Arrogant Husband

Persiapan Sudah Matang



Persiapan Sudah Matang

0Saga membelikan kalung berlian hampir lima puluh juta rupiah hanya untuk Alisa. Wanita itu amat sangat berharga di hidupnya. Kalung ini sebagai hadiah untuk sang istri. Bagi Saga, harganya tak seberapa daripada kesetiaan Alisa selama ini padanya.     
0

Setelah membeli kalung berlian itu, Saga pun akan segera pulang ke rumah. Kalung berlian ini akan ia simpan di tempat yang aman dulu, sebelum besok akan diserahkan langsung pada Alisa.     

"Ah, aku sudah tak sabar lagi ingin melihat ekspresi Alisa besok. Pasti dia sangat senang mendapatkan kalung berlian ini," ucap Saga sambil melajukan mobilnya menuju rumah.     

Urusannya sekarang sudah selesai. Semua persiapan juga sudah siap untuk malam besok. Hati Saga merasa tenang dan damai seketika. Jerih payahnya saat bekerja, ia serahkan untuk orang yang paling dicintai dalam hidupnya.     

Saga ingin menjadikan Alisa merasa bahagia saat menjadi istrinya. Ia tak mau, kalau wanita itu menjauh. Tak pernah terbayangkan, kalau sang istri meninggalkan dirinya dan membuat hidupnya jadi berantakan, tak karuan. Hanya bersama Alisa, Saga hidup bahagia.     

Berbeda dengan Reva dulu. Saat menjalin hubungan asmara dengan sang mantan, wanita itu selalu saja minta uang belanja padanya. Terkadang, Reva juga banyak menuntut Saga untuk melakukan segala sesuatu. Menemani wanita itu belanja dan ke sana kemari. Bahkan, memiliki sifat kekanak-kanakan yang membuat Saga tak suka sama sekali.     

Namun, Alisa berbeda dari kebanyakan wanita. Sang istri hidup sederhana, mandiri, dan tak banyak menuntut. Alisa juga tak terbiasa dengan kehidupan yang penuh kemewahan. Hanya Saga yang mengerti dan paham untuk membelikan sang istri sesuatu, misalnya baju dan perhiasan.     

"Mungkin, Tuhan mengirim Alisa padaku, agar hidupku berjalan ke arah yang benar dan tak terlalu menghambur-hamburkan uang."     

Sebentar lagi, Saga akan sampai di rumah. Kotak kalung berlian itu akan ia sembunyikan, agar tak ketahuan Alisa nanti. Di malam besok saja, ia akan memberikan hadiah yang mewah ini untuk sang istri.     

***     

Malam hari pukul tujuh lewat, Saga baru saja pulang ke rumah. Ia langsung disambut oleh Alisa dengan penuh kehangatan. Mereka berdua lalu berpelukan satu sama lain.     

"Aku pulang tepat waktu, kan?" tanya Saga pada sang istri.     

"Iya sayang. Kau pulang tepat waktu karena tak bisa jauh-jauh dariku."     

Saga langsung mencubit hidung Alisa dengan sedikit keras. Membuat wanita itu mengaduh sakit dan ada bekas merah.     

"Sakit, sayang!" gerutu Alisa sambil mengusap-usap hidungnya.     

"Maaf sayang, maaf. Habisnya kau terlihat sangat menggemaskan sekali." Saga kembali mencubit hidung istrinya beberapa kali. Membuat Alisa tak tinggal diam dan membalasnya.     

Adegan mencubit-cubit itu tak berlangsung lama, karena tiba-tiba saja sang anak menangis di dalam keranjang. Membuat Alisa segera menghampirinya bersama Saga. Wanita itu lekas menggendong bayi itu dalam pangkuan.     

"Haus ya, nak?" tanya Alisa.     

Kemudian, sang istri langsung memberi ASI eksklusif pada Lisa. Bayi itu minum dengan deras. Saga memperhatikan mereka berdua dengan saksama.     

"Lisa haus sekali rupanya," ucap Saga sambil menatap sang anak yang sedang minum ASI dari Alisa.     

"Iya. Dia haus sekali. Baru saja bangun soalnya."     

Saga membawa Alisa untuk duduk di atas ranjang. Wanita itu masih memberikan ASI pada sang anak. Saga masih terus memperhatikan mereka berdua.     

