Arrogant Husband

Bu Angel Mulai Menerimanya



Bu Angel Mulai Menerimanya

"Bu, kenapa? Kok sepertinya susah tidur?" tanya Pak Surya yang melihat sang istri tampak gelisah. Berkali-kali Bu Angel balik sana sini untuk mencari posisi tidur yang nyaman.     

"Iya nih, yah. Ibu kayaknya susah tidur. Udah mencoba buat memejamkan mata, tapi susah."     

"Apa ibu lagi mikirin sesuatu, ya? Mikirin Saga dan Alisa, hmm?" tanya Pak Surya lagi.     

Bu Angel jadi terdiam, ketika sang suami langsung menanyakan hal seperti itu. Jujur, wanita paruh baya itu sungguh merasa rindu pada anak laki-lakinya dan juga sang menantu. Namun, apa boleh buat. Keduanya sudah membuat hatinya merasa kecewa.     

"Hmm, tidak kok. Ayah jangan tanya hal itu lagi deh."     

"Ibu mending jawab jujur deh sama ayah. Mikirin mereka pasti, kan? Jadi, sekarang ibu tak bisa tidur begini?"     

Bu Angel pun menjawab pertanyaan sang suami dengan terus terang. Jujur saja, ia merasa rindu dengan mereka berdua di sana. Namun, hati masih merasa kecewa dan kesal karena Saga dan Alisa menutupi suatu hal yang besar.     

Melihat respons sang istri yang hanya diam saja, membuktikan semuanya jelas di mata Pak Surya bahwa wanita itu tengah memikirkan mereka di sana. Pak Surya hanya mengembuskan napas panjang. Susah sekali sekarang membuat istrinya itu untuk membenci Alisa. Di lain sisi, Reva pun sudah tak tertarik lagi dengan Saga.     

'Apa yang harus kulakukan lagi sekarang untuk membuat Alisa dan Saga berpisah? Sekarang, Reva sudah tak menyukai Saga lagi, karena sudah punya kekasih.'     

Pak Surya merasa tak ada kawan lagi yang sejalan dengannya. Reva pun sudah tak mengusik rumah tangga Saga dan Alisa lagi. Istrinya pun begitu juga.     

'Apa aku harus turun tangan untuk melakukannya sendiri? Agar Alisa bisa meninggalkan Saga?'     

Pak Surya akan memikirkan sebuah cara nanti untuk membuat Alisa mau meninggalkan Saga. Namun, sekarang ia harus membuat sang istri merasa tenang dulu dan tak gelisah lagi.     

"Bu, sebaiknya tidur saja, ya. Jangan pikirkan mereka dulu. Jaga kondisi kesehatan ibu."     

"Iya, yah. Ayah juga."     

Akhirnya, sepasang suami istri itu pun memejamkan mata. Bu Angel terus berdoa, agar semua masalah yang terjadi cepat berlalu. Makin hari, ia merasa tersiksa karena tak bisa bertemu dengan Saga dan Alisa, dikarenakan masih merasa kecewa.     

'Ibu berharap, rasa kecewa ibu akan segera terobati.'     

***     

Keesokan paginya, Bu Angel mengajak sang suami untuk menemui Alisa di rumah sana. Namun, drama antara mereka pun kembali terjadi. Pak Surya tak mau ke sana, karena tak ingin bertemu dengan Alisa dan bayi itu.     

"Yah, ayolah. Sebentar saja, ya."     

"Ayah tak mau, Bu. Jangan paksa ayah seperti itu. Lagian ayah tak mau bertemu dengan bayi itu."     

"Yah, kita tak bisa memaksakan kehendak pada Alisa dan juga Saga. Biarkan mereka berdua melakukan apa yang terbaik. Ibu baru sadar sekarang," ucap Bu Angel.     

Ucapan Bu Angel tak membuat hati Pak Surya merasa senang. Pria paruh baya itu tetap dengan pendiriannya untuk tak pergi ke sana.     

"Kalau ayah tak mau pergi bersama ibu, biar ibu saja yang pergi ke sana seorang diri. Ayah diam saja di rumah."     

Bu Angel tampak sedang bersiap-siap untuk menuju ke rumah Saga dan Alisa. Sedangkan, sang suami hanya diam saja, tak bergerak sama sekali di atas ranjang. Pria itu melihat sang istri yang mulai memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan tak lupa memakai lipstik berwarna merah merona.     

