Arrogant Husband

Terbayang-bayang



Terbayang-bayang

0Reva sedari tadi tersenyum-senyum sendiri di dalam mobil. Ia sama sekali tak bisa melupakan segala ucapan Agam ketika melamarnya. Pria itu terlihat sangat menggemaskan di matanya.     
0

"Sudah tampan, baik, menggemaskan pula. Mana mungkin aku tak tertarik denganmu, Gam. Kau pria yang kudamba-dambakan selama ini. Kau lebih baik daripada Saga, ataupun Joseph."     

Ia sangat mengagumi Agam, begitu pula sebaliknya. Reva menyukai segala yang ada di dalam diri pria itu. Agam sangat berbeda sekali dengan Joseph. Sang kekasih tak pernah memaksakan kehendaknya, berbeda dengan Joseph.     

Joseph selalu saja memaksakan kehendak, apabila Reva tak menginginkan sesuatu. Membuat wanita itu sama sekali tak ingin berada dekat dengannya. Berada di dekat Joseph, membuat Reva selalu merasa tersiksa. Ke mana-mana, selalu saja dihubungi dan dalam sekejap, pria itu muncul mendatanginya.     

Bahkan hampir setiap hari, Joseph selalu berkunjung ke rumah. Itulah yang membuat Reva makin tak suka. Apalagi saat pria itu ingin mengajaknya untuk bercinta. Apabila Reva tak ingin, maka Joseph akan tetap memaksa.     

"Untunglah, dia tak pernah mampir ke rumahku lagi. Mungkin, dia sudah bosan atau sudah mendapatkan wanita lain yang lebih dariku."     

Dengan begitu membuat Reva merasa nyaman, tak dikejar-kejar lagi oleh pria itu. Ia hanya menganggap Joseph sebagai teman biasa saja. Dan, tak memiliki perasaan yang khusus, sebagaimana dengan Saga dulunya. Dari hari ke hari, pria itu sudah tak mampir ke rumah lagi. Reva pun merasa tenan sekarang, karena Joseph tak menghantui lagi seperti dulu.     

"Aku ingin tenang darimu, Jo! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi kalau bisa. Aku sudah muak, kalau harus dipaksa melakukan ini dan itu untukmu!"     

Daripada memikirkan Joseph, lebih baik Reva segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak.     

***     

Saat Reva sudah pulang, Agam kembali lagi bekerja. Ia juga mengucapkan terima kasih pada temannya itu karena sudah menggantikan posisinya sementara untuk berjaga. Hatinya sudah lega, karena mengutarakan perasaan yang selama ini dipendam. Akhirnya, sang kekasih menyetujui lamaran tersebut.     

Agam tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya sekarang. Hatinya masih berbunga-bunga dan tak menyangka, bahwa seorang wanita yang kaya raya dan punya banyak harta, mau menerima cintanya yang tulus ini. Namun, Reva tak pernah memandang kekayaan hartanya. Itulah yang membuatnya kagum dengan sang kekasih.     

Ia akan berjanji untuk selalu menjaga Reva. Ia sudah tak sabar ingin cepat-cepat menjadikan wanita itu sebagai istrinya. Pada akhirnya, mereka akan membangun bahtera rumah tangga bersama.     

'Aku sangat mencintainya. Jangan tinggalkan aku, Va.'     

Tak akan ada lagi yang bisa memisahkannya dari Reva, termasuk Joseph. Pria itu tak akan bisa merebut apa yang sudah jadi miliknya.     

'Reva akan tetap jadi milikku sampai kapan pun. Ia tak akan memilih Joseph.'     

Dalam hati yang terdalam, Agam pun merasa sedikit cemas. Ia merasa takut, kalau Joseph akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Reva dan merebut wanita itu dari sisinya. Secara, Joseph punya harta yang berlimpah dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan.     

Namun, rasa takutnya itu kembali ditepis oleh Agam. Ia yakin, bahwa sang kekasih mampu untuk setia dan tak berpaling lagi ke pria mana pun, termasuk Joseph.     

'Semoga saja Reva akan selalu setia di sampingku. Aku tak akan bisa hidup tanpamu.'     

