Arrogant Husband

Kebohongan Reva Terus Berlanjut



Kebohongan Reva Terus Berlanjut

0Reva tidak mengetahui sama sekali bahwa Agam akan datang ke sini. Alhasil, ia sangat terkejut ketika melihat sang kekasih sudah berada di luar. Reva mendadak tremor di tempat.     
0

"A–Agam?"     

"Kenapa sayang? Kau mendadak pucat seperti ini."     

"Ah, tidak papa. Mari masuk ke dalam."     

Reva mempersilakan sang kekasih untuk masuk. Setelah Agam sudah duduk di sofa ruang tamu, ia pun segera ke dapur untuk membuatkan minuman. Entah kenapa, perasaannya tiba-tiba jadi tak karuan seperti ini.     

"Ah, mungkin hanya perasaanku saja."     

Jus jeruk sudah siap untuk disajikan pada Agam. Reva kemudian membawa sebuah gelas yang sudah berisikan jus untuknya. Ia berjalan melenggak-lenggok seperti biasa, serta harus bersikap tenang seolah-olah tak pernah ada masalah yang menimpanya.     

Agam menatapnya dengan tatapan kagum setelah berada di ruang tamu. Reva lalu mempersilakan pria itu untuk meminum jusnya.     

"Silakan diminum, sayang. Aku buatkan khusus untukmu," ucap Reva sambil tersenyum manis. Ia akan menutupi semua rahasianya dengan baik.     

"Terima kasih, ya."     

Setelah Agam meneguk sedikit isi minumannya tadi, ia pun ingin langsung saja bertanya. Tentang yang diucapkan oleh Joseph itu, apakah benar atau tidak. Tiba-tiba, Agam jadi goyah seketika dengan kemantapan hatinya.     

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Agam pada kekasihnya. "Ada hal yang penting ingin kutanyakan langsung."     

Tiba-tiba saja, Reva merasa tak nyaman dengan situasi ini. Ia takut, kalau Agam akan bertanya tentang kehamilannya dulu. Ia pun, berusaha untuk bersikap setenang mungkin.     

"Bo–boleh. Tanyakan saja, sayang."     

"Tadi pagi, Joseph datang ke bar dan kami berdua saling bicara. Dia bilang, bahwa kau pernah bercinta dan mengandung anaknya. Apakah itu benar, sayang?"     

Reva mendadak jadi gugup bukan main. Ternyata, Joseph benar-benar sudah selangkah di depan. Pria itu gencar untuk membuatnya berpisah dengan Agam. Namun, Reva tak akan membiarkan hal itu terjadi. Lalu, ia mengembuskan napas panjang.     

"Semua yang dikatakan oleh Joseph itu adalah kebohongan. Jangan percaya dengan dia, sayang. Dia hanya ingin memisahkan cinta kita berdua," ujar Reva.     

Agam tersenyum akhirnya. Sepertinya, pria itu percaya dengan semua ucapan yang telah dilontarkan. Reva yakin, kalau Agam tak merasa curiga lagi setelah ini.     

"Hm, aku pun tak percaya dengan semua ucapan Joseph. Aku hanya ingin memastikan semua ini saja padamu. Aku tetap percaya denganmu sayang." Agam langsung menggenggam tangan Reva, lalu mencium punggung tangan wanita itu cukup lama.     

Reva tak akan membiarkan Joseph berusaha untuk menjauhkannya dari Agam. Ia akan melakukan segala cara agar pria itu tetap di sampingnya.     

'Awas saja nanti, Jo! Kau sudah berusaha untuk membuat Agam agar menjauh dariku. Tapi, aku tak akan pernah menyerah semudah itu.'     

"Aku tak mungkin hamil, sayang. Apalagi hamil dengan Joseph. Aku tidak pernah mencintainya sama sekali. Cintaku hanya untukmu saja."     

Wanita itu membelai-belai wajah Agam dengan penuh kelembutan. Membuat pria itu terhanyut oleh belaian Reva.     

"Kau masih menjaga kesucianmu, kan?" Pertanyaan Agam membuat Reva mendadak terdiam. Lantas, ia terpaksa berbohong lagi demi menjaga rahasia dirinya sendiri.     

"Tentu saja. Aku masih perawan, sayang. Jangan dengarkan ucapan Joseph lagi. Dia hanya ingin membuat kita berdua berpisah saja."     

Entah sudah berapa kali Reva harus berbohong seperti ini. Ia tak mau, kalau Agam mengetahui segalanya. Otomatis, ia akan kehilangan kekasihnya.     

