Arrogant Husband

Rencana Licik Pak Surya dan Reva



Rencana Licik Pak Surya dan Reva

0Sepulangnya dari rumah Saga, Pak Surya langsung menemui Reva. Wanita itu terkejut melihat kedatangannya kemari. Pria yang masih terlihat gagah itu tampak tersenyum menyeringai. Keriput pun terlihat di beberapa bagian wajah.     
0

"Om Surya?" Reva kaget melihat kedatangan pria itu kemari.     

"Om mau bicara sesuatu sama kau," ujar Pak Surya yang masih berdiri di ambang pintu.     

"Baiklah Om. Ayo, silakan masuk ke dalam."     

Reva mengajak Pak Surya untuk masuk ke dalam rumah. Pria itu ingin mengajaknya bicara. Entah apa yang akan dibicarakan olehnya. Setelah Pak Surya sudah duduk di atas sofa, Reva segera membuatkan minuman ke dapur.     

Beberapa menit kemudian, Reva muncul dengan membawa nampan berisikan minuman dan juga camilan. Ia pun duduk berseberangan dengan Pak Surya.     

"Om Surya mau bicara apa ya sama aku?" Reva bertanya sekaligus kebingungan.     

"Om mau ajak kau kerja sama."     

"Kerja sama dalam hal apa, Om?"     

Pria paruh baya itu mengembuskan napas pelan, lalu mulai menjelaskan maksud kedatangannya kemari untuk meminta kerja sama. Reva menyimak pembicaraan ini dengan saksama. Wanita itu terkejut seketika karena mendengar Pak Surya meminta hal tersebut.     

"Om minta aku buat bantu menculik anaknya Alisa?" Reva mengkerutkan kening dan menatap tak percaya pada Pak Surya.     

"Ya. Om akan bayar kau dengan harga tinggi, sekaligus apa pun permintaanmu, akan om kabulkan."     

Penawaran yang sangat menggiurkan bagi Reva. Wanita itu tampak tergoda untuk membantu Pak Surya. Ia tertarik dengan kerja sama ini. Kapan lagi bisa dapat bayaran yang tinggi.     

"Bagaimana, apakah kau setuju?" Pak Surya yakin bahwa Reva akan tergiur dengan penawaran ini. Terlihat dari wajah wanita itu yang terus tersenyum.     

"Baik Om, Reva mau kerja sama dengan om. Aku akan bantu sebisa mungkin."     

"Bagus! Itu jawaban yang aku tunggu-tunggu."     

Pak Surya meraih gelas minumannya yang sudah tersaji di atas meja. Meneguk isinya sedikit lalu menaruhnya kembali.     

"Apa yang harus aku lakukan om?"     

Pria itu mendekat pada Reva dan mulai menjelaskan rencana busuk ini untuk menculik bayi mungil itu. Agar Alisa cukup tahu diri dengan ini semua. Bagi Reva ini memang berbahaya tapi mendengar kata nominal yang tinggi, membuatnya tak berpikir dua kali lagi.     

Reva tersenyum-senyum dan mengangguk. Ia paham dengan tugas yang akan dijalani nanti. Setelah semuanya beres, maka Pak Surya akan segera memberikan uang itu padanya.     

"Oke om. Reva paham dengan rencana ini."     

"Anggap saja, ini sebagai pembalasan sakit hatimu pada Alisa, karena dia sudah merebut Saga darimu," ujar Pak Surya.     

"Betul juga apa yang om katakan itu. Aku memang masih mengingatnya, saat Alisa datang ke rumah ini sebagai istrinya Saga. Lelaki yang aku cintai, malah memilih wanita lain."     

Namun, bagi Reva itu semua sudah berlalu. Masa depannya kini adalah bersama dengan Agam. Rasa cintanya untuk Saga pun sudah hilang.     

"Baiklah. Om rasa, ini semua sudah selesai kita bicarakan. Om tak bisa lama-lama di sini." Pak Surya mulai bangkit berdiri dan ingin segera pulang. Reva mengantarnya sampai ke halaman depan.     

Pak Surya sudah masuk ke dalam mobil. Reva melambaikan tangan seraya mengucapkan hati-hati di jalan. Ayahnya Saga tersenyum padanya.     

