Arrogant Husband

Rencana Agam Untuk Melamar Reva



Rencana Agam Untuk Melamar Reva

0"Sampai kapan aku harus berada di sini, hah?!" teriak Joseph masih dengan tangan serta kaki yang terikat. "Aku bosan merasa di sini, hei! Keluarkan aku dari sini! Kau tuli kah?" Joseph terus saja berkoar-koar tak jelas.     
0

Anton dan yang lain masih berjaga. Ruangan yang hanya sedikit penerangan itu, telah membuat Joseph merasa teraniaya. Pria itu hendak ke luar dari sini secepatnya.     

"Kau tidak akan pernah ke luar dari sini, ingat itu!" balas Anton sambil meraup wajah Joseph dengan kasar.     

"Kalian semua mengurungku di sini! Kalian semua pengecut!" Setelah itu, Joseph pun tertawa penuh kepuasan. Pria itu sama sekali tak merasa takut.     

Anton tersenyum meremehkan. Ia tak ingin berlarut-larut meladeni ucapan Joseph. Kemudian, Anton melepaskan tangannya yang semula meraup wajah pria yang sedang duduk dalam posisi terikat itu.     

"Terserah kau saja, yang penting kau puas mengungkapkan segala rasa. Nikmatilah waktumu di sini. Resapi dan sadari, apa yang telah kau perbuat selama ini karena sudah merugikan banyak orang!"     

Dalam hati, Joseph ingin sekali membalas semua rasa sakit hatinya pada mereka. Namun, ia masih dalam keadaan yang tak memungkinkan. Ia juga berpikir, apa yang harus dilakukan untuk bisa terbebas dari sini. Tak ada yang bisa ia lakukan. Tak ada yang bisa ia hubungi, walau hanya seorang saja.     

Kemudian, Anton ke luar dari ruangan ini dan menyuruh yang lain untuk menjaga Joseph. Ia ingin pulang dan menjaga rumah. Anton segera masuk ke dalam mobil.     

Sedangkan di dalam ruangan, Joseph bersumpah akan membalas dendam pada Saga dan keluarganya. Ia tak akan rela, melihat pria itu bahagia di atas penderitaannya ini. Dari dulu sampai dengan sekarang, Joseph sangat membenci pria itu.     

'Dari dulu kau selalu merebut kebahagiaanku. Kau juga yang merebut Reva dariku, hingga aku tak bisa memilikinya seutuhnya!'     

Joseph tersenyum menyeringai ketika mengingat Saga. Apa pun yang berhubungan dengan pria itu, ia tak menyukainya sama sekali. Matanya menatap tajam ke arah anak buah Saga yang bernama Anton itu. Ia juga menjadikan pria itu sasaran empuknya.     

'Dan, pria itu juga tak akan lolos dariku. Aku akan segera ke luar dari sini, bagaimana pun caranya! Awas saja nanti!'     

Joseph seorang pria yang licik. Apa saja akan ia lakukan agar keinginannya tercapai. Sekarang, sikapnya telah berubah dan tak seperti dulu lagi. Ia lebih memilih memutuskan pertemanan dengan Saga daripada berhenti untuk mengejar Reva.     

Ia ingin sekali mengetahui kabar Reva. Entah di mana wanita itu sekarang. Apakah masih mempunyai hubungan dengan Agam ataukah tidak. Kalau pun benar, maka ia akan segera menghancurkan hubungan itu dan tak akan membiarkan Reva bersama dengan pria lain.     

***     

Agam kembali lagi bekerja sebagai bartender di bar. Pria itu terlihat cekatan dalam melayani pelanggan. Teman-temannya pun sangat mengkhawatirkannya beberapa hari terakhir karena Agam menghilang dan tak ada kabar sama sekali. Dari kejauhan, Reva melihat sang kekasih yang sedang bercengkerama dengan teman-temannya itu.     

Hati Reva menghangat kala melihat senyuman manis yang terukir indah di bibir Agam. Pria itu telah berhasil membuatnya jatuh cinta dan mampu melupakan Saga, pria yang selama ini ia kejar mati-matian dan rela melakukan segala cara. Namun, pada akhirnya, hati Reva telah berlabuh pada Agam.     

