Arrogant Husband

Alisa Berharap Segera Hamil



Alisa Berharap Segera Hamil

0Berdua bersama dengan sang istri sambil memandangi langit malam memang sangat mengasyikkan. Saga dan Alisa saat ini berada di taman belakang. Mereka berdua duduk sejenak di sini, sementara itu bayi mereka sedang tidur pulas.     
0

Alisa meletakkan kepalanya di pundak kekar milik pria itu. Mereka berdua menengok ke arah langit.     

"Sayang, bintangnya sangat indah. Sama indahnya seperti dirimu," ujar Saga sambil mencubit gemas hidung mancung sang istri.     

Pria itu masih mencubit-cubit hidungnya dengan gemas. Alisa pun mulai merasakan hidungnya terasa sakit dan mungkin saja memerah. Ia pun meminta sang suami untuk berhenti mencubit.     

Mereka berdua kembali fokus menatap langit penuh dengan bintang. Alisa dan Saga sama-sama memandangnya dengan takjub.     

"Siapa tahu ada bintang jatuh nanti."     

"Memang kenapa kalau ada bintang jatuh?" tanya Alisa.     

"Kita bisa membuat harapan masing-masing di dalam hati. Semoga saja akan dikabulkan oleh Tuhan."     

"Hmm, baiklah." Alisa mengangguk-angguk.     

Dua sejoli itu masih berada di taman belakang dan masih asyik saling bercengkrama di luar. Saga menggenggam tangan sang istri dengan erat. Alisa pun balas menggenggamnya. Mereka berdua menunggu untuk sebuah bintang jatuh.     

Menit demi menit berlalu. Namun, tak ada juga bintang yang jatuh dari langit. Alisa berharap, bahwa malam ini ia akan melihatnya secara langsung dan membuat permohonan.     

"Sayang, kalau tak ada bintang jatuh malam ini, bagaimana?" tanya Alisa dengan pandangan polos.     

"Tunggu saja. Bersabarlah," ujar Saga sambil tersenyum.     

Beberapa saat kemudian, Saga dan Alisa masih menunggu bintang jatuh. "Ehh, ehh, lihat di atas sayang." Saga melihat sesuatu yang melintasi langit malam.     

Ada sebuah cahaya yang meluncur turun ke bawah. Apa lagi kalau bukan sebuah bintang. Alisa dan Saga membuat harapan masing-masing di dalam hati. Mereka berdua tutup mata sambil menangkupkan kedua tangan ke arah dada.     

Saga telah selesai membuat permohonan dalam waktu singkat. Pria itu membuka mata dan menoleh ke hadapan Alisa. Sang istri rupanya masih menutup mata. Tangannya pun masih tergenggam di depan dada. Ia ingin tahu, apa harapan sang istri.     

Alhasil, Alisa sudah membuka mata. Wanita itu terlihat menitikkan air mata. Membuat Saga merasa khawatir padanya. Apa yang telah membuat sang istri jadi begini? Apakah karena harapannya itu?     

"Astaga, sayang. Kenapa kau menangis seperti ini? Ada apa?" Saga langsung merasa khawatir.     

"A–aku berharap sesuatu pada Tuhan," ucap Alisa sambil menahan isak tangis.     

"Harapan apa itu?"     

Alisa tak mau menjawab ucapan Saga. Ia menggelengkan kepala dan akan mengajak sang suami untuk masuk ke dalam. Alisa menyeka air matanya supaya berhenti menangis.     

"Ayo kita masuk ke kamar saja. Kasian kalau Lisa sendirian di sana," ajak Alisa sambil meraih tangan sang suami.     

Saga pun menurut dengan perkataan Alisa. Walau sebenarnya ia sangat penasaran dengan yang terjadi tadi. Namun, ia tak mau memaksakan kehendak pada sang istri.     

"Baiklah kalau begitu." Saga merangkul tubuh sang istri dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.     

***     

Alisa terbangun tiba-tiba pukul dua dini hari. Di mana saat itu ia merasa gelisah dan tak bisa tidur dengan nyenyak. Sedangkan, sang suami tidur pulas, terdengar dari suaranya yang mendengkur.     

