Arrogant Husband

Ingin Pergi Saja, Tak Dihargai



Ingin Pergi Saja, Tak Dihargai

0Setelah selesai sarapan bersama dengan Alisa, Bu Angel kembali lagi berbincang-bincang dengannya di ruang tamu. Sepertinya wanita paruh baya itu tak mau buru-buru pulang ke rumah. Bu Angel merasa nyaman berada di sini. Alisa pun memperlakukannya dengan sangat sopan.     
0

Bu Angel duduk berdampingan dengan Alisa. Mereka berdua kembali mengobrol satu sama lain.     

"Nak, Reva tak berusaha untuk mengganggu rumah tanggamu lagi kan?"     

"Tidak bu. Dia sudah bahagia dengan pria lain."     

"Syukurlah kalau begitu."     

Hal ini membuat Bu Angel merasa lega. Akhirnya, wanita itu sudah bisa melepaskan Saga sepenuhnya. Padahal dari awal Bu Angel sangat menginginkan menantu seperti Reva, yang cantik dan kaya raya. Namun, keduanya tak berjodoh.     

Dan, sekarang Bu Angel hanya fokus dengan Alisa. Ia tak mau, kalau rumah tangga anak dan menantunya diganggu oleh orang lain.     

"Ibu sudah sangat menyayangimu seperti anak kandung sendiri. Jadi, kalau ada yang menyakitimu atau cucuku, bilang saja sama ibu, ya."     

Akhirnya, Alisa bisa merebut hati Bu Angel. Ibunya Saga itu sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Bu Angel tak akan mengulangi hal yang sama lagi seperti dulu.     

"Iya bu. Terima kasih banyak."     

Bu Angel dengan cepat memeluk tubuh Alisa. Ia peluk tubuh sang menantu dalam waktu lama. Bagaikan memeluk anak kandung sendiri rasanya. Sedangkan, Alisa merasa bahagia saat berpelukan seperti ini dengan Bu Angel. Setelah sekian lama dirinya tak merasakan kasih sayang, hari ini ia bisa merasakannya kembali.     

Pelukan dari Bu Angel selalu membuatnya merasa nyaman. Alisa berharap, agar selalu diperlakukan seperti ini oleh ibu mertuanya sendiri. Tak terasa, air mata mulai jatuh dari mata Alisa. Bu Angel bisa merasakan ada sensasi yang hangat menyentuh pundaknya.     

"Ya ampun, kenapa kau menangis seperti itu nak?" tanya Bu Angel yang terlihat cemas.     

"Aku hanya rindu dengan kedua orang tuaku saja bu. Mereka sudah lama meninggal."     

Bu Angel tersenyum singkat. Kemudian, tangannya meraba-raba rambut panjang Alisa.     

"Ibu akan selalu memperlakukanmu seperti ini. Kau sudah kuanggap seperti anak sendiri. Tak usah bersedih seperti itu, ya." Bu Angel menghapus air mata Alisa yang masih membasahi pipi.     

Sejenak kemudian, mereka sama-sama terhanyut dalam pelukan. Bu Angel lalu melepaskan pelukannya itu dari tubuh Alisa.     

"Sebentar lagi, ibu akan pulang. Tak apa-apa kan?"     

"Iya bu. Tak apa-apa, terima kasih banyak karena sudah berkunjung kemari. Aku sangat senang melihat ibu datang."     

"Ibu janji, akan selalu datang ke sini setiap hari."     

Senyuman keduanya mengisyaratkan bahwa mereka sedang bahagia sekarang. Seolah tak ada beban yang mereka pikul. Alisa dan juga Bu Angel hari ini bisa tertawa lepas bersama. Dan, sekarang waktunya untuk berpisah. Ibu mertuanya harus pulang ke rumah.     

Alisa pun mengantarkan Bu Angel menuju ke depan halaman. Mereka masih saja saling tersenyum.     

"Ya sudah, ibu pulang dulu ya. Baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk hubungi ibu."     

"Iya bu."     

Alisa dengan hormat langsung mencium punggung tangan Bu Angel. Ia melihat wanita paruh baya itu mulai memasuki mobil. Alhasil, mobil itu mulai melaju meninggalkan rumah ini. Ia melambaikan tangan dan sedikit berteriak untuk mengucapkan hati-hati.     