***     

Semakin hari kondisi Pak Surya makin stabil. Pria yang sudah berusia paruh baya itu terlihat sudah bisa berjalan dalam waktu yang lama. Pak Surya juga menuruni anak tangga dengan perlahan, dibantu oleh sang istri. Mereka akan turun ke bawah untuk makan siang bersama.     

"Yah, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru," ucap Bu Angel sambil terus menuntun sang suami.     

"Iya, Bu."     

Akhirnya, dua sejoli itu sudah menuruni anak tangga dan langsung menuju ke ruang makan. Di sana sudah terhidang banyak sekali makanan.     

"Wah, ibu masak semua ini?" tanya Pak Surya dengan pandangan kagum.     

"Iya, yah, siapa lagi? Ayah suka kan?"     

"Suka sekali, Bu."     

Pak Surya dan Bu Angel duduk di kursi masing-masing. Bu Angel lah yang memasak semua makanan ini, karena mereka tak mempunyai asisten rumah tangga lagi. Sang istri melayani Pak Surya dengan telaten. Nasi putih, sayur, dan lauk pun sudah terhidang di dalam piring.     

"Ayo yah, dimakan." Bu Angel terlihat menyodorkan piring itu ke hadapan sang suami.     

Makan siang ini terlihat sangat harmonis. Mereka makan berdua dengan romantis. Bu Angel dan Pak Surya sesekali juga tengah saling bersuapan. Walaupun usia sudah tak muda lagi, tapi mereka ingin selalu tetap kompak satu sama lain.     

"Ayah makan dengan lahap, ya," ujar Bu Angel.     

"Iya. Ibu juga ya."     

Mereka tampak terlihat sangat senang. Aura kebahagiaan pun tengah terpancar dari keduanya. Suami istri itu sangat lahap makan. Mereka pun hidup dengan bergelimang harta, tapi tak ingin mempekerjakan seorang asisten pun di rumah.     

Namun, saat makan siang ini berlangsung dengan nikmat, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah dari luar. Dengan segera, Bu Angel bangkit dari duduk dan akan segera membukanya.     

"Yah, tunggu sebentar, ya. Ada yang ngetuk pintu di luar," ucap Bu Angel.     

Bu Angel melangkahkan kaki menuju ke pintu luar. Ia ingin tahu, siapa yang tengah datang kemari. Alhasil, pintu terbuka dan menampilkan sesosok pria tampan nan gagah.     

"Saga, ayo masuk, Nak," ujar Bu Angel mempersilakan sang anak untuk masuk ke dalam.     

Saga ragu untuk masuk ke dalam rumah ini. Ia pun terlihat diam saja dan enggan melangkah. Membuat sang ibu bertanya-tanya.     

"Kenapa, Nak? Kau tak mau masuk ke dalam?" tanya Bu Angel.     

"Aku di sini saja, Bu. Hanya ingin melihat kondisi ibu saja kok."     

"Kalau kondisi ayahmu? Kau tak mau melihatnya juga?"     

"Hmmm ...."     

Bu Angel geleng-geleng kepala. Ia tetap mengajak sang anak untuk masuk ke dalam dan makan siang bersama. Namun, Saga menolaknya. Ia tetap tak mau masuk ke dalam.     

Pembicaraan mereka pun jadi pusat perhatian di mata Pak Surya. Pria itu sudah berdiri tak jauh dari posisi mereka. Pak Surya melihat Saga datang kemari.     

"Saga?"     

Namun, Saga hanya diam saat dipanggil oleh ayahnya. Pria itu tak ingin merespons apa-apa. Pak Surya pun mengajaknya masuk ke dalam, tapi Saga tak mau. Alhasil, pria paruh baya itu tampak bersedih.     

"Kenapa tak mau masuk ke dalam? Ada apa? Kau marah dengan ayah?" tanya Pak Surya bertubi-tubi.     

"Saga kecewa karena ayah sudah membuat ibu menangis. Jangan pernah ayah lakukan hal itu lagi pada ibu!" Saga dengan tegas melarang sang ayah untuk mengulangi hal yang sama.     

