Arrogant Husband

Alisa Gugup dan Gemetar



Alisa Gugup dan Gemetar

0"Bu, kok diam saja dari tadi? Tak membalas ucapan dari ayah."     
0

Akhirnya, Bu Angel tersadar. Ia pun menoleh ke arah Pak Surya.     

"Ah, itu paling hanya perasaan ayah saja. Alisa tak mungkin seperti itu."     

"Ibu masih tak percaya? Kita lihat saja nanti, ya."     

Pak Surya akan selalu membuat hasutan ini pada Bu Angel. Ia ingin sekali melihat kehancuran Alisa di depan mata. Pria itu ingin sang istri seperti dulu lagi, berkomplot dengannya untuk menghancurkan Alisa.     

Pak Surya akan selalu membuat istrinya merasa bimbang seperti ini. Kemudian, Bu Angel menutup kedua matanya untuk tidur.     

"Mending ayah tidur saja. Sudah malam!"     

Dari nada bicaranya, Bu Angel sedang kesal saat ini. Pak Surya berhasil membuat istrinya kesal. Ia akan melancarkan hasutan demi hasutan lagi. Namun, sekarang waktunya untuk tidur. Ia dan sang istri akan istirahat dulu.     

'Akhirnya, si Angel mulai kesal juga. Aku yakin bisa membuat ibu sejalan denganku lagi.'     

***     

Seperti janji Saga tadi malam, bahwa ia akan mengajari sang istri belajar naik mobil. Alisa terlihat sangat gugup sekarang. Ia tak mau terburu-buru untuk belajar mengendarai mobil.     

"Sayang, kenapa kau tak kerja saja sih hari ini?" gerutu Alisa.     

"Memangnya kenapa? Aku kan bos di perusahaanku sendiri. Tenang saja sayang, tak ada yang melarangku."     

"Bukannya begitu. Tapi, aku masih gugup. Dan, lihat sekarang? Tanganku gemetar."     

Saga tertawa geli melihat tingkah laku Alisa. Saat hendak diajarkan mengendarai mobil saja, jadi seperti ini. Wanita itu langsung menepuk pundaknya.     

"Jangan tertawa seperti itu! Kau tak merasakan gemetar sepertiku sih!"     

"Iya, iya sayang. Maafkan aku." Saga menangkup wajah Alisa dengan kedua tangannya. Sang istri terlihat masih cemberut.     

"Besok saja ya. Jangan hari ini. Aku masih takut dan gugup."     

Saat ini, mereka berdua masih berada di dalam kamar. Saga ingin mengajak sang istri menuju ke lapangan kosong, yang tak jauh dari rumahnya. Di sana, ia bisa mengajari Alisa mengendarai mobil.     

Namun, sang istri sepertinya belum siap sama sekali hari ini. Membuat Saga jadi bingung sendiri. Apakah tetap dengan keinginannya sendiri atau menuruti ucapan Alisa.     

"Sayang, aku mohon ya. Jangan hari ini dulu. Aku belum siap soalnya." Alisa memohon pada sang suami. "Aku masih takut. Jangan paksa aku dulu."     

Saga mengembuskan napas panjang. Akhirnya, ia pun menuruti ucapan Alisa. Terpaksa hari ini tak belajar mengendarai mobil dulu.     

"Hmm, baiklah. Terserah kau saja sayang. Aku menurut saja dengan ucapanmu."     

Alisa merasa lega, karena bisa meloloskan diri dari hal ini. Ia masih sangat takut untuk mengendarai mobil sendiri, apalagi disuruh belajar oleh suaminya. Dari dulu sampai sekarang, Alisa tak pernah mengendarai mobil.     

Saga pun maklum dengan sang istri, karena masih belum terbiasa dengan hal ini. Pria itu akan perlahan membujuk istrinya agar mau diajari.     

"Ya sudah, lebih baik kau siap-siap untuk pergi ke kantor. Karena hari ini, tak mengajariku naik mobil."     

"Kau ini, ya! Selalu saja bisa membuatku merasa gemas sendiri." Saga langsung mencubit pipi sang istri dan membuatnya mengaduh sakit.     

Saga terlihat bersiap-siap untuk pergi ke kantor karena disuruh oleh Alisa. Pria itu memakai kemeja panjang serta jas kantor. Tak lupa, sang istri membantunya memakai dasi kerja.     

