Arrogant Husband

Makan Bersama Bu Angel



Makan Bersama Bu Angel

0Tatapan mata Bu Angel tertuju dengan sebuah mobil yang tengah terparkir di halaman depan. Terlihat sangat mewah dan berwarna putih bersih. Bu Angel bertanya-tanya, apakah ada tamu yang berkunjung di rumahnya Saga. Wanita paruh baya itu sempat ragu untuk masuk.     
0

Bu Angel melangkah masuk ke dalam rumah Saga. Ia ingin bertemu dengan Alisa dan juga si kecil. Salah satu pelayan mempersilakannya untuk duduk dan hendak memanggil Alisa di kamar.     

"Duduk dulu ya, bu. Saya panggilkan Nyonya Alisa di kamarnya."     

Pelayan itu melangkah menuju ke kamar Alisa. Bu Angel menunggu di sini untuk bisa melihat cucunya. Rasa rindu terhadap si kecil sudah membuncah.     

Beberapa saat kemudian, pelayan itu turun dari atas dan menghampiri Bu Angel. "Tunggu ya, bu. Nyonya Alisa akan segera turun ke bawah."     

"Iya, terima kasih, ya," ujar Bu Angel.     

"Iya bu, sama-sama."     

Pelayan itu ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Bu Angel. Tak perlu waktu lama, segelas jus jeruk sudah terhidang di atas meja. Bersamaan dengan itu, muncullah Alisa dengan bayi mungilnya. Wanita itu berjalan pelan menghampirinya.     

Bu Angel mengajak Alisa untuk duduk di sampingnya. Istri Saga itu sangat sopan dan langsung mencium punggung tangannya.     

"Ibu baru aja datang kan?" tanya Alisa.     

"Iya nak, ibu baru aja datang." Senyuman tersungging dari sudut bibir Bu Angel.     

"Syukurlah. Aku takut kalau ibu harus menunggu lama."     

"Jangan khawatir nak."     

Alisa menyerahkan bayi perempuannya pada Bu Angel. Kini, posisi si kecil sudah berpindah tangan pada neneknya. Bu Angel terlihat sangat senang bisa bertatapan langsung dengan cucunya. Wanita paruh baya itu juga tak malu-malu untuk mencium pipi si kecil.     

Hati Alisa merasa lebih tenang sekarang, karena Bu Angel sudah bisa menerima anaknya dengan baik. Walaupun, awalnya sang ibu mertua juga tak setuju dengan caranya mengadopsi anak dari panti asuhan.     

Seiring berjalannya waktu, Bu Angel makin hari makin sering datang ke sini hanya untuk menemui cucunya. Ingin sekali ibu mertunya itu bermalam di sini, tapi larangan Pak Surya membuatnya merasa takut. Saat ini, sang ayah mertua masih tak bisa menerima semua ini.     

"Nak, ibu mau tanya nih. Di luar itu mobil siapa ya? Ibu pikir ada tamu yang berkunjung kemari, tapi ternyata tidak ada."     

"Mobilku bu. Saga membelikannya tadi malam untukku. Aku pun awalnya tak pernah menyangka akan dibelikan mobil sebagus itu."     

Mendengar ucapan Alisa, membuat Bu Angel langsung terdiam. Sang anak bertubi-tubi membelikan barang mewah untuk istrinya. Entah kenapa, ada rasa sedikit cemburu pada menantunya ini.     

"Mobilnya bagus," ucap Bu Angel. Bingung hendak mengucapkan kata apa lagi.     

"Iya bu. Dia selalu memberikan yang terbaik untukku." Alisa tersenyum menatap ibu mertuanya.     

'Apa benar yang ayah katakan itu? Alisa perlahan-lahan mulai membuat Saga rela mengeluarkan uang yang banyak?'     

Bu Angel langsung mengusir pikiran negatifnya pada sang menantu. Ia tak mau lagi kalau harus memikirkan hal buruk pada Alisa.     

"Bu?"     

"Iya, kenapa?"     

"Ibu tidak apa-apa kan?"     

Sang mertua langsung terdiam. Sepersekian detik, Bu Angel menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Ibu tidak apa-apa kok. Memangnya kenapa?"     

"Ibu tadi mendadak terdiam," balas Alisa.     

Mendengar ucapan Alisa, Bu Angel memalingkan wajah dari menantunya. Ia tak mau, kalau pikirannya mulai membenci Alisa lagi.     