"Apa setiap bayi selalu merasa tenang setelah diberi ASI?" Saga bertanya pada istrinya. Melihat bayi itu sekarang menjadi lebih tenang ketika disusui oleh Alisa.     

"Tentu saja, sayang. Selain itu, dia juga merasa haus dan lapar."     

Beberapa saat kemudian, sang anak tertidur kembali. Saga menyuruh istrinya untuk meletakkan kembali Lisa di dalam keranjang. Wajah bayi itu tetap menggemaskan saat tidur seperti ini.     

Sebelah tangan Saga terjulur ke arah Alisa. Ia menyuruh wanita itu kembali duduk di ranjang bersamanya. Alisa menurut dengan ucapannya.     

"Kau memang ibu yang baik untuk Lisa. Dia pasti bangga memiliki ibu sepertimu."     

"Semoga saja, sayang. Aku dari awal memang sudah sangat menyayanginya. Saat ibu panti itu bilang, bahwa Lisa telah kehilangan kedua orang tuanya, hatiku sangat sakit sekaligus sedih mendengarnya."     

Saga dan Alisa selalu memperlakukan bayi itu seperti anak kandung mereka sendiri. Mereka akan menjamin, bahwa kasih sayang dari keduanya akan selalu tercurahkan untuk Lisa. Mereka akan jadi keluarga bahagia selamanya.     

"Aku pun juga begitu. Aku tak tega melihat bayi itu kalau harus dibesarkan tanpa kedua orang tua."     

"Kita akan membesarkannya dengan sepenuh hati. Kau akan selalu menyayanginya, kan?"     

"Tentu saja, sayang. Kita akan merawatnya sampai dewasa."     

Alisa meletakkan kepalanya di pundak Saga. Ia ingin bermanja-manja sebentar sebelum mengajak sang suami untuk makan malam bersama. Berada di samping Saga seperti ini, membuatnya merasa tenang.     

"Sayang, kau belum makan, kan?" Alisa mendongak menatap wajah tampan suaminya.     

"Belum sayang. Kau belum juga, kan?"     

"Aku menunggu dirimu datang dulu ke rumah, baru bisa makan."     

"Ughh, manjanya istriku." Saga mencubit sebelah pipi Alisa.     

Kemudian, Saga berdiri dari ranjang dan akan mengajaknya makan malam bersama di meja makan. Tangan pria itu terjulur ke arahnya. Alisa pun menyambut uluran tangan itu. Mereka sama-sama ke luar dari kamar. Menuruni anak tangga satu per satu dengan bergenggaman tangan.     

Kini, tibalah mereka di meja makan. Setelah mereka duduk di kursi, tak lama kemudian para pelayan pun menyajikan makanan yang lezat di atas meja. Aroma masakan pun menguar di udara.     

Alisa sangat suka mencium aroma masakan ini. Hampir setiap hari, ia tak perlu mengotori tangannya sendiri untuk membuat masakan. Saat berada di dapur untuk melihat para pelayan pun, Saga melarangnya.     

"Silakan dimakan, Nyonya dan Tuan. Selamat menikmati," ucap mereka.     

Makanan sudah tersaji di depan mata mereka. Alisa selalu saja terpukau dengan sajian seperti ini. Para pelayan di rumahnya sangat telaten.     

"Terima kasih banyak karena sudah menyajikannya untuk kami berdua."     

"Sama-sama, Nyonya. Kami permisi dulu."     

Mereka mengangguk dengan penuh rasa hormat, lalu kembali lagi ke dapur. Kini, tinggallah Alisa dan Saga saja. Sebelum makan dimulai, mereka berdua terlihat berdoa dulu. Pria itu tengah memimpin doa.     

Makan malam bersama dengan Saga seperti ini, sudah membuat Alisa merasa senang. Tak perlu kemewahan, yang penting kebersamaan keduanya seperti ini. Alisa akan selalu mengabadikan momen ini di dalam hidupnya.     

Bersama dengan sang suami, ia merasa beruntung mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh cinta kasih. Semoga saja, keutuhan cinta mereka akan selalu terjaga sampai nanti. Alisa selalu berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar mengabulkan segala doa-doanya.     

'Ya Tuhan, semoga saja ... aku dan Saga akan selalu bahagia seperti ini. Jangan pisahkan kami apa pun yang terjadi nanti.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.