"Syukurlah sayang. Kau masih menjaga mahkota berhargamu sampai sekarang. Aku semakin tenang mendengarnya darimu langsung. Dan, aku tak akan pernah percaya dengan ucapan Joseph lagi."     

Reva ingin sekali teriak karena senang bahwa Agam sangat percaya dengannya. Joseph tak akan bisa membuatnya berpisah dengan sang pujaan hati. Apa pun yang terjadi, Reva akan selalu melakukan segala cara, agar Agam terus berada di sampingnya.     

"Aku harap, kau tak pernah membohongiku sekali pun," ucap Agam.     

"I–iya sayang. Aku tak akan pernah membohongimu. Apa pun yang terjadi nanti."     

Semoga saja, rahasianya tak akan pernah diketahui oleh Agam. Reva akan menghalangi semua orang, agar tak menghancurkan harapannya yang satu ini.     

'Pokoknya, aku harus bisa menikah dengan Agam. Aku sangat mencintainya sekarang. Bahkan Joseph pun tak akan bisa menghalangi ini nanti.'     

Agam merasa lega sekarang, karena semua kegundahan dalam hatinya sudah terjawab. Wanita itu tak mungkin berbuat yang tidak-tidak. Reva juga tak mungkin berkhianat.     

Wanita itu semakin mendekat pada Agam. Kemudian, meletakkan kepalanya di pundak Agam. Reva mendongak, menatap wajah sang kekasih, yang manis dan tampan itu.     

"Aku sangat mencintaimu, Gam. Jangan tinggalkan aku, ya."     

"Iya sayang. Aku sangat mencintaimu juga. Jadi, aku tak akan pernah meninggalkanmu."     

Reva melingkarkan kedua tangannya ke punggung Agam. Mereka berpelukan satu sama lain. Pria itu tampak mengecup puncak kepala Reva dengan penuh kasih sayang. Cinta Agam pada sang kekasih sangatlah besar.     

"Mungkin, bisa dibilang, kaulah cinta pertamaku, Va. Makanya aku sangat sayang padamu."     

"Benarkah?" Reva tak menyangka, bahwa dirinya merupakan cinta pertama Agam.     

"Iya, aku serius. Kaulah cinta pertamaku. Sebelumnya, aku tak pernah menjalin hubungan asmara dengan para wanita."     

Kekasih yang berada di sampingnya semakin mengeratkan pelukan. Mata Reva berbinar-binar saat Agam mengatakan bahwa dirinya cinta pertama pria itu. Keduanya saling mengobrol.     

Rasanya Agam tak mau lekas pulang dari sini. Ia masih ingin berduaan dengan Reva. Memandang wajah cantik sang kekasih, membuat rasa lelahnya telah hilang. Membuatnya jadi tak sabar untuk segera meminang Reva.     

"Sayang, jangan pulang dulu, ya. Di sini saja bersamaku." Reva meminta pada Agam agar jangan cepat-cepat pulang.     

"Iya sayang. Aku masih ingin berada di sampingmu. Mungkin, agak malam nanti aku baru pulang."     

Sekarang masih sore hari. Sebentar lagi, senja akan datang menyapa. Sehabis pulang kerja, Agam langsung mendatangi rumah Reva. Ia merasa rindu pada sang kekasih, sekaligus ingin menanyakan hal tadi.     

"Iya sayang. Nanti aku akan mengantarmu untuk pulang." Reva kembali meletakkan kepalanya di pundak Agam.     

Seperti biasa, Reva akan selalu mengantar Agam untuk pulang ke rumah. Ia tak mau, kalau pria itu naik ojek atau pun taksi.     

"Iya sayang. Terima kasih banyak karena sudah mau mengantarkan kekasihmu ini pulang ke rumah."     

"Untukmu apa sih yang tak kulakukan?"     

Hari semakin menjelang malam. Mungkin sebentar lagi, Agam akan segera pulang ke rumah. Namun, sebelum itu Reva akan mengajak makan bersama dulu bersama sang kekasih.     

"Oh, ya, makan dulu yuk! Aku mau buatin nasi goreng nih," ujar Reva.     

Kemudian, Reva mengajak Agam untuk sama-sama pergi ke dapur. Wanita itu akan membuat nasi goreng spesial untuknya dan juga sang kekasih. Reva menjulurkan tangan pada pria itu. Keduanya lalu melangkah bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.