Arrogant Husband

Pak Surya Akan Berubah



Pak Surya Akan Berubah

Terdengar suara bunyi bel berkali-kali dari luar. Pak Surya lekas turun dari ranjang dan membuka pintu luar. Entah siapa yang berkunjung ke rumahnya sepagi ini.     

"Iya, sebentar," teriak Pak Surya ketika hendak meraih pegangan pintu.     

Kemudian, Pak Surya begitu terkejut melihat siapa yang datang ke rumah. Seorang wanita yang masih terlihat cantik, yang juga tengah ditunggu-tunggu kehadirannya tampak berdiri di ambang pintu. Mereka berdua terdiam sekejap, lalu tersadarkan.     

"Ayah."     

"Ibu ... akhirnya kau pulang juga ke rumah." Pak Surya langsung memeluk sang istri tercinta dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.     

Pak Surya mengambil alih koper sang istri dan membawanya ke atas. Alangkah senang hatinya saat ini, karena Bu Angel sudah kembali ke sini. Wanita itu tak sanggup kalau harus berpisah dengan suaminya seperti ini.     

Setelah mereka berdua sudah sampai di dalam kamar, Pak Surya langsung menyuruh sang istri untuk duduk di atas ranjang. Menaruh koper itu ke samping lemari dan ia menghampiri Bu Angel yang sudah lebih dulu duduk.     

"Ibu, ayah minta maaf sama ibu karena sudah bicara kasar waktu itu." Pak Surya menyesali perbuatannya pada sang istri.     

"Maafkan ibu juga yah, karena ibu sudah meninggalkan ayah seperti ini."     

Sepasang suami istri itu terlihat menyesal. Pak Surya berjanji pada Bu Angel agar tak bicara kasar lagi, atau membuat sakit hati. Wanita itu percaya dengan ucapan suaminya.     

"Ayah janji, tak akan pernah bicara kasar lagi sama ibu. Ayah tak mau ditinggal oleh ibu lagi sendirian."     

Rasa hampa dan kehilangan tentu saja dirasakan oleh Pak Surya, ketika sang istri lebih memilih pergi darinya. Namun, semua itu tak akan terulang kembali. Ia akan lebih menyayangi sang istri dan lebih menghargainya. Bu Angel pun juga akan bersikap seperti itu.     

"Ibu pegang janjinya ayah, ya. Mulai sekarang jangan seperti itu lagi. Dan, ayah sudah memaafkan ibu juga, kan?"     

"Sudah bu, sudah. Kita sama-sama memaafkan ya dan mulai lagi dari awal."     

"Baik, yah."     

Pelukan hangat pun tercipta di antara keduanya. Bu Angel merasa senang sekali hari ini, karena pertikaian yang sempat terjadi akhirnya sudah reda dan mereka berdamai. Semua janji yang diucapkan oleh sang suami akan ia pegang.     

Pak Surya memang merasa bodoh, ketika tak ada wanita yang ia cintai di samping. Pria itu lebih memilih egonya ketimbang perasaan Bu Angel.     

"Ya sudah, ibu jangan bersedih lagi. Kita sudahi acara sedih-sedihan ini." Pak Surya mulai bisa tersenyum sekarang. Setelah kemarin selalu saja murung di dalam kamar.     

"Iya yah. Kita lupakan segala kesedihan ini. Ibu akan tetap bersama dengan ayah."     

Bu Angel ingin bertanya sesuatu pada suaminya. Namun, merasa takut untuk mengutarakan hal ini. Mereka sudah berdamai sekarang.     

"Yah, apakah ibu boleh menemui Alisa dan juga bayi itu nanti?"     

"Bo–boleh bu. Terserah ibu saja." Pak Surya tak ingin berdebat lagi karena masalah sepele ini. Hanya karena ingin menemui Alisa dan bayi itu, rumah tangganya bersama Bu Angel terombang-ambing.     

"Ayah serius?"     

"Ya. Ayah tak ingin karena masalah itu, kita jadi bertengkar lagi. Jadi, terserah ibu saja, asal tahu batasan waktu."     

Bu Angel merasa lega mendengar jawaban dari sang suami. Semoga saja ini menjadi awal yang baik untuk hubungan Pak Surya dan juga Alisa agar lebih baik. Ia tak mau, kalau suaminya terus-menerus membenci Alisa seperti ini.     