Sesaat kemudian, Agam pun mengalihkan pandangannya ke arah Reva. Pria itu tersenyum manis dan berjalan menuju ke arah sang kekasih. Melihat kedatangan Agam, Reva jadi tersipu malu.     

"Ayo ke sana," ajak Agam sambil memegangi lengan Reva.     

Wanita itu pun menurut sambil dituntun oleh Agam. Pria itu memperkenalkannya pada teman-temannya. Betapa senang hati Reva saat dikenalkan oleh Agam di hadapan mereka.     

"Perkenalkan, ini kekasihku, namanya Reva," ucap Agam dengan lantang. Pria itu memperkenalkan Reva pada teman-temannya.     

Reva menyambut satu per satu uluran tangan teman-teman Agam yang bekerja di bar itu. Ia tersenyum senang dan merasa bangga pada sang kekasih.     

Setelah itu, dua sejoli tersebut saling tertawa satu sama lain. Agam meminta pada salah satu temannya untuk menggantikannya sebentar. Sedangkan, ia ingin bicara sebentar dengan Reva.     

"Ayo, ikut aku sebentar."     

"Tapi, pekerjaanmu bagaimana?"     

"Biar dia dulu yang menjaganya," ucap Agam.     

Reva pun menurut. Ia dituntun oleh Agam menuju ke luar bar. Pria itu ingin bicara satu hal padanya.     

"Ada yang ingin aku bicarakan," ujar Agam.     

"Bicaralah. Aku akan mendengarkannya." Reva menunggu ucapan yang akan ke luar dar mulut Agam.     

"A–aku ...."     

Ucapan Agam terpotong dan ia merasa tak sanggup untuk melanjutkan. Reva yang sedari tadi menunggu ucapannya, malah semakin penasaran. Sebenarnya, sang kekasih ingin mengutarakan hal apa. Reva masih saja menunggu jawaban itu ke luar dari mulut pria itu.     

"Ayo, katakan saja. Tak usah ragu-ragu."     

"Aku sangat mencintaimu, Va. Dan, akan–"     

"Dan akan?" tanya Reva lagi. Ucapan Agam selalu saja terpotong dan pria itu merasa sungkan untuk melanjutkan.     

Reva menggenggam kedua tangan Agam dan meyakinkan pria itu untuk berkata terus terang. Ia sedari tadi sudah menunggu sebuah jawaban.     

"Akan melamarmu," ucap Agam yang membuat Reva diam tak berkutik.     

Wanita itu memandang ke arah Agam dengan tatapan penuh cinta. Ia senang sekali mendengar hal ini. Yang diimpi-impikan selama ini akan jadi kenyataan. Menjalin cinta dalam bahtera rumah tangga bersama dengan orang yang ia cintai.     

Reva masih saja diam dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Sedangkan, Agam menggoyang-goyangkan lengannya untuk membuatnya tersadar.     

"Apa yang kau ucapkan tadi, benar?" tanya Reva untuk memastikan pendengarannya. "Aku tak salah dengar?"     

"Iya sayang. Kau tak salah dengar. Aku akan melamarmu secepatnya. Kita akan menikah."     

Betapa senang hati Reva sekarang. Sebentar lagi, ia akan dilamar oleh sang kekasih. Momen penuh kebahagiaan ini tak akan pernah terlupakan, saat Agam melamarnya seperti ini.     

"Kau mau kan jadi istriku, sayang?" Agam harap-harap cemas. Ia takut akan sebuah penolakan yang terlontar dari bibir Reva.     

"I–iya, aku mau kok."     

Alhasil, lamaran Agam pun diterima. Pria itu amat sangat bahagia. Sebentar lagi, ia akan hidup bersama dengan Reva, wanita yang ia cintai. Wanita yang sudah berhasil merebut hatinya.     

Agam seakan tak percaya dengan semua ini. Reva menerimanya dan bersedia untuk menjadi seorang istri yang baik untuknya.     

"Terima kasih sayang." Agam sangat berterima kasih karena Reva sudah mau menerimanya yang apa adanya ini.     

"Iya, sama-sama."     

Namun, bagi Reva, ia tak peduli dengan kondisi keuangan Agam sekarang. Terpenting sekarang, cinta mereka berdua akan menyatu dalam ikatan suci pernikahan. Dan, hal itu membuat Reva sangat senang.     

