Arrogant Husband

Pak Surya Tak Terima



Pak Surya Tak Terima

0Pria paruh baya yang menjadi ayahnya Saga itu akhirnya berdiri. Beliau ingin pulang dari sini setelah puas mencaci maki Alisa. Wanita itu terus diam sambil memperhatikan sang ayah mertua yang mulai meninggalkan ruang tamu. Hati Alisa sangat perih saat kalimat-kalimat pedas itu selalu terlontar begitu saja. Pak Surya masih belum menerimanya dengan baik.     
0

Alisa tetap bangkit untuk menghampiri Pak Surya di depan sana. Ia melihat mobil itu mulai menjauh dari rumahnya. Mobil Pak Surya sudah melesat jauh. Kemudian, Anton tak sengaja melihatnya dalam keadaan menangis. Pria itu pun tiba-tiba mendekat dan bertanya.     

"Kenapa Nyonya menangis? Apa Pak Surya bicara yang tidak-tidak sama Nyonya?" Anton sangat khawati dengan kondisi sang Nyonya.     

Alisa menggeleng-gelengkan kepala. Ia lekas menyeka air mata yang terus membasahi pipi mulusnya. Kemudian, beranjak menuju ke kamar untuk melihat sang anak dan juga ingin istirahat.     

Anton merasa kasihan melihat Alisa dalam keadaan seperti ini. Wanita itu terus saja dihina-hina oleh Pak Surya.     

"Nyonya Alisa tak mungkin menangis seperti itu, kalau tidak ada sebabnya. Pasti ini ulah Pak Surya tadi. Aku merasa kasihan sekali padanya." Anton merasa iba pada Alisa. Sedari dulu, wanita itu terus saja mendapatkan cacian dan hinaan karena dianggap miskin.     

Saat sudah berada di dalam kamar, Alisa langsung menghampiri sang anak yang berada di dalam keranjang. Bayi itu tiba-tiba menangis. Alisa bergegas untuk menggendong bayinya dengan penuh kehangatan, sambil menyusui. Ternyata, ASI-nya sudah mulai ke luar dari beberapa hari yang lalu.     

Beberapa saat kemudian, bayi perempuan itu tak rewel lagi. Alisa merasa sedikit tenang dan berhasil menidurkan bayinya. Setelah memberikan asi ekslusif, Alisa segera meletakkan sang anak dalam keranjang.     

Hanya bersama dengan Lisa, ia merasa senang. Rasa sedihnya dengan cepat terobati berkat melihat wajah mungil dari bayi perempuannya. Maka dari itu, Alisa tak akan menyerah begitu saja. Ia akan mempertahankan bayi itu dan tak akan menyerahkannya ke panti asuhan.     

Perkataan tajam yang dikeluarkan oleh Pak Surya, tak akan membuatnya goyah untuk menyerahkan Lisa. Ia dan Saga sudah bertekad akan membesarkan bayi itu berdua. Meskipun Pak Surya sangat dihormati, mereka tak mau dipisahkan dengan bayi itu.     

***     

Saga merasa sedikit gelisah di kantor. Ia langsung teringat dengan sang istri yang ada di rumah. Ia khawatir, apakah Alisa dan bayinya baik-baik saja di rumah.     

Kemudian, pria itu mulai merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Saga ingin melakukan video call dengan Alisa. Tak berapa lama, panggilan mereka tersambung.     

Terlihat wajah cantik Alisa yang tersenyum ketika panggilan itu tersambung. Saga seketika merasa lega akhirnya.     

"Sayang, baik-baik saja kan di rumah?" tanya Saga.     

"Iya sayang, aku dan anak kita baik-baik saja."     

Setelah melihat wajah cantik Alisa lewat video call, membuat Saga merasa yakin bahwa sang istri dalam keadaan baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia merasa gelisah, karena terlalu memikirkan wanita itu.     

"Syukurlah kalau begtu. Baik-baik, ya, di rumah. Tunggu aku pulang kerja nanti sore," ucap Saga.     

"Tentu sayang."     

Obrolan mereka tak bisa lama, karena Saga harus kembali menyelesaikan pekerjaan di kantor. Pria itu pun minta izin pada Alisa untuk memutus sambungan ini.     

