Arrogant Husband

Kebahagiaan



Kebahagiaan

0Bu Angel baru saja pulang ke rumah. Ia melihat suaminya sudah tertidur lebih dulu. Berjalan ke arah meja rias untuk meletakkan tas jinjing, lalu mulai melepaskan baju gaun yang masih melekat di badan. Beberapa saat kemudian, Bu Angel sudah mengenakan baju tidur.     
0

Perlahan-lahan, wanita paruh baya itu mulai naik ke atas ranjang. Sekejap, ia pandangi wajah sang suami yang makin hari terlihat keriput. Namun, baginya Pak Surya masih sangat tampan.     

"Terima kasih karena ayah udah datang tadi," ujar Bu Angel dengan pelan.     

"Sama-sama, Bu."     

Bu Angel terkejut mendengar jawaban balasan dari Pak Surya. Suaminya kemudian membuka kedua mata dan tengah menatapnya.     

"Ayah belum tidur juga?"     

"Ayah belum bisa tidur, kalau tak ada ibu di samping."     

Malam ini, Pak Surya terlihat romantis pada Bu Angel. Ia yakin, sang istri tak marah lagi karena perlakuannya ini. Terlihat senyum merona di sudut bibir istrinya. Bu Angel mulai merebahkan tubuh di samping.     

"Ya sudah, kita mending tidur yuk."     

"Iya, yah."     

Pak Surya menjulurkan sebelah tangan untuk mengusap pelan puncak kepala istrinya. Bu Angel merasa senang karena diperhatikan seperti ini. Walaupun terlihat sederhana, tapi baginya terasa istimewa.     

"Ayah sangat mencintai ibu. Semarah apa pun ibu sama ayah, jangan pernah berpisah ya." Pak Surya lalu mengecup kening sang istri dengan penuh cinta. Ia yakin, saat ini Bu Angel merasa senang.     

"Iya yah, ibu tak akan pernah jauh-jauh dari ayah."     

Di balik itu semua, Pak Surya tersenyum menyeringai. Ia bersorak dalam hati karena berhasil mengelabui sang istri. Pak Surya melakukan hal ini, karena ingin mendapatkan simpati Bu Angel kembali.     

'Ibu dah masuk perangkap ayah lagi.'     

***     

Alisa memandangi dirinya sendiri lewat pantulan cermin rias. Sambil memegangi kalung berlian pemberian dari Saga tadi malam. Ia sangat senang menerima hadiah semewah ini. Tak pernah terbayang sebelumnya, Saga akan memberinya kalung berharga mahal.     

Mempunyai suami seperti Saga, membuatnya menjadi wanita yang paling beruntung. Sang suami memperlakukannya dengan begitu baik, penuh kasih sayang dan memberi akan sebuah cinta. Sekarang pun Saga sudah tak membentak atau memarahinya lagi seperti dulu.     

"Terima kasih untuk semuanya sayang. Kau sudah memberikan yang terbaik untukku." Alisa masih duduk dan mematut dirinya di depan cermin.     

Ia pun beranjak dari kursi dan menghampiri keranjang sang anak. Si kecil masih tidur di dalam. Namun, Alisa ingin lebih dekat lagi dengan anaknya.     

"Liatlah Nak, Ibu dikasih ini sama ayahmu tadi malam." Alisa menunjukkan kalung itu pada sang anak, padahal bayi itu tak tahu juga.     

"Ibu senang bisa dapat hadiah sebagus ini dari ayahmu. Dia memang sangat baik dan perhatian dengan kita berdua. Apa saja selalu dia berikan."     

Alisa menggigit bibir bawahnya, saat mengingat kembali bagaimana Saga memasangkan kalung ini di leher. Riuh tepuk tangan dari pengunjung yang datang, ikut senang juga melihat mereka. Hati Alisa sungguh berbunga-bunga.     

Wanita berparas cantik itu akan selalu menjaga kalung ini dengan baik. Baginya, kalung pemberian dari Saga memang sangat berarti. Selain harganya yang mahal, tapi juga penuh perjuangan untuk mendapatkannya. Saga membelikan kalung ini dari hasil jerih payahnya sendiri.     

Namun, Alisa tak pernah banyak menuntut pada Saga. Ia tak mau membuat suaminya jadi kesusahan karena kemauannya.     

