Arrogant Husband

Reva dan Agam yang Terlihat Romantis



Reva dan Agam yang Terlihat Romantis

0"Tante? Ada apa datang kemari?" tanya Reva melihat kedatangan Bu Angel ke sini. Wanita paruh baya itu datang seorang diri.     
0

Reva langsung mempersilakan Bu Angel masuk ke dalam. Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu dan berbincang-bincang. Ia masih tak paham dengan tujuan Bu Angel datang kemari.     

"Tante ke sini cuma mau bertanya satu hal saja denganmu."     

"Apa itu, tante?"     

Wajah Bu Angel masih terlihat kesal dan kecewa. Wanita itu tak bisa tersenyum untuk menghibur hatinya. Sedangkan, Reva masih menunggu jawaban yang ke luar dari wanita di depannya ini.     

"Apakah kau tahu, bahwa Alisa dan Saga punya anak?"     

Pertanyaan dari Bu Angel membuat Reva teringat dengan seorang bayi yang tengah digendong Alisa waktu itu. Alisa begitu marah padanya saat ia masuk ke dalam tanpa permisi. Dan, detik itu juga Reva melihat bayi itu.     

Reva ingin berkata jujur, tapi dirinya justru takut. Ada apa yang sebenarnya telah terjadi?     

"Ti–tidak tahu tante." Reva terpaksa berbohong pada Bu Angel. Sekarang ia tak mau terlalu ikut campur ke dalam masalah orang lain.     

"Begitukah?"     

"Iya tante. Memangnya apa yang terjadi?"     

Bu Angel mencebik ke arah Reva. Wanita itu ingin mendengar penjelasan dari ibunya Saga. Entah apa yang telah membuat Bu Angel datang ke sini.     

"Alisa dan Saga telah mengadopsi seorang bayi dari panti asuhan. Dan, mereka berdua sama sekali tak memberitahukan pada tante dan juga om."     

'Oh, ternyata begitu .... Alisa menyembunyikan hal ini pada semua orang. Ia masih trauma dan tak mau kehilangan anak lagi.'     

Reva hanya berpura-pura tak tahu tentang masalah ini. Ia paham dengan Alisa yang melakukan cara seperti ini. Alisa merahasiakan ini semua, karena semata-mata agar sang anak merasa aman. Setelah apa yang telah terjadi dengan wanita itu dan mengalami keguguran, memang tak mudah.     

Mendengar jawaban dari Reva, membuat Bu Angel tak merasa puas. Ia yakin, bahwa Reva sudah tahu tentang masalah ini, tapi Reva mencoba menyembunyikannya juga.     

'Aku yakin, Reva sudah tahu tentang masalah ini.'     

Sorot mata Bu Angel semakin tajam saat memandang ke arah Reva. Tak merasa puas mendapatkan sebuah jawaban, lantas membuat Bu Angel ingin pulang saja dari sini.     

Wanita paruh baya itu berdiri dan bersiap untuk pulang. Reva yang melihat itu, kadang merasa bingung.     

"Loh, tante mau pulang, ya?"     

"Iya, tante mau pulang aja. Lebih baik di rumah!"     

Bu Angel merasa kecewa karena tak dapat informasi apa-apa dengan Reva. Ia terpaksa pulang saja dari sini. Sebelum melangkah ke luar, wanita itu berpamitan pada Reva.     

"Tante hati-hati di jalan." Reva mengantarkan Bu Angel menuju ke halaman depan. Baru sebentar saja, wanita itu datang kemari dan kemudian ingin pulang saja.     

'Mungkin Bu Angel ingin pulang karena tak puas mencari jawaban padaku.'     

Mulai sekarang, Reva tak ingin mengurusi kehidupan Saga dan Alisa lagi. Sekarang ia sudah fokus dengan Agam, pria pujaan hatinya yang siap untuk membawanya ke jenjang yang lebih serius lagi.     

Setelah kepulangan Bu Angel yang datang kemari, maka masuklah Reva ke dalam rumah. Wanita itu ingin siap-siap dan bertemu dengan Agam di bar. Pasti, sang kekasih merasa senang karena ia datang ke sana.     

Reva berjalan agak cepat menaiki anak tangga. Kemudian, ia ingin segera merias diri secantik mungkin. Reva ingin terlihat sempurna di mata Agam.     