'Aku yakin, Alisa tak pernah meminta sesuatu yang mahal pada Saga, tapi Saga yang memberikan untuknya. Aku tak boleh cemburu seperti ini.'     

Tiba-tiba, si kecil mulai menangis. Sehingga, Bu Angel langsung menyerahkan bayi itu ke tangan Alisa. Alisa dengan segera memberi ASI pada sang anak.     

Hati Bu Angel mendadak terenyuh saat melihat Alisa menyusui bayi itu. Walaupun bukan anak kandungnya, tapi Alisa terlihat sangat menyayanginya.     

"Kau sangat menyayanginya, nak?" Bu Angel bertanya pada Alisa. Mata mereka kemudian saling tatap.     

"Aku sangat menyayanginya, bu. Aku sudah menganggapnya seperti anak kandung sendiri."     

Mata Alisa terlihat berbinar-binar. Itu menunjukkan bahwa betapa ia sangat menyayangi si kecil. Bu Angel tersenyum pada akhirnya. Hati Alisa sangat mulia sekali.     

'Alisa sangat baik sekali. Jadi, tak mungkin kalau dia berniat ingin menguasai harta Saga. Mungkin tadi malam aku telah terbujuk oleh rayuan suamiku sendiri.'     

Bu Angel memberi sugesti positif pada dirinya sendiri untuk lebih percaya dengan Alisa. Sang menantu tak mungkin berpikiran picik, sampai-sampai ingin merebut harta Saga. Bu Angel tak akan pernah dilupakan oleh anaknya sendiri.     

Beberapa saat kemudian, Alisa sudah selesai memberi ASI pada sang anak. Bu Angel masih merasa ingin menggendong si kecil. Alisa pun menyerahkan bayi itu ke tangan mertuanya.     

"Ibu ingin selalu dekat dengan cucu ibu ini. Dia begitu cantik dan menggemaskan." Bu Angel mencium kedua pipi cucunya yang masih membuka mata.     

Alisa merasa senang melihat keakraban Bu Angel dan anaknya. Ia berharap, agar momen ini selalu terjalin manis. Semoga saja, Pak Surya juga menyukai bayi ini suatu hari nanti.     

"Aku ingin sekali ibu menginap di sini beberapa hari."     

"Tapi–"     

"Iya bu. Aku paham kok." Alisa tersenyum setelahnya.     

"Nanti ibu usahakan ya nak. Ibu juga ingin menginap di sini beberapa hari."     

"Tapi, bagaimana dengan ayah? Nanti beliau marah."     

"Gampang saja itu. Kau jangan khawatir. Biar ibu yang mengurusnya."     

Alisa tersenyum singkat. Ia mengerti bahwa Pak Surya masih tak mau menginap di sini karena ada dirinya. Rasa benci sang ayah mertua masih melekat kuat di dalam hati. Alisa pun bingung, harus berbuat apa lagi untuk berdamai dengan Pak Surya.     

Sudah cukup lama Bu Angel datang kemari, menemui cucu dan juga menantunya. Ia tak ingin pulang cepat ke rumah. Di rumah hanya kembali bertengkar saja dengan sang suami. Di sini, ia bisa menghibur diri dan juga melihat keadaan sang cucu.     

Alisa malah merasa senang kalau ibu mertuanya bisa berlama-lama di sini dan tak buru-buru pulang. Ia ingin menghabiskan waktu bersama Bu Angel.     

"Ibu sudah sarapan belum? Kalau belum, kita sarapan bersama yuk di dapur." Alisa mengajak Bu Angel untuk ke dapur.     

"Hm, boleh deh. Ibu juga belum sarapan pagi tadi."     

Alisa berhasil menidurkan bayinya dalam gendongan. Kemudian, ia minta tolong pada salah satu pelayan untuk menjaga bayinya di dalam kamar. Alhasil, Lisa sudah berada dalam gendongan sang pelayan wanita.     

Alisa dan Bu Angel menuju ke ruang makan. Mereka berdua langsung disuguhi dengan makanan yang bermacam-macam.     

"Bu, ayo dimakan. Mumpung semua makanan masih hangat."     

"Iya nak."     

"Selamat makan."     

Mereka berdua makan dengan perlahan. Alisa kembali merasa senang karena bisa makan bersama dengan sang ibu mertua. Momen kebahagiaan ini akan selalu tersimpan dalam benak masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.