Arrogant Husband

Wanita Gila



Wanita Gila

0Hari ini Anton akan melaksanakan perintah Saga untuk ke rumah Agam. Ia sudah menyimpan uang pemberian itu untuk diserahkan. Sedangkan, Saga masih di rumah karena ingin bicara dengan sang Ibu.     
0

"Hati-hati di jalan, Ton."     

"Iya, Ga."     

Saga melihat Anton sudah pergi dari rumah. Pria itu telah membantunya untuk menyerahkan sejumlah uang untuk Agam. Ia tak bisa ke sana, karena ingin bicara hal penting dengan Bu Angel.     

"Sayang, ayo masuk ke dalam." Alisa mengajak Saga untuk masuk ke dalam kamar Bu Angel.     

Hari ini, Saga akan sedikit telat untuk datang ke kantor. Namun, tak apa-apa baginya. Terpenting sekarang, ia dan Alisa akan berkata yang sejujurnya dengan Bu Angel.     

"Apa kau sudah siap?" tanya Saga pada sang istri.     

"Iya sayang. Aku sudah siap."     

Mereka berdua melangkah ke kamar Bu Angel. Terlihat wanita paruh baya itu sedang bersandar di kepala ranjang.     

"Loh, kau belum berangkat ke kantor juga, Nak?" tanya Bu Angel yang melihat Saga masih belum berangkat kerja.     

"Belum, Bu. Aku masuknya agak telat nanti. Aku dan Alisa akan menceritakan tentang sesuatu."     

Kening Bu Angel tampak berkerut. "Apa itu? Katakan saja."     

Alisa menceritakan pada Bu Angel bahwa sang pelaku sudah berhasil diringkus oleh pihak kepolisian. Sontak, wanita paruh baya itu mulai bertanya padanya. Sebelum mengatakan yang sebenarnya, Alisa tampak bertatapan dengan sang suami. Saga membalas dengan anggukan kepala.     

"Bu, pelakunya adalah Reva. Dia yang sudah membunuh ayah bersama dengan anak buahnya."     

Bu Angel sangat terkejut ketika Reva yang telah membuat nyawa sang suami lenyap. "A–apa? Kalian tak bercanda kan?"     

"Untuk apa kami berdua bercanda, Bu? Memang Reva pelakunya," balas Saga. Ia juga membeberkan bukti-bukti tentang Reva yang telah melenyapkan nyawa Pak Surya.     

Bu Angel ingin bertemu dengan Reva di kantor polisi. Wanita itu ingin memberi pelajaran pada Reva. Namun, hal itu dicegat langsung oleh Saga dan Alisa. Mereka berdua tak mau kalau sang ibu berada di sana dan bertemu dengan orang licik itu.     

"Untuk apa ibu ke sana? Lebih baik di rumah saja dan jaga kesehatan ibu."     

"Tak bisa! Ibu harus ke sana, harus bertemu dengan Reva sekarang juga. Ibu harus beri dia pelajaran!" Bu Angel tengah marah besar sekarang. Ia ingin sekali datang ke sana dan membuat wanita itu menyesal.     

"Bu, jangan ke sana ya."     

"Kalau kau tak mau mengantar Ibu pergi ke sana. Lebih baik Ibu pergi sendiri saja!" Bu Angel segera berlalu dari hadapan Saga dan Alisa. Mereka bergegas menyusul sang ibu yang melangkah ke luar.     

Alisa ikut berlari untuk menyusul Bu Angel dan juga Saga. Namun, tiba-tiba ia mengaduh sakit. Membuat Saga dan Bu Angel menoleh padanya sekaligus mendatanginya. Pria itu terlihat jelas sangat khawatir.     

"Sayang, kau kenapa?" Saga melihat Alisa tengah memegangi perutnya sendiri.     

"Sakit, sayang," lirih Alisa.     

Bu Angel tampak merasa bersalah. Ia pun berdiam diri dan menyuruh Saga untuk cepat membawa Alisa masuk ke dalam kamar.     

"Ibu tunggu di sini dulu!"     

Mendengar ucapan Saga, Bu Angel langsung mengangguk. Wanita itu duduk di sofa ruang tamu. Hatinya sangat khawatir dengan Alisa, tapi di sisi lain, ia juga ingin membalaskan rasa sakit hatinya pada Reva. Reva harus membayar semua ini.     