Bu Angel terdiam sesaat, tapi ia juga merasa bangga dengan sang anak yang membela dirinya di hadapan suaminya sendiri. Saga memang anak yang pemberani. Sedangkan, Pak Surya diam juga di tempatnya.     

"Maafkan ayah. Ayah khilaf dan mengaku salah atas semua ini. Ayah juga sudah minta maaf dengan ibumu," ucap Pak Surya sambil memandang ke arah Saga.     

"Hmm, baiklah. Lupakan saja yah, toh sudah bermaafan juga dengan ibu."     

Tak ingin berlama-lama di sini, akhirnya Saga izin pamit untuk pulang ke rumah. Kedua orang tuanya pun mengajaknya untuk makan bersama di sini, tapi Saga tetap menolak.     

"Maaf, yah, bu, aku akan makan di rumah saja bersama dengan Alisa."     

Saga menyebut nama Alisa dan membuat Pak Surya merasa tak suka. Rasa bencinya semakin bertambah, kala sang anak lebih memilih makan bersama dengan wanita itu daripada kedua orang tuanya sendiri. Bibir Pak Surya mencebik.     

Saga menyalami tangan kedua orang tuanya dengan hormat. Pria itu lantas segera masuk ke dalam mobil dan mulai melajukannya. Meninggalkan kedua orang tuanya di sini yang masih mematung di tempat.     

"Ayo yah, kita masuk ke dalam dan lanjut makan lagi," ajak Bu Angel.     

"Lihat anakmu tuh, Alisa terus, Alisa terus. Dia lebih memilih wanita itu daripada makan bersama dengan orang tuanya!"     

"Biarkan saja. Ayah jangan mulai lagi, ya. Ibu tak mau berdebat lagi sama seperti kemarin dengan ayah. Kalau ayah masih belum bisa menerima Alisa, ya sudah, ibu tak akan memaksa ayah lagi." Bu Angel langsung berkata spontan pada sang suami. Jujur, ia tak suka kalau sikap suaminya seperti ini terus. Lebih baik, ia berterus terang saja dengan Pak Surya.     

Pak Surya tak ingin memperlebar masalah yang mengakibatkan ia dan sang istri akan bertengkar. Maka dari itu, ia lebih memilih mengalah saja dan akan lanjut makan bersama di dapur.     

Sang istri dengan sabar membantu untuk menuntunnya berjalan. "Ayah bisa jalan sendiri, Bu. Ayah bisa kok."     

"Udah, yah. Biar ibu yang nuntun. Sebentar lagi kok."     

"Apa ibu masih marah sama ayah?" Pak Surya bertanya lagi, apakah sang istri marah padanya atau tidak.     

"Tidak yah. Ibu sudah tak marah lagi. Tapi, ayah harus janji, ya. Tak akan mengulangi hal itu lagi. Jangan pernah menjelek-jelekkan Alisa lagi, dia menantu kita, yah."     

"Iya, ya, ya, ayah tahu kok!" ucap Pak Surya sambil memonyongkan bibir.     

Alhasil, Bu Angel dan Pak Surya sudah berada di dapur. Dua sejoli itu lantas duduk di kursi masing-masing. Makanan yang terhidang di atas meja pun sudah mulai mendingin karena ditinggal pergi ke luar tadi.     

Namun, mereka berdua tetap menghabiskan makanan yang berada di atas piring. Bu Angel tersenyum saat menatap sang suami. Sedangkan, Pak Surya merasa heran dengan tingkah istrinya itu.     

"Ibu kenapa? Kok senyum-senyum gitu?" tanya Pak Surya.     

"Tak apa, yah. Ayo, lanjut makan lagi."     

"Bu, ayah bertanya serius ini. Ibu kenapa? Ceritakan sama ayah." Pak Surya ingin tahu sesuatu dengan sang istri.     

"Ibu sayang sekali dengan ayah, biar pun ayah pemarah atau pun apa lah, tetap ibu sayang sama ayah," ujar Bu Angel sambil tersipu malu.     

"Ah, ibu bisa aja. Ayah juga sayang sama ibu kok. Ya sudah, kita habiskan lagi makanan kita bu."     

----     

Hai, bagaimana kabar kalian para readers?     

Semoga selalu baik-baik saja ya di sana, Aamiin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.