Alisa tak lupa membawa tas kantor milik Saga sampai ke halaman depan. Walaupun, agak sedikit terlambat untuk datang ke kantor, tapi tak mengapa.     

"Aku akan membawa tasmu sampai ke depan," ucap Alisa.     

Tak lupa, Saga berpamitan terlebih dulu dengan si kecil yang masih tidur. Alisa berjalan bersisian dengan sang suami dan mereka ke luar dari kamar. Suami istri itu mulai menuruni anak tangga dengan perlahan.     

"Aku siapkan sarapan untukmu dulu, ya."     

"Tidak usah sayang. Aku bisa makan di sana nanti. Kau tak usah repot-repot."     

"Baiklah."     

Kini, mereka berdua telah sampai di halaman depan. Alisa langsung menyerahkan tas kerja milik Saga. Pria itu mencium keningnya cukup lama, sebelum masuk ke dalam mobil.     

"Aku berangkat kerja dulu, ya. Kau jangan ke mana-mana dan tetap di rumah saja," titah Saga pada sang istri.     

"Iya sayang. Siap laksanakan."     

Pria itu masuk ke dalam dan melambaikan tangan ke arah sang istri. Saga menyalakan mesin mobilnya dan segera pergi dari sini. Alisa masih menunggu di halaman, sampai mobil suaminya tak terlihat lagi.     

Untung saja, Saga tak memaksanya terlalu keras untuk belajar mengendarai mobil. Alhasil, ia merasa lega dan tak gugup lagi.     

"Nak, tadi ayahmu meminta ibu untuk belajar naik mobil." Alisa bicara dengan si kecil yang masih tidur pulas. "Dan, kau tahu sayang? Tangan ibu gemetar dan gugup sekali. Ini baru pertama kali."     

Alisa terkikik geli saat mengingat momen tadi. Untung saja, Saga tak marah karena kemauannya tak dituruti. Alhasil, sang suami mau pergi ke kantor hari ini, walaupun agak sedikit telat.     

Bagaimanapun Alisa akan memenuhi janjinya pada sang suami. Mungkin besok, ia dan Saga akan bersama-sama menghabiskan waktu bersama untuk belajar mengendarai mobil.     

***     

"Yah, ibu mau pergi sebentar ya ke rumah Saga." Bu Angel meminta izin pada sang suami untuk menemui Alisa dan cucunya di sana.     

Namun, Pak Surya masih belum menjawab. Pria itu pun langsung menatap ke arahnya.     

"Untuk apa pergi ke sana? Menemui menantu miskin dan cucu adopsimu itu?" tanya Pak Surya yang sedikit ketus.     

Bu Angel tak ingin melawan suaminya. Ia harus bisa bersabar sedikit untuk meredakan emosi Pak Surya. Kalau sama-sama emosi, maka terjadilah perdebatan lagi.     

"Iya yah. Sebentar saja. Ibu tak lama kok."     

Sang istri masih berusaha untuk meminta izin darinya. Namun, rasanya Pak Surya tak ingin istrinya itu pergi ke sana, apalagi kalau ingin bertemu dengan Alisa dan bayi itu.     

"Ayah kok diam saja, sih? Jawab dong, yah."     

Bu Angel ingin minta kepastian pada suaminya. Apakah diperbolehkan atau tidak. Ia masih menunggu sebuah jawaban.     

"Kalau ayah jawab tidak, ya pasti ibu tetap ngotot pergi ke sana juga, kan?"     

"I–iya yah. Ibu akan tetap ke sana."     

"Nah, ya sudah pergi sana! Tak usah minta izinku lagi kalau begitu!"     

"Kok ayah begitu?" Bu Angel mulai terpancing emosi. "Ibu minta izin salah juga!"     

"Ya memang. Buktinya ibu akan tetap ke sana kalau tak kuizinkan kan?"     

Tanpa pikir panjang, Bu Angel segera mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Secepat kilat ia mengambilnya dan segera berlalu dari hadapang Pak Surya. Bu Angel ke luar dari kamar dan segera ke halaman.     

"Dasar si ayah, apa yang aku lakukan selalu saja salah di matanya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.