Arrogant Husband

Tak Suka Dengan Bayi Itu



Tak Suka Dengan Bayi Itu

0Alisa dan Saga masih berada di taman ini untuk bersantai ria. Dua sejoli itu tengah asyik menenangkan diri di sini. Wanita itu meletakkan kepalanya di pundak sang suami. Harum semerbak bunga yang menguar, membuat Alisa merasa damai di sini.     
0

"Kau menyukai tempat ini?" tanya Saga.     

"Tentu saja."     

"Nanti kita akan menanam lebih banyak lagi tanaman di taman belakang, ya." Saga akan membelikan beberapa bibit tanaman untuk memenuhi hobi sang istri. Alisa suka sekali berkebun. Maka dari itu, matanya berbinar-binar karena senang mendengar ucapan Saga.     

"Sungguh?" Kedua pancaran mata Alisa begitu antusias.     

"Iya sayang. Nanti kita beli ya, bibit tanamannya. Lalu, kita tanam bersama." Kemudian, Alisa mengangguk dengan cepat.     

Saga selalu saja bisa membuatnya merasa bahagia. Hal kecil seperti ini saja, sudah membuat Alisa senang bukan main. Sang suami masih setia meminjamkan pundak untuknya. Membuat Alisa makin betah berada di sini.     

Udara sejuk pun berembus, menerbangkan anak rambutnya. Hingga, rambut Alisa beterbangan menutupi daerah mata. Saga langsung membenarkan letak rambut sang istri.     

Perbuatan Saga tadi membuat Alisa merasa baper. Wanita itu menatap ke arah sang suami dengan saksama. Saga selalu saja membuat debaran jantungnya selalu berpacu dengan cepat. Pria bermata kecokelatan, serta berhidung bangir itu mampu membuat Alisa melabuhkan segenap rasa.     

Saga kemudian, menatap ke arah sang anak. Kemudian, ia melihat arloji yang melingkar di tangan kiri. Tak terasa, mereka berada di taman ini sudah satu jam. Wanita yang duduk di sampingnya, merasa sangat betah di sini dan tak ingin pulang.     

"Kalau kau mau pulang, bilang saja, ya. Sebentar lagi matahari mulai semakin tinggi, kasian Lisa."     

"Iya sayang. Sebentar lagi kita akan pulang ke rumah."     

Alisa menggenggam tangan suaminya dengan perasaan penuh cinta. Dua sejoli itu masih bermesraan di taman. Banyak orang-orang berdatangan kemari. Baik orang tua atau pasangan muda mudi. Alisa dan Saga juga tak mau kalah untuk menghabiskan waktu bersama di sini.     

Entah kenapa, Alisa melihat dari kejauhan sepertinya ada Bu Angel serta Pak Surya yang datang kemari. Wanita itu mulai mengerjap-ngerjapkan mata untuk memastikan penglihatannya. Memang benar, ia tak salah lihat. Mertuanya ternyata juga datang ke sini. Saga pun memandang ke arah sang istri.     

Pria itu melihat arah pandang Alisa. Ia cukup terkejut melihat kedua orang tuanya juga kemari.     

"Ada ayah dan ibu," ujar Saga.     

Alisa lalu mengajak Saga untuk menemui mereka di sana. Mertuanya sedang asyik duduk di bangku taman, yang tak jauh dari mereka. Namun, sepertinya mereka berdua tak melihat ke arah Saga dan Alisa.     

"Sayang, ayo kita ke sana menemui ibu dan ayah," ajak Alisa.     

"Aku tak yakin, mereka akan senang kalau kita ke sana. Ibu dan ayah masih marah dengan kita."     

"Lantas, kita harus bagaimana?"     

Alisa ingin sekali bertemu dengan mertuanya di sana. Bu Angel dan Pak Surya duduk membelakangi mereka dari jarak jauh, tapi Alisa dan Saga masih bisa melihat orang tua itu.     

"Sayang, ayolah kita ke sana menemui mereka. Sekalian kita pamit untuk pulang."     

"Kau ingin pulang sekarang?" tanya Saga.     

"Iya sayang. Hari sudah semakin siang dan terik."     

