agam. "Aku tak ingin melihatmu sedih lagi, Gam. Aku tak tega melihatnya."     

"Iya, Ga. Kau tenang saja, aku sudah tak sesedih dulu lagi. Aku sudah mencoba untuk bangkit. Aku tahu, Reva sudah tiada, tapi dia tak akan pernah terlupakan."     

Seulas senyum manis dan juga penuh semangat telah Agam tampilkan. Ia sekarang sudah tak sesedih dulu. Kepergian Reva memang membuat hatinya patah, tapi tak selamanya akan seperti ini. Agam juga harus tahu, bahwa wanita itu sudah tak di dunia lagi bersamanya. Reva telah pergi lebih dulu ke surga.     

"Aku mengerti dengan perasaanmu, Gam. Memang tak mudah ketika ditinggalkan oleh orang yang kita sayang. Aku pun merasakan hal itu, saat anakku telah tiada saat belum dilahirkan." Saga kembali lagi memutar memorinya ke waktu itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.