Tak perlu waktu lama untuk berdandan, Bu Angel sudah siap untuk berangkat. Wanita yang usianya sudah tak lagi muda itu, dengan segera meraih kunci mobil yang ada di atas nakas. Sekilas, Bu Angel tampak berpamitsn dengan suaminya.     

"Yah, ibu berangkat dulu, ya. Ayah diam saja di rumah dan jangan ke mana-mana."     

"Iya." Pak Surya hanya menjawab singkat ucapan istrinya.     

Bu Angel hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Namun, ia akan tetap pergi juga ke sana untuk menemui Alisa. Hatinya merasa gelisah terus kalau tak bertemu dengan anak dan juga sang menantu.     

Setelah melihat kepergian sang istri ke luar kamar, Pak Surya tampak merasa kesal bukan main. Ucapannya sekarang tak berguna sama sekali untuk Bu Angel. Membuat keadaannya makin kacau.     

"Ini tak bisa dibiarkan. Istriku makin lama tak menurut dengan ucapanku! Aku akan segera bertindak."     

***     

Alisa cukup terkejut melihat ibu mertuanya datang kemari, hanya seorang diri tanpa ditemani oleh Pak Surya. Ia pun langsung mengajaknya untuk duduk bersama. Alisa menyuruh salah seorang pelayan untuk membuatkan minuman.     

"Ibu? Ada apa, ya?"     

"Ibu tak bisa kalau tak bertemu denganmu atau pun Saga. Ibu sekarang tak bisa jauh dengan menantu sendiri."     

Hal itu langsung membuat Alisa tersenyum senang. Bu Angel lalu meminta maaf padanya atas sikapnya beberapa hari yang lalu.     

"Ibu sekarang sudah bisa menerima bayi itu di tengah-tengah keluarga kita, sayang. Sebenarnya itu, hak kalian berdua ingin mengadopsi anak ituatau tidak."     

"Tapi, aku merasa bersalah juga, Bu, karena tak memberi tahukan ayah dan juga ibu waktu itu."     

"Tak apa sayang. Lupakan saja sekarang." Bu Angel langsung mencari keberadaan bayi itu. Alisa pun menjawab, bahwa bayinya ada di atas kamar.     

"Sebentar ya, Bu. Aku akan membawanya kemari bersama kita."     

Alisa pun berjalan naik ke atas tangga untuk menjemput sang anak. Ia ingin mempertemukannya dengan Bu Angel. Sekarang Alisa merasa senang, karena ibu mertuanya sudah bisa menerima sang anak dengan baik.     

Sesampainya di dalam kamar, Alisa langsung menghampiri keranjang bayi. Ia mengangkat perlahan tubuh bayi itu perlahan dan membawanya ke dalam pelukan. Setelah itu, Alisa langsung membawanya turun ke bawah.     

Alisa berjalan perlahan menuruni anak tangga. Hingga, sampailah ia dan sang anak menuju ke ruang tamu. Bu Angel pun merasa senang karena sudah bertemu dengan cucunya.     

"Cantik sekali dia." Bu Angel memuji kecantikan bayi kecilnya itu. "Siapa namanya?"     

"Lalisa Putri Herlambang," balas Alisa.     

"Wah. Nama kau dan nama belakang Saga, ya?"     

"Iya, Bu." Alisa tersenyum senang dengan sang mertua.     

"Nama yang cantik, secantik bayi ini."     

Bu Angel pun ingin menggendong bayi itu sebentar. Alisa lalu memberikannya pada sang mertua. Kini, tubuh kecil sang bayi sudah berpindah tangan ke neneknya. Alisa merasa senang bukan main, karena momen seperti ini.     

"Cucu nenek cantik banget, sih."     

Tak bosan-bosannya Bu Angel menatap wajah si kecil dari jarak dekat seperti ini. Melihat pemandangan ini, membuat hati Alisa merasa sangat tersentuh. Akhirnya, sang ibu mertua mau mengakui juga bayi ini. Harapan dan doa-doanya dikabulkan oleh Tuhan juga.     

'Ya Tuhan, terima kasih banyak karena sudah membuat ibu mertuaku mulai menerima anakku dengan baik.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.