Arrogant Husband

Tekad Reva



Tekad Reva

0"Sayang, aku ingin bicara denganmu sebentar." Alisa mengajak sang suami untuk duduk bersama di atas ranjang.     
0

"Sepertinya ada hal yang penting, benarkah?" Saga melihat ekspresi sang istri yang serius.     

Alisa ingin menyampaikan pesan Reva tadi pada Saga. Ia ingin lebih berhati-hati dengan wanita itu. Tak ingin keluarga kecilnya jadi kenapa-kenapa nanti.     

"Tadi Reva datang ke rumah."     

"Lalu, apa yang dia lakukan ke sini?"     

"Dia menyuruhmu untuk menjauh dari Agam dan jangan dekat-dekat lagi."     

Pagi tadi pun saat di kantor, Reva tiba-tiba datang menemuinya dan menyuruh hal yang sama. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu sekarang. Ia menyuruhnya untuk menjauh dari Agam.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Reva telah menyembunyikan sesuatu?"     

"Aku tak tahu sayang," jawab Alisa. "Lebih baik, kau turuti saja kemauannya. Aku takut, kalau tidak dituruti, maka keluarga kita akan terancam."     

Saga menyuruh sang istri untuk tidak merasa cemas. Ucapan Reva anggap saja hanya angin lalu. Namun, meski begitu, Alisa tak ingin menyepelekan hal ini.     

"Sebentar lagi, aku akan menemui Agam langsung."     

"Ah, jangan sayang! Jangan lakukan hal itu. Reva memintamu untuk menjauh dari Agam."     

Semakin dilarang, maka Saga akan semakin nekat. Ia merasa curiga dengan semua ini. Kenapa Reva begitu mengatur dirinya dan tak memperbolehkan berteman dengan Agam.     

"Aku harus mencari sesuatu sayang. Reva seperti itu, pasti ada yang dia sembunyikan."     

"Sayang, aku mohon jangan lakukan hal itu dulu. Kau jangan terburu-buru untuk menemui Agam beberapa hari ini. Kita turuti saja permainannya Reva sekarang."     

"Apa kau yakin sayang?" tanya Saga lagi.     

"Ya. Aku yakin, cepat atau lambat semuanya akan terbongkar. Kita harus menahan diri untuk tak mengetahui hal apa pun dulu."     

Alisa ingin mencari aman sementara waktu. Ia menyuruh Saga untuk tak terburu-buru menyelidiki hal ini. Sampai dengan waktunya sudah tepat, maka mereka akan beraksi.     

Wanita yang sudah membuat hati Saga berdebar tak karuan itu memaparkan bahwa Reva bukanlah lawan yang lemah. Ia menyuruh sang suami untuk berhati-hati terus. Ancaman dari Reva, tak akan ia anggap sebagai lelucon.     

"Baiklah sayang. Apa yang kau ucapkan, ada betulnya juga." Saga pun akhirnya menurut dengan sang istri.     

Saga akan mengikuti permainan Reva. Entah apa yang wanita itu inginkan sekarang. Yang pasti, ia akan menjauhi Agam dulu dalam beberapa hari ke depan, sambil mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.     

***     

Malam hari, Saga tengah berteleponan dengan Joseph di sana. Mereka berdua membahas Reva.     

"Jo, tadi Reva ke rumah dan menyuruhku untuk menjauh dari Agam. Memangnya ada apa, ya?"     

"Aku pun tak tahu, Ga. Reva tadi juga datang ke rumah dan langsung bicara agar tak mencampuri hubungannya dengan Agam lagi."     

Saga menyuruh Joseph agar tak melakukan tindakan apa pun dulu. Ia ingin memastikan semua ini dengan benar. Pasti ada maksud yang terselebung dari Reva.     

***     

Lama-lama, Agam merasa bosan juga karena hampir setiap hari didatangi oleh Reva ke rumah. Ia tak bisa dengan leluasa sekarang.     

"Astaga, kau lagi! Mau apa? Sepertinya memang doyan untuk ke luar malam, ya."     

"Aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkanmu lagi, Gam."     

Agam hanya tersenyum kecut. Andai saja, Reva tak melakukan kesalahan besar seperti ini, maka ia pun masih mau untuk balikan lagi. Namun, nasi sudah menjadi bubur.     