***     

Kini, Saga dan Bu Angel sudah berada di kantor polisi. Ia sengaja mengantar sang ibu ke sini, daripada melihat ibunya pergi seorang diri. Hasrat Bu Angel tak bisa ditahan lagi. Sang ibu langsung ke luar begitu saja dari dalam mobil.     

Saga langsung menyusul sang ibu masuk ke dalam. Bu Angel sudah meminta pada salah seorang anggota kepolisian untuk membawa Reva ke ruang kunjungan.     

"Bu, sabar ...."     

"Ibu tak bisa sabar, Nak."     

Mereka berdua sudah duduk dan menunggu di ruang tunggu. Sebentar lagi, Reva akan segera muncul. Perasaan Bu Angel sudah tak sabar lagi.     

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Reva bersama dengan seorang anggota polisi telah ke sini. Tangannya terborgol dan Reva mulai duduk.     

Plak!     

Bu Angel berhasil menampar pipi Reva dan menimbulkan semburat merah di wajah putih mulus itu. Hal itu disaksikan oleh Saga. Namun, ia sama sekali tak ingin ikut campur.     

"Keterlaluan kau sudah membunuh suamiku!" teriak Bu Angel di hadapan wajah Reva. "Kau memang biadab!"     

"Salah Om Surya sendiri, kenapa harus ikut campur dalam masalah percintaanku dengan Agam. Dia yang sudah membuat hubunganku hancur berantakan."     

"Bukan karena ayahku yang melakukannya, tapi mata dan pikiran Agam sudah terbuka lebar. Dia sudah salah memilih pasangan. Akhirnya, dia menyesal dan tak memilihmu lagi." Saga berucap hal itu dengan lantang, agar Reva bisa tahu diri.     

Reva tak terima dengan ucapan Saga tadi. "Jangan sembarangan bicara kau! Aku tahu, kalau Agam masih mencintaiku."     

"Jangan mimpi kau! Mimpimu jangan ketinggian, Va!" sindir Saga.     

Bu Angel tampak tersenyum kecut. Ekspresi wajahnya saat ini seolah-olah sedang menertawai kemalangan Reva. Ia merasa bersyukur, karena wanita ini telah berada di tempat yang seharusnya.     

"Wanita ini memang senang berhalusinasi, Nak. Jadi, biarkan saja dia bermimpi, entah apa itu." Bu Angel sedang tertawa sambil menatap Reva.     

Andai saja, kedua tangan Reva tak terborgol seperti ini, mungkin saja ia sudah membalas Bu Angel dengan sebuah tamparan. Ingin sekali, ia membuat wanita paruh baya itu menyesali perbuatannya.     

"Awas saja kalian. Setelah aku berhasil ke luar dari sini, aku membalas kalian!"     

"Apa? Kau ke luar dari sini? Jangan mimpi! Aku tak akan membuatmu bisa ke luar dengan mudah. Kau harus mendekam di sini selama sisa hidupmu!" ujar Bu Angel. Ia sangat marah dengan Reva.     

Sekali lagi, Bu Angel berhasil menampar pipi Reva. Hal ini masih belum cukup mengobati rasa sakit hatinya. Ia ingin melihat Reva menderita lebih parah dari ini.     

"Tante apa-apaan sih? Menampar aku terus!"     

"Tamparan keras itu memang sangat pantas untukmu! Dasar wanita licik, berkepala ular! Aku bisa saja melakukan lebih daripada ini, atau bisa saja membunuhmu! Tapi, aku masih bisa berpikir ke depan dan tak sembarangan melakukannya." Bu Angel tak mau mengotori kedua tangannya untuk membuat nyawa Reva melayang.     

Saga tak tahan lagi melihat adegan ini. Ia mengajak sang ibu untuk segera pulang. Namun, Bu Angel masih tak mau.     

"Ibu masih ingin di sini dan akan memberi dia pelajaran! Supaya benar-benar jera!"     

"Percuma, Bu. Wanita gila seperti dia, tak akan pernah bisa jera."     

"Apa yang kau bilang tadi, Ga? Aku wanita gila?" tunjuk Reva pada dirinya sendiri.     

"Ya, kau wanita gila!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.