Setelah mobil itu sudah tak terlihat lagi di area rumahnya, Reva pun kembali masuk ke dalam. Ia sangat senang, karena ada penawaran kerja sama ini. Ia bisa meminta apa saja pada Pak Surya nanti, sekaligus dibayar dengan harga tinggi.     

"Maafkan aku Alisa. Aku terpaksa jadi orang jahat kembali seperti dulu. Aku tak ingin munafik, bahwa menginginkan uang yang banyak dan juga memang perlu bantuan dari Om Surya untuk menghancurkan Joseph."     

Wanita berwajah cantik dan berambut panjang itu melangkah ke dalam kamar. Reva sudah mengerti dengan rencana ini. Rupanya Pak Surya sangat menginginkan kehancuran Alisa ada di depan mata. Reva pun akan membantu sebisa mungkin.     

"Aku akan meminta bantuan pada Om Surya untuk membuat Joseph hancur. Agar dia tak bisa berkutik lagi untuk terus mengancamku setiap saat." Reva tersenyum senang sambil duduk di atas tempat tidurnya.     

"Lihat saja nanti kau, Jo!" Reva menyeringai penuh dengan kelicikan. Ia tak segan-segan untuk membuat pria itu tak berdaya sama sekali.     

Bersama dengan Pak Surya, Reva pasti bisa mengalahkan Joseph. Memberi pelajaran pada pria itu agar tahu diri sedikit untuk tak coba-coba mengganggu hubungannya lagi bersama Agam.     

***     

"Ayah akhirnya pulang juga," ujar Bu Angel yang melihat suaminya sudah datang. Pria itu meletakkan motor gedenya di halaman.     

Sang istri menyambut kedatangan Pak Surya dengan hangat. Mereka berdua segera melangkah menuju kamar. Pria itu merangkul tubuh Bu Angel dan menuntunnya berjalan.     

"Iya Bu, tadi ayah ada urusan sebentar sama teman."     

"Oh, begitu yah?"     

"Iya Bu."     

Pak Surya pandai bersandiwara di hadapan sang istri. Hingga Bu Angel percaya dengan semua ucapannya. Wanita itu hanya mengangguk saja dan mereka berdua sudah tiba di dalam kamar. Sepasang suami istri itu lalu duduk di atas tempat tidur.     

"Bu, nanti kita ke rumah Saga lagi ya, buat nengokin si kecil."     

Bu Angel merasa senang karena sang suami sudah mulai berubah. Pak Surya mulai menyukai bayi itu.     

"Ayah ternyata sudah bisa menerima kehadiran bayi itu, ya?" tanya Bu Angel memastikan.     

"Iya, Bu. Ayah senang bisa bersama dengan bayi itu. Dia kelihatan lucu sekali."     

"Syukurlah kalau begitu, yah. Ibu senang mendengarnya. Semoga saja, keluarga kita akan selalu rukun seperti ini."     

Padahal ini hanyalah siasat dari Pak Surya saja. Ia dan Reva telah merencanakan sesuatu untuk membuat bayi itu agar jauh dari Saga.     

"Iya, Bu. Maafkan ayah selama ini ya. Ayah janji, akan berubah demi kalian."     

Melihat sang istri tersenyum senang, membuat Pak Surya merasa kalau rencananya ini akan berhasil nanti. Membuat Bu Angel percaya memang tujuannya.     

"Terima kasih ya, yah. Ayah sudah berubah menjadi pria yang lebih baik."     

Pak Surya tiba-tiba mencium kening Bu Angel dengan hangat. Ia menempelkan bibirnya cukup lama. Rasa sayang dan cintanya begitu besar pada wanita yang ada di depannya sekarang.     

'Andai saja ibu menurut dengan semua ucapan ayah, maka ayah pun tak akan melakukan hal sekejam ini pada bayi itu.'     

"Ya ampun ayah kok romantis sekali sama ibu?"     

"Kan istri ayah yang tersayang. Memang harus dimanjakan." Pak Surya mencubit kedua pipi sang istri dengan gemas. Wanita yang masih terlihat awet muda itu tampak senang diperlakukan seperti ini.     

Sepasang suami istri itu lalu melempar senyuman. Mereka juga saling bercanda tawa bersama. Bu Angel sangat senang melihat perubahan suaminya ke arah yang lebih baik daripada dahulu.     