Tak lupa ucapan terima kasih yang tulus dari Bu Angel. Wanita itu langsung memeluk suaminya dengan erat. Pak Surya bisa merasakan cinta dari sang istri yang begitu besar untuknya. Mulai sekarang, mereka akan lebih bersikap dewasa lagi untuk mengambil keputusan.     

"Jangan tinggalkan ayah lagi seperti kemarin, Bu. Ayah tak sanggup kalau hanya sendirian di rumah sebesar ini."     

"Iya yah, maafkan ibu. Ibu janji, tak akan seperti itu lagi."     

Setelah mereka berdua saling memaafkan, Bu Angel bertanya pada suaminya apakah sudah makan. Gelengan kepala dari Pak Surya membuat wanita itu dengan segera melangkah menuju ke dapur. Ia akan memasak makanan untuk suaminya.     

Bu Angel pun juga belum mencicipi makanan sedari tadi, karena sibuk berberes dari rumah Saga. Setibanya di sini, ia pun langsung memasak.     

Mereka berjalan melangkah ke luar kamar. Bu Angel mengajak suaminya untuk menuju dapur. Sepasang suami istri itu akan memasak bersama-sama. Pak Surya sangat senang melihat wajah cantik sang istri yang terlihat ceria sekarang.     

"Ayah bantuin ibu untuk menyiapkan bahan-bahannya, ya. Kita buat nasi goreng saja pagi ini, ya, yah."     

"Enak itu, bu. Apalagi kalau buatan ibu sendiri, pasti lezat. Diracik oleh tangan seorang wanita yang berparas cantik."     

Mendengar nada pujian yang ke luar dari mulut Pak Surya, membuat Bu Angel tersipu malu. Wanita itu agak grogi ketika berdekatan dengan suaminya seperti ini.     

"Ayah ini bisa saja gombalin ibu. Lebay ah!" Bu Angel tampak malu-malu. Ia sengaja sedikit protes pada suaminya. Namun, di lubuk hati terdalam merasa senang bukan main.     

Pak Surya perlahan-lahan melingkarkan kedua tangannya ke perut sang istri. Membuat Bu Angel terkesiap dan memalingkan wajahnya ke belakang. Mereka bertatapan singkat dan wanita itu menyuruh Pak Surya untuk menyiapkan bahan-bahannya.     

"Ayah, ayo siapin bahan-bahannya. Minyaknya udah mulai panas nih." Bu Angel hanya bisa geleng-geleng kepala.     

"Iya bu. Sebentar." Pak Surya mulai menyiapkan bahan-bahan dan juga meracik bawang.     

Melihat kekompakan yang terjadi di antara mereka, membuat jalinan cinta keduanya menjadi kuat. Pak Surya sangat mencintai sang istri dan takut kehilangannya.     

"Bu?" panggil Pak Surya saat istrinya masih memasak.     

"Iya yah?"     

"Ayah akan berubah menjadi lebih baik lagi untuk ibu. Agar ibu tak merasa kecewa bahkan sampai sakit hati lagi."     

Seketika itu juga, Bu Angel tampak sangat senang. Ia langsung mencium bibir sang suami dengan cepat. Pak Surya dibuat terkejut sekaligus bahagia.     

***     

Saga masih saja memikirkan ibunya yang mendadak pulang ke rumah. Namun, ia tak berani membantah keinginan sang ibu dan membiarkan pergi. Sebagai seorang anak, ia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kedua orang tuanya agar selalu menjalani rumah tangga yang harmonis.     

Semoga saja dengan hal ini, Pak Surya bisa membuka sedikit hati dan juga matanya untuk menerima Alisa sebagai menantu. Saga tak ingin, kalau ayahnya berlama-lama marah pada istrinya, padahal wanita itu tak salah apa pun.     

"Alisa sangat sabar sampai sekarang. Dari dulu, ia tak mempermasalahkan masalah ini. Namun, aku tak tega melihat istriku sendiri yang tak dianggap sebagai seorang menantu."     

Pria itu masih nyaman bersandar di kursi kerjanya yang empuk. Saat ini, Saga tak merasa bersemangat untuk melakukan pekerjaan kantor. Rasanya ingin pulang saja ke rumah dan menemui Alisa dan juga anaknya. Hanya mereka saja yang mampu membuat mood-nya kembali naik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.