"Aku tak mau menjalin hubungan dengan seorang pembunuh!" ujar Agam yang meninggikan intonasi suaranya.     

Reva berusaha untuk tetap terlihat tenang dan tak ingin membalas ucapan Agam. Hal yang paling penting sekarang adalah untuk terus membujuk pria itu agar mau bersamanya lagi.     

"Kau masih tak ingin bersamaku lagi, Gam?"     

"Iya. Sebaiknya kau pulang saja ke rumah dan tidur! Setiap hari kau ke sini, semakin membuatku tambah benci saja."     

Wanita itu mengembuskan napas panjang. Ternyata sakit sekali kalau dibenci oleh pria yang begitu ia cintai. Reva sampai tak bisa berkata apa pun lagi.     

"Sana pergi! Jangan membuatku tambah emosi lagi, ya. Kau jangan pernah memancingku untuk tambah benci!"     

"Aku yakin, Gam, kau masih mencintaiku. Hanya saja, masalah kecil ini membuat kita jadi punya penghalang yang besar." Reva tertunduk lesu.     

Agam tampak tertawa dan membalas ucapan Reva. "Apa katamu tadi? Ini masalah kecil? Jadi, maksudmu, membunuh Pak Surya bersama dengan anak buahmu itu hanya sebuah masalah kecil?"     

Semakin ke sini, belangnya Reva makin terlihat nyata oleh Agam. Memang benar, wanita itu tak sebaik yang dia pikirkan waktu dulu. Sekarang mata, hati, dan juga pikirannya telah terbuka lebar. Ia tak mau menjadi budak cinta Reva lagi.     

Alhasil, Agam tetap menyuruh Reva untuk pergi dari sini. Ia melakukan hal yang sama seperti kemarin, yaitu menarik tangan Reva dengan kasar agar menyuruhnya segera pergi dari sini.     

"Sudahlah, aku tak mau melihat wajahmu lagi di sini. Sebaiknya pulang saja dan lupakan aku!"     

"Aku tak akan membiarkanmu lepas dariku! Aku akan meraihmu lagi sampai dapat." Reva memutuskan untuk kembali ke dalam mobil.     

Tak ingin menyerah sampai di sini saja. Ia akan membuktikan rasa cintanya yang besar itu pada Agam. Pria itu memang sekarang tak peduli dengannya lagi, tapi suatu hari, Reva yakin kalau Agam akan tertarik lagi dengannya.     

***     

Reva baru saja datang dari rumah Agam. Pria itu masih saja keukeuh untuk berpisah seperti ini. Tak mau balikan dan tak ingin bertemu dan mengajak masuk ke dalam rumah.     

"Aku harus bisa membuat Agam merasa jatuh cinta lagi padaku, sama seperti dulu. Tak akan ada yang berusaha untuk mendekatinya lagi."     

Pagi hari tadi, Reva sudah menemui Joseph, Saga, dan juga Alisa. Meminta pada mereka bertiga untuk tak dekat-dekat lagi dengan Agam. Ia harus mencegah rahasianya sendiri agar tak terbongkar. Yang tahu rahasianya ini hanya Agam seorang.     

Kalau pun Agam tak mengangkat panggilannya waktu itu, maka dirinya sekarang akan terus merasa aman. Polisi pun juga masih memburunya.     

"Kalau Saga tak akan bisa diam untuk menemukan pelaku ayahnya. Maka aku juga tak akan diam untuk terus merahasiakan ini dari kalian."     

Reva sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Wanita berambut pirang itu tampak bicara sendiri dan mencari cara lain. Ia merasa lelah, tapi sebagai pembuktian cintanya pada Agam, rasa capeknya akan terasa jadi nikmat.     

Sebagai seorang wanita yang tingkat bucinnya tinggi, maka Reva akan menghalalkan segala cara untuk bisa bersama dengan Agam lagi. Ia tak akan bisa menemukan pengganti yang baru.     

"Aku hanya ingin Agam dan tak mau yang lain. Pokoknya, dia harus jadi milikku lagi. Tak ada seorang pun yang akan menghancurkan rencanaku yang satu ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.