Arrogant Husband

Ingin Hamil Lagi



Ingin Hamil Lagi

0"Selamat pagi, sayang," ucap Saga ketika sang istri baru saja bangun dari tidur.     
0

Alisa mengucek-ngucek kedua mata dan menatap Saga yang sedang menggendong sang anak. Ia langsung bangkit dari ranjang dan menghampiri suami dan anaknya.     

"Apa Lisa bangun?" tanya Alisa.     

"Iya, dia tadi bangun dan aku langsung kasih susu."     

"Kenapa kau tak bangunkan aku sayang?" Alisa langsung mengambil alih sang anak ke dalam pangkuannya.     

"Aku tak tega membangunkanmu. Kau dari malam tadi tak tidur dengan nyenyak. Aku tahu itu," ucap Saga.     

Alisa terdiam dan tak menjawab ucapan Saga. Membuat pria itu lantas bertanya lagi dengan apa yang terjadi. Ia ingin tahu, apa yang telah dirasakan oleh sang istri saat berada di taman belakang malam tadi.     

"Jujurlah padaku. Apa yang terjadi padamu? saat kita berada di taman belakang, kau–"     

"Aku tidak apa-apa sayang. Aku baik-baik saja. Tak ada yang perlu kau cemaskan."     

Namun, Saga tetap tak percaya dengan ucapan sang istri. Ia tetap berusaha untuk membujuk Alisa agar berkata jujur.     

"Aku malah merasa cemas saat kau seperti ini. Apa yang terjadi? Aku tak ingin kau menyembunyikan sedikit pun dariku."     

Saga berkata dengan sedikit tegas. Itu ia lakukan agar sang istri mau berkata terus terang. Alisa menimang-nimang sang anak yang kembali tidur.     

"A–aku ...."     

"Kenapa sayang? Bicaralah. Jangan takut padaku. Aku tak marah kok."     

Alisa mengangguk-angguk, lalu ia meletakkan bayi perempuannya dalam keranjang. Sang suami langsung memeluknya.     

"Bicaralah."     

"Malam tadi aku membuat satu harapan yang besar," ucap Alisa.     

"Apa itu?"     

"Aku ingin segera hamil lagi."     

Suasana dalam kamar pun mendadak hening. Alisa dan Saga tak saling bicara dalam beberapa saat. Ternyata, inilah yang membuat sang istri merasa tak nyenyak tidur.     

"Aku ingin cepat hamil lagi sayang. Agar aku bisa memberikanmu keturunan."     

"Serahkan semuanya pada Tuhan. Aku pun tak terlalu memaksakan kalau ingin punya anak. Ada Lisa yang menemani hari-hari kita sekarang."     

"Tak usah kau terlalu memikirkan hal ini. Santai saja. Semua pasti akan berjalan dengan indah sesuai dengan apa yang kita inginkan sayang," sambung Saga lagi. Pria itu mendekatkan dahinya tepat ke dahi sang istri.     

Alisa lantas tersenyum. Ucapan Saga membuatnya sedikit merasa tenang.     

"Karena kau sudah bangun, aku akan mandi dulu sebentar. Kau jaga Lisa, ya."     

"Iya sayang. Mandilah sana."     

***     

Alisa lagi merapikan jas kerja milik sang suami. Kini, Saga sudah terlihat rapi dengan setelan jas berwarna hitam senada dengan celana panjangnya. Setelah itu, suami istri itu saling berpelukan.     

"Kau ingin hadiah apa hari ini?" bisik Saga lembut di telinga Alisa.     

"Hadiah? Hmm, aku tak menginginkan hadiah apa-apa sayang."     

"Aku serius sayang. Sebutkanlah apa yang kau inginkan, aku kabulkan hari ini juga," ujar Saga.     

Karena sang suami yang memaksanya, maka Alisa tengah berpikir ingin meminta hadiah seperti apa.     

'Kalau baju sudah banyak. Bunga juga sudah banyak. Boneka pun juga sudah. Lalu, apa lagi?'     

Alisa masih bingung ingin minta hadiah apa. Semuanya terasa sudah tercukupi karena sang suami selalu memberikannya tanpa ia minta.     

"Aku bingung, ingin minta hadiah seperti apa. Kurasa semuanya sudah. Baju, bunga, boneka, terus apa lagi?"     

"Selain itu sayang. Makanan kah? Atau kau ingin makan di restoran mewah nanti malam, tinggal bilang saja padaku."     

"Hmm, aku tak mau ke luar malam ini. Aku ingin bersama dengan Lisa dan kau saja."     

Saga membelai-belai puncak kepala Alisa dengan penuh kasih sayang. Sang istri selalu tak ingin minta dibelikan apa pun. Membuatnya jadi bertambah sayang. Alisa bukanlah wanita yang gila akan kekayaan.     

"Aku berjanji akan pulang cepat hari ini, siang hari nanti jam dua," ucap Saga sembari memegangi pinggul Alisa.     

"Baiklah kalau begitu. Nanti siang akan kubuatkan masakan yang lezat untukmu."     

"Kenapa istriku yang memasaknya? Bukankah para pelayan saja yang melakukannya?"     

"Karena aku ingin melakukannya sendiri biar terasa istimewa."     

Saga tertawa kecil. Baginya, Alisa sangatlah istimewa di dalam hidupnya. Lantas, ia makin mengeratkan pelukan di pinggul Alisa.     

"Kau sangatlah istimewa di mataku, sayang. Jadi, apa yang akan kau masak untukku, pasti akan terasa lezat."     

"Kau bisa saja!" Alisa mencubit pinggang sang suami.     

Saga berpamitan pada sang anak yang masih tidur di dalam keranjang. Lantas, mereka berdua akan turun ke bawah.     

Suami istri itu menuruni anak tangga sambil bergenggaman tangan. Tangan kiri Alisa sedang membawa tas kerja milik Saga. Sebelum berangkat, Saga akan sarapan dulu di meja makan. Di atas meja sudah siap