"Saga menjadi suami yang paling baik untukku. Tak pernah mengeluh atau membuatku susah sama sekali."     

Alisa harus bisa melayani Saga dengan baik. Selain setia, ia juga akan memberi kasih sayang dan juga cinta. Tak akan pernah berpaling kepada pria mana pun. Dari awal, Saga yang mengejarnya.     

"Apa pun akan kulakukan untuk Saga. Seluruh hidupku aku serahkan padanya, bahkan nyawa sekali pun."     

Bak sepasang romeo dan juliet, Alisa berharap bahwa cintanya akan langgeng sampai akhir hayat nanti bersama Saga. Mereka berdua tak akan terpisahkan.     

***     

Reva dan Agam terlihat sangat bahagia. Dua sejoli itu menyunggingkan senyuman saat bertatapan satu sama lain. Reva merasa senang, karena beberapa hari sudah tak ada lagi yang mencoba untuk mengganggu hubungan asmaranya. Mungkin, Joseph sudah lelah untuk mengusik kisah asmaranya bersama dengan Agam. Sang kekasih juga tak akan percaya semudah itu dengan Joseph.     

Mereka berdua tengah berada di sebuah taman yang penuh dengan hamparan bunga-bunga. Reva menyandarkan kepalanya di pundak Agam. Pria itu lalu mengusap rambut panjangnya dengan lembut.     

"Sayang, apakah kau merasa senang, karena tak ada yang berusaha untuk mengganggu hubungan kita lagi?" Agam bertanya pada Reva.     

"Tentu saja sayang. Kau percaya kan dengan semua ucapanku ini?"     

"Iya sayang. Aku lebih percaya dengan ucapanmu daripada orang asing."     

Reva tersenyum senang. Agam sudah tak percaya sama sekali dengan Joseph. Jadi, apa pun yang dikatakan oleh pria itu, tak ada guna sama sekali dengan Agam.     

"Terima kasih sayang, karena kau lebih memilih percaya padaku daripada Joseph. Aku janji tak akan pernah mengecewakanmu."     

"Iya sayang. Aku pegang janjimu itu."     

Agam memegang sebelah tangan Reva dan mencium punggung tangan wanita itu cukup lama. Perlakuannya begitu romantis, membuat Reva jadi tak berkutik.     

Reva sama sekali tak bisa berkata apa-apa lagi. Agam telah berhasil membuat debaran jantungnya kian berdetak cepat tak karuan. Sungguh, perlakuan sang kekasih membuatnya senang.     

"Aku sangat mencintaimu, Va. Tak ada wanita lagi selain dirimu."     

Ucapan-ucapan yang manis selalu terlontar dari mulut Agam. Pria itu tak henti memuji kecantikan sang wanita yang berada di sampingnya. Hanya Reva saja yang berhasil membuatnya jatuh cinta, dari sekian banyak wanita yang dekat dengan Agam.     

"Aku juga sangat mencintaimu, Gam. Hanya kaulah pria yang aku sayangi."     

Mereka berpelukan saat masih berada di taman. Tak peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat ke arah mereka. Namun, bagi Reva yang terpenting adalah kasih sayang Agam yang tulus untuknya. Ia yakin, sang kekasih tak akan pernah macam-macam di belakangnya.     

"Hm, sebentar lagi kita pulang ya. Entah kenapa, hari ini aku merasa capek sekali," ujar Agam yang terlihat melepas rangkulannya dari Reva.     

"Kalau kau mau sekarang juga tak apa-apa kok. Nanti aku akan antar kau pulang."     

"Serius sayang? Kau tak marah padaku kan?"     

"Untuk apa aku marah padamu, Gam? Kau seharian bekerja, jadi wajar saja."     

Agam merasa lega karena Reva mengerti dengan kondisinya sekarang. Padahal, ia masih ingin berlama-lama menghabiskan waktu di sini. Mereka berdua lalu beranjak dari taman dan menuju ke parkiran. Reva akan mengantar Agam pulang.     

"Terima kasih sayang. Kapan-kapan kita akan ke sini lagi," ujar Agam.     

"Iya sayang. Terima kasih untuk waktunya hari ini."     

"Iya." Agam mengacak-ngacak rambut Reva, hingga sedikit berantakan. Namun, sang kekasih meresponsnya dengan penuh senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.