"Ayah memang suami yang terbaik. Ibu dan juga Saga sangat bangga," ujar Bu Angel yang mengungkapkan kekagumannya pada sang suami.     

"Dan, ibu juga seorang istri yang baik untuk ayah."     

Mereka berdua berpelukan lagi satu sama lain. Dalam pelukan Bu Angel, Pak Surya merasa sangat nyaman. Andai saja, sang istri bersikap seperti dulu, yang tak pernah menyukai Alisa mungkin saat ini Pak Surya akan sejalan dengannya seperti dulu. Namun, rasa cinta di dalam hatinya masih kuat mengakar untuk Bu Angel, hingga pria itu tak bisa berpisah jauh-jauh.     

"Oh ya, Bu. Ibu masak apa untuk nanti siang?" Pak Surya kemudian bertanya, hanya untuk mengalihkan pembicaraan semata.     

"Ibu nanti akan masak cumi asam manis kesukaannya ayah. Mau kan?"     

"Tentu saja ayah mau, Bu. Masakan ibu tuh semuanya sangat enak." Pak Surya terlihat memuji sang istri. Bu Angel lalu tersipu malu dibuatnya.     

"Ya sudah. Sebentar lagi ibu akan segera masak di dapur. Ayah tunggu saja di dalam kamar ini, ya."     

"Iya, Bu."     

Pak Surya dan juga Bu Angel hanya hidup berdua saja di rumah ini. Mereka memang sengaja tak mempekerjakan pelayan atau juga seorang penjaga. Karena keduanya masih cukup kuat untuk melakukan pekerjaan rumah bersama-sama.     

Setelah menyuruh sang suami istirahat saja di dalam kamar ini, sebentar lagi Bu Angel akan berlalu ke dapur. Wanita paruh baya itu akan mempersiapkan masakan untuk makan siang nanti. Ia dan suaminya sudah terbiasa hidup hanya berdua saja. Waktu dulu masih ada Saga dan mereka selalu bertiga. Anak semata wayang mereka kini sudah menjadi seorang pria yang mapan dan sukses, serta sudah punya keluarga kecil.     

"Mau ayah bantuin, Bu?" Pak Surya menawarkan bantuan untuk sang istri.     

"Tak usah yah. Biar ibu saja yang mengerjakannya sendiri. Ayah di kamar aja, ya."     

Pak Surya mengangguk patuh. Sementara itu, Bu Angel segera berlalu ke dapur. Melihat sang istri sudah ke luar dari kamar, ia pun bersorak senang. Akhirnya, rencananya ini tak akan dicurigai oleh Bu Angel.     

"Sebentar lagi, bayi itu akan kubawa ke suatu tempat. Agar Saga tak bisa bertemu lagi dengannya. Alisa pun pasti akan sakit hati sekali."     

Membayangkannya saja sudah membuat Pak Surya senang, apalagi kalau sebentar lagi hal itu akan terjadi. Bersama dengan Reva dan menyuruh orang suruhannya, ia yakin bisa merebut bayi itu.     

"Semua sudah kuatur sedemikian rupa. Kau akan sakit hati nanti, Alisa. Aku yakin! Kau pasti akan sangat terpuruk ketika bayi itu tak ada."     

Pak Surya meluruskan kedua kakinya di atas ranjang. Tak henti-henti untuk terus menyunggingkan senyuman, kala mengingat betapa bagus rencananya kali ini. Dibantu dengan Reva, yang memang pandai memainkan segala taktik.     

Apa jadinya kalau Alisa tanpa bayi itu dalam pelukannya? Pasti ia akan sangat bersedih sekali, begitupun dengan Saga. Sang anak pasti juga turut sedih. Maka, di situlah peran Pak Surya untuk berpura-pura baik dan menguatkan keduanya. Agar dirinya bisa menarik simpati dari Saga kembali.     

Walaupun tak memiliki ikatan darah sama sekali, tapi Alisa dan juga Saga sangat menyayangi bayi itu. Berbeda sekali dengan Pak Surya, yang tak bisa menerima kehadiran bayi tersebut sampai kapan pun.     

"Aku hanya ingin cucu kandung! Bukan seorang anak adopsi dari panti asuhan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.