"Aku akan selalu berusaha keras untukmu. Dan, akan selalu mencintaimu dengan setulus hati."     

Mereka berdua pun berpelukan di luar. Disaksikan beberapa pasang mata yang melewati pintu masuk bar. Namun, keduanya tak merasa malu, malah serasa bahagia.     

Reva juga sangat mencintai Agam. Wanita itu akan selalu setia padanya.     

"Ya sudah, aku akan kembali bekerja dulu di dalam, ya," ujar Agam sembari melepaskan pelukannya dari Reva. Kemudian, mencium kening sang kekasih dengan hangat. Wanita itu terkejut dengan perlakuannya.     

"Baiklah sayang. Semangat, ya. Aku akan pulang dulu ke rumah."     

"Baiklah, hati-hati di jalan, ya." Agam menunggu wanita itu sampai benar-benar berlalu pergi.     

Agam menyaksikan Reva yang berjalan menuju ke mobilnya. Kemudian, wanita itu segera menyalakan mesin mobil. Tangan Agam melambai-lambai pada sang kekasih.     

Reva pun membalas lambaian tangan itu disertai dengan senyuman yang manis. Agam merasa terpesona sesaat melihat kecantikan sang kekasih. Kemudian, mobil Reva bergerak menjauh dari halaman bar.     

Setelah mobil Reva sudah tak terlihat lagi dari pandangan mata, Agam pun segera masuk ke dalam untuk lanjut kerja. Hatinya lega karena sudah puas mengutarakan segala isi hati, yang selama ini terpendam.     

Ia akan segera mengajak Reva dalam hubungan pernikahan. Agam sangat serius dengan kekasihnya. Maka dari itu, ia tak akan membiarkan Reva menjauh dari sisinya.     

"Aku sangat mencintai dirimu, Va. Sangat. Hati ini selalu saja berdetak tak karuan, apabila melihat wajahmu yang cantik itu." Agam tersenyum senang saat wajah Reva kembali terlintas dalam pikirannya. Sang kekasih mampu membuatnya seperti ini.     

Selain berparas cantik, Reva juga seorang wanita yang baik hatinya. Wanita itu selalu saja menolongnya saat kesusahan. Namun, terkadang Agam juga menolak bantuan dari kekasihnya itu. Ia tak mau, kalau dicap sebagai pria yang menginginkan harta Reva saja.     

'Namun, aku merasa sangat beruntung, karena mendapatkan Reva dalam hidupku. Reva pun tak melihatku dengan sebelah mata. Terima kasih Tuhan, karena Kau telah mengirimkan seorang bidadari yang teramat cantik. Dia juga mengerti dengan kehidupanku.'     

Apalagi yang Agam cari di luaran sana. Sudah mendapatkan wanita yang sempurna dan tak ada cacatnya. Reva punya segalanya dan juga berhati baik. Wanita itu juga tak malu, saat jalan berdua dengannya. Maka dari itu, Agam tak salah pilih seorang calon istri.     

Bersama dengan Reva, Agam yakin hidupnya akan merasa bahagia. Hanya bersama dengan Reva, debaran di dalam jantungnya seakan menggila. Tak ada seorang wanita pun yang bisa melakukan hal itu, kecuali Reva.     

"Reva memang wanita yang istimewa," puji Agam. Saat ini, dirinya tengah berada di belakang dan tak melayani para pelanggannya terlebih dulu.     

Kini, dirinya sedang asyik berdiri tegak dan tengah memikirkan Reva. Bayang-bayang wajah cantik itu selalu menghiasi dalam pikiran. Membuat Agam tak bisa melepaskan wanita itu begitu saja.     

Makin lama, pikiran Agam selalu dipenuhi oleh Reva saja. Ia pun segera menuju ke luar dan akan bekerja lagi. Seorang temannya sudah cukup membantu untuk menggantikan posisinya sementara.     

"Aku dan Reva harus menikah nanti. Aku tak mau, kalau dia sampai direbut oleh pria lain, termasuk dengan Joseph. Pria itu tak boleh mendekati Reva. Dia pria yang gila kata Saga."     

Agam akan berusaha sekuat mungkin untuk melindungi Reva dari jangkauan Joseph. Pria itu tak boleh lagi menemui kekasihnya.     

---     

Bersambung     

Maaf guys, kalau ceritanya rada flat ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.