Alisa menangis tadi, karena ia membuat suatu harapan pada Tuhan agar dirinya bisa hamil lagi dan memberikan seorang anak kandung untuk Saga. Bukannya ia tak bersyukur karena telah mendapatkan Lisa. Namun, tetap saja, Alisa mempunyai keinginan untuk hamil lagi.     

Ia pun perlahan-lahan bangun dan duduk di atas ranjang. Alisa menoleh ke arah Saga. Suaminya begitu tampan saat tidur begini. Kemudian, ia menoleh lagi ke arah Lisa. Sang bayi tidur dengan tenang di dalam keranjang.     

"Ya Tuhan, semoga Kau mengabulkan segala doa-doaku. Aku ingin membahagiakan Saga selalu."     

Alisa menatap lagi wajah Saga yang masih tidur dengan nyenyak. Wanita itu selalu merasa terpesona dengan ketampanan sang suami. Ia merasa bersyukur bahwa Saga tak pernah ke lain hati pada wanita lain. Pria itu selalu setia berada di sampingnya.     

Namun, perasaan takut itu selalu saja muncul. Ia khawatir kalau sang suami akan berpaling darinya, entah kapan waktunya itu. Semoga saja, hal seperti itu tak pernah terjadi di dalam rumah tangganya.     

Tiba-tiba, Saga terbangun. Pria itu mengucek-ngucek mata saat menyadari kalau Alisa terbangun saat tengah malam begini. Saga langsung menoleh ke arah jam yang ada di atas nakas.     

"Sayang, kenapa kau bangun selarut ini? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Saga sembari duduk.     

"Ah, tidak ada sayang. Aku tiba-tiba terbangun saja."     

"Benarkah? Katakan sejujurnya. Aku tak mau kalau kau berbohong," ucap Saga tegas.     

"Iya sayang. Aku telah berkata jujur."     

Tak ingin membuat Saga merasa curiga, Alisa pun mengajak sang suami untuk tidur kembali. Perlahan-lahan, ia rebahkan tubuh suaminya di atas ranjang.     

Alisa dan Saga sama-sama merebahkan diri di atas ranjang. Alisa sudah lebih dulu menutup kedua matanya. Namun, Saga masih belum. Ia merasa bahwa sang istri menyembunyikan sesuatu darinya.     

'Apa yang disembunyikan Alisa dariku? Sejak tadi, dia agak sedikit aneh.'     

Saga melihat sang istri yang sudah menutup kedua matanya di samping. Ingin bertanya, tapi ia takut akan membuat Alisa marah. Masih terpikir di kepala, apa yang membuat wanita itu jadi terbangun tengah malam begini.     

'Biasanya Alisa tak pernah bangun kalau tengah malam. Tapi, kenapa dengan malam ini? Apa yang telah membuatnya merasa terganggu?'     

Saga berharap, bahwa sang istri tak memikirkan hal-hal yang berat. Ia merasa cemas ketika melihat Alisa menitikkan air mata di taman belakang tadi. Semenjak itu, Alisa langsung jadi pendiam. Setelah selesai membuat sebuah harapan lewat bintang jatuh.     

Menit demi menit telah berlalu. Saga yang sedari tadi terjaga karena memikirkan sang istri, kini memutuskan untuk tidur saja. Besok ia akan bekerja di kantor.     

Ternyata Alisa masih belum bisa untuk tidur. Wanita itu pura-pura menutup kedua mata layaknya orang yang sedang tidur. Ia berhasil mengelabui sang suami untuk tak merasa cemas.     

Saat ini, Alisa masih memikirkan hal itu. Ia ingin sekali bisa hamil dan memberikan seorang anak kandung untuk Saga. Ia ingin menjadi seorang wanita yang sempurna untuk suaminya. Ia tak mau, kalau suatu hari nanti, Saga akan pergi dari sisinya.     

Bukankah diberi seorang anak oleb Tuhan adalah perekat antara dua insan, yaitu sepasang suami istri. Mereka akan terus bersama kalau ada si buah hati. Alisa sangat ingin punya anak. Ia berharap pada Tuhan agar mengabulkan permintaannya itu.     

'Ya Tuhan, aku sangat ingin sekali bisa hamil dan memberikan seorang anak untuk suamiku. Saga telah banyak memberi kebahagiaan untukku. Kini, aku yang akan memberi kebahagiaan untuknya lewat seorang anak.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.