"Pokoknya, aku harus kelihatan cantik di depan Agam."     

Reva memoleskan bedak serta lipstik merah merona miliknya. Kemudian, memasang sebuah kalung liontin untuk menunjang penampilan. Serta tak lupa, membawa tas branded ke mana-mana.     

Tak perlu waktu lama untuk berdandan. Sekarang Reva sudah siap dan akan segera menemui sang kekasih yang tengah bekerja. Bayang-bayang wajah Agam terlintas begitu saja di dalam pikiran. Semakin ia membayangkan, semakin merasakan rindu yang membuncah.     

"Baiklah, sudah siap. Sayang, tunggu aku datang."     

***     

Kurang dari dua puluh menit, Reva akhirnya sudah sampai di depan bar tempat Agam bekerja. Ia segera ke luar dari mobil dan masuk ke dalam. Sudah lama, ia tak mencicipi lagi minuman beralkohol itu di sini. Semenjak menjalin hubungan dengan Agam, pria itu selalu melarangnya untuk minum.     

Reva sudah masuk ke dalam dan pandangan matanya bertemu dengan Agam. Pria itu melambaikan tangan ke arahnya. Kemudian, ia pun menghampiri sang kekasih.     

"Hai sayang," sapa Agam padanya.     

"Hai juga sayang."     

Reva pun duduk di sebelah Agam. Pria itu terlihat sedang melayani pelanggannya untuk minum. Ada beberapa orang yang sudah kelihatan mabuk, tapi masih tak mau berhenti untuk minum.     

Agam pun menoleh ke arah Reva dan berbisik tepat di telinganya. "Kau dulu seperti dia. Mabuk berat. Makanya, kau jangan sampai seperti itu lagi, ya. Aku tak suka."     

Setelah membisikkan kata-kata ke telinga Reva, Agam tersenyum manis pada sang kekasih.     

"Baiklah sayang. Aku tak akan minum alkohol lagi."     

Mendengar jawaban Reva membuat Agam merasa senang. Ia ingin sang kekasih lebih baik lagi daripada ini. Ia ingin mengubah hidup wanita itu ke jalan yang benar.     

"Terima kasih karena kau sudah mau menurut dengan ucapanku." Agam langsung mencubit pipi Reva dengan gemas. Tingkah keduanya disaksikan oleh beberapa pasang mata yang lewat. Reva terlihat sedikit malu, tapi tidak bagi Agam.     

Dua sejoli itu tampak malu-malu saat beberapa orang memberikan siulan ke arah mereka. Seakan juga turut senang dan bahagia melihat mereka.     

"Sayang, kita lagi dilihat oleh banyak orang," ujar Reva sambil tersenyum.     

"Memangnya kenapa?"     

"Aku sedikit malu."     

"Jangan malu. Tak apa-apa. Santai saja."     

Agam sambil melayani pembelinya. Reva dengan setia berada di samping pria itu. Mereka juga tengah berbincang-bincang mengenai pernikahan nanti. Saat ini, Reva tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.     

"Sayang, aku sudah tak sabar ingin menikah denganmu," bisik Agam di telinga Reva.     

"Aku pun juga tak sabar, ingin menjadikanmu suamiku."     

Mereka berpandangan satu sama lain. Menatap dengan perasaan yang penuh cinta. Reva merasa bahagia menjalin hubungan asmara dengan Agam, begitupun sebaliknya. Tak ada kata menyesal di sini.     

'Aku sangat mencintaimu, Gam. Sangat. Kau mampu membuatku berpaling dari Saga. Kau juga telah memberikan cintamu yang begitu besar hanya padaku.'     

Tatapan mata mereka semakin dalam. Para pelanggan di bar pun menatap ke arah keduanya. Agam dan Reva tak sadar lagi saat ini ada di mana. Dua sejoli itu asyik bermesraan.     

"Cieee .... Cieee ...."     

Mendengar sorak sorai yang meriah, membuat keduanya tersadar. Sontak, membuat Reva jadi malu-malu. Pipinya memanas dan memerah. Agam yang melihat ke arah sang kekasih langsung terkikik geli.     

"Kau semakin cantik sayang."     

Ucapan dari Agam berhasil membuat debaran jantung Reva makin tak karuan. Wanita itu tersipu malu pada akhirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.