"Aku tutup dulu, ya."     

"Iya sayang."     

Setelah itu, Saga kembali menaruh benda pipih itu di dalam saku celana. Ia terlihat melanjutkan lagi pekerjaan kantor. Ada beberapa berkas yang harus diurus sekarang. Pria itu terlihat memijit-mijit kepalanya sendiri.     

"Banyak sekali berkas-berkasnya. Semoga saja aku bisa menyelesaikannya dan tak lembur."     

Saga sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya ini. Ini merupakan tanggung jawab yang harus dipikulnya.     

***     

Pak Surya baru saja pulang dari rumah Saga. Pria itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Alisa menangis seperti tadi. Saat sudah berada di dalam kamar, Pak Surya langsung ditanya oleh Bu Angel.     

"Yah, ke mana aja tadi?"     

"Ibu yakin mau tahu?" Pak Surya balik bertanya pada sang istri.     

"Ya iyalah, yah. Ibu pengen tahu."     

"Ayah tadi pergi ke rumah Saga buat ketemu Alisa. Ayah puas sekali karena sudah bikin dia nangis sepagi ini." Pak Surya lalu tertawa terbahak-bahak, sedangkan Bu Angel sangat terkejut.     

Bisa-bisanya Pak Surya melakukan hal ini. Bu Angel tak menyangka sama sekali.     

"Ya Tuhan, yah. Apa yang ayah lakukan sama Alisa? Kasihan sekali dia kalau ayah sampai berbuat seperti itu!"     

"Biarkan saja, Bu. Suka-suka ayah dong, mau gimana pun juga."     

"Ayah sudah tak waras! Bisa-bisanya menantu sendiri dibuat nangis! Ibu kecewa sama ayah!"     

"Terus saja ibu nyalahin ayah! Terus aja bu belain Alisa."     

Suami istri itu terlihat adu mulut satu sama lain. Salah satu dari mereka tak ada yang mau mengalah. Bu Angel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku suaminya. Sampai kapan sang suami akan terus bersikap seperti ini pada Alisa.     

Bu Angel saja merasa sedih ketika suaminya berkata telah membuat Alisa menangis. Tanpa pikir panjang, ia pun segera ke rumah Saga untuk memastikan kondisi sang menantu di rumah itu.     

"Ehh, ibu mau ke mana?!" tanya Pak Surya yang melihat istrinya langsung turun dari ranjang.     

"Ibu mau ke rumah Saga buat melihat keadaan Alisa!"     

"Tak boleh! Ibu tak boleh pergi ke sana!"     

"Suka-suka ibu dong! Tak usah mikirin ibu."     

Bu Angel tetap keukuh untuk pergi ke sana. Wanita paruh baya itu lekas mengambil tas serta merebut kunci mobil yang ada pada Pak Surya. Seketika pria itu marah padanya, tapi Bu Angel tak peduli sama sekali.     

"Berani sekali kau merebut kunci mobil itu?"     

"Itu karena ibu kecewa sama ayah! Ayah sangat jahat dengan menantu sendiri, ibu tak habis pikir sama sekali loh."     

Bu Angel segera ke luar dari kamarnya, meninggalkan sang suami yang sedang marah-marah. Wanita paruh baya itu tak mau sama sekali dilarang-larang ketika hendak pergi menemui sang menantu.     

"Aarrgggh!" Pak Surya sangat kesal ketika istrinya pergi begitu saja. Ia mengamuk sendiri di dalam kamar. Mengeluarkan semua rasa kesal di dalam hati.     

Bantal dan guling di atas tempat tidur, ia lemparkan ke sembarang arah. Pak Surya sekarang sangat emosi, ditambah sang istri yang tak menurut dengan keinginannya.     

"Alisa lagi, Alisa lagi! Kenapa istriku sekarang selalu memperhatikan dia?"     

Pak Surya mengembuskan napas panjang. Ia pun menengok ke jendela kamar, di mana sang istri mulai melaju dengan mobilnya meninggalkan rumah ini. Pak Surya hanya bisa memandangi seperti ini dengan hati yang kesal.     

"Awas saja nanti. Aku tak akan pernah tinggal diam!" Pak Surya lalu menampilkan senyum menyerigai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.