***     

Bu Angel yakin, setelah ini Pak Surya akan mengajaknya untuk berdebat lagi. Pria itu selalu berada di rumah dan tak mau pergi ke mana-mana. Dirinya sudah masuk ke dalam dan menuju ke atas kamar.     

"Semoga saja ayah tak membuatku pusing lagi. Aku merasa bosan juga kalau harus bertengkar setiap hari," gerutu Bu Angel sebelum masuk ke dalam kamar.     

Tangannya meraih pegangan pintu dan mulai masuk ke dalam. Sang suami tengah menatapnya dengan tajam di atas ranjang. Bu Angel langsung merasa tak enak seperti ini. Bu Angel langsung duduk di tepian ranjang dan terlihat seperti sedang membujuk suaminya agar tak marah.     

"Ayah tak marah kan dengan ibu? Maafkan kalau ibu cukup lama di rumah Saga."     

Namun, Pak Surya tak ingin menjawab apa pun. Pria itu lebih fokus menatap layar ponselnya sekarang. Bu Angel hanya bisa membuang napas panjang ketika merasa dicueki seperti ini. Sang suami saat ini benar-benar terlihat marah.     

"Ayah?" Bu Angel mencoba untuk meraih tangan sang suami.     

"Apa sih!" Pak Surya langsung menepisnya dengan kasar.     

"Jangan marah seperti ini, yah. Ibu kan sudah minta maaf."     

"Tak cukup. Besok-besok ibu pergi ke sana lagi aja. Tak usah pulang, jangan pedulikan ayah di rumah."     

"Yah, jangan marah seperti ini dong. Ibu kan hanya ingin melihat cucu kita di sana."     

"Cucu kita?" tanya Pak Surya yang tak suka. "Kau bilang, dia cucu kita? Dia bukan cucuku! Kau ingat itu, ya!"     

Selalu saja perdebatan yang terus terjadi di antara Bu Angel dan Pak Surya. Membuat wanita itu makin merasa tak betah saat berada di rumah ini. Saat dirinya pulang, bukan sambutan hangat yang diberi, tapi ucapan yang kasar. Sang suami makin ke sini, membuatnya tak merasa damai lagi.     

"Kalau memang ayah tak menyukai bayi itu, ya tidak apa-apa. Ibu tak melarang kok. Tapi, kalau suatu hari ayah menyesal, awas saja!"     

Pak Surya terdengar mendengkus. Ia tak terima dilawan seperti ini oleh istrinya sendiri.     

"Jelas sudah, yang membuat ibu berubah seperti ini adalah Alisa! Dia memang wanita penuh bahaya. Sudah membuat kau makin jauh dariku."     

"Bukan salahnya Alisa, tapi salah ayah sendiri. Ayah sangat egois sekali jadi lelaki."     

"Kenapa ibu selalu menyalahkan ayah?" tanya Pak Surya yang tak terima disalahkan.     

Bu Angel lalu terdiam. Ia tak mau makin menjawab ucapan sang suami yang terus memancing kesabarannya. Entah apa yang akan dilakukannya sekarang.     

"Ibu sudah capek! Di rumah sebesar ini tak ada ketenangan sama sekali. Ditambah ayah yang selalu memperlakukan ibu seperti ini."     

Ingin rasanya ia menangis saat ini juga. Diperlakukan oleh sang suami yang membuatnya tak betah berada di rumah. Berbeda sekali saat berada di rumah Saga.     

"Terus ibu mau apa sekarang hah?!"     

"Ibu mau pergi saja dari rumah ini! Biar ayah puas! Tak ada yang mengganggu ayah lagi."     

"Oke, silakan pergi sana! Aku tak peduli. Lagian, aku tak perlu istri yang membangkang setiap ucapanku."     

Tatapan mata Bu Angel sangat tajam pada Pak Surya. Ia akan pergi dari rumah ini untuk mencari ketenangan. Berada di sini, makin hari membuatnya stres.     

Bu Angel beranjak dari tempat tidur dan menuju ke lemari pakaian. Ia mengambil koper berukuran besar dan mulai memasukkan baju-bajunya dalam koper tersebut. Pak Surya hanya bisa menyaksikan pemandangan ini tanpa ingin menegur sang istri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.