"Hmm, baiklah." Saga mengambil alih untuk mendorong stroller itu. Sedangkan, sang istri berjalan bersisian di sebelah.     

Saga dan Alisa menghampiri mereka berdua. Beberapa saat kemudian, Bu Angel menatap ke arah keduanya. Wanita paruh baya itu terkejut melihat ada Saga dan Alisa juga di sini.     

"Kalian?" tunjuk Bu Angel. "Ada di sini juga?"     

"Iya, Bu. Kami ingin pamit pulang," balas Saga.     

Bu Angel langsung menatap ke arah stroller, di mana bayi itu berada. Pandangannya menatap tak suka. Pak Surya pun hanya diam saja melihat anak dan menantunya.     

"Pulanglah sana, ibu tak ingin bicara dengan kalian." Bu Angel menyuruh keduanya untuk segera pergi.     

Saga merasa sedih dan kecewa karena sang ibu tak mau menatap ke arahnya. Alisa mencoba untuk menenangkan sang suami seraya mengusap-usap pergelangan tangannya perlahan.     

"Ya sudah, kita pulang saja sayang," ajak Alisa sembari mengambil stroller yang dipegang oleh Saga. Wanita cantik dengan mengenakan dress mini itu lalu pamit pada mertuanya, tapi tak dihiraukan sama sekali. Namun, Alisa tetap menunjukkan rasa hormatnya.     

Melihat diamnya sang orang tua, membuat Saga kembali kecewa dengan keduanya. Lantas, pria itu meraih tangan sang istri untuk pulang ke rumah. Saga dan Alisa berjalan pelan menuju ke parkiran mobil.     

Hati Bu Angel merasa sedikit sakit, karena tak menghiraukan Saga dan juga Alisa. Karena ada bayi itu di sana, membuatnya kecewa. Mengapa harus ada bayi itu di sekitarnya sekarang? Bu Angel tak mau seorang cucu, kalau bukan dari keturunannya sendiri. Pandangannya terus menatap dua sejoli itu yang mulai masuk ke dalam mobil.     

Pak Surya yang berada di samping Bu Angel, merasa senang bukan main. Alhasil, rencananya kian berhasil untuk memisahkan istrinya dan juga Alisa. Ia ingin membuat sang istri terus membenci Alisa.     

"Tuh, lihat sendiri kan, Bu? Mereka berdua membawa bayi itu jalan-jalan kemari." Pak Surya mendengkus kuat sambil menatap sang istri.     

Bu Angel mengembuskan napas panjang. Rasa kecewa masih menyelimuti hati. Ia melihat mobil Saga mulai melaju dan meninggalkan taman ini. Pandangannya nanar, melihat keduanya sudah bertolak dari sini.     

"Yah, ibu jadi tak nyaman lagi berada di sini sekarang!" ucap Bu Angel.     

"Loh, kenapa Bu? Bukannya ibu mau nyari udara segar sama ayah tadi? Lantas, kenapa seperti ini? Pengen pulang?"     

"Ibu pengen pulang aja dari taman ini, yah."     

Pak Surya geleng-geleng kepala melihat sang istri yang mulai tak nyaman berada di sini. "Tau begitu, ayah tak akan mengajak ibu kemari dan memilih sendiri saja di sini."     

"Maafkan ibu, yah. Ibu tiba-tiba merasa bosan di sini." Bu Angel tiba-tiba menyesal karena ikut bersama sang suami. Ia ingin segera pulang saja.     

"Ayah tahu kok. Ini pasti gara-gara Saga dan Alisa tadi! Baru juga sebentar kita ada di sini, Bu."     

Pak Surya pun menurut dengan ucapan sang istri. Mereka berdua ingin pulang saja ke rumah. Sepanjang jalan, Pak Surya menggerutu. Niat hati ingin mencari udara segar di luar, malah jadi seperti ini. Pria itu juga menyalahkan Alisa dan Saga, karena kehadiran mereka membuat suasana hati sang istri jadi tak nyaman.     

Dua sejoli itu menuju ke mobil dan mulai meninggalkan are taman. Setelah melihat Saga dan Alisa tadi, tiba-tiba perasaan Bu Angel jadi tak karuan. Antara merasa kesal dan kecewa, bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat bayi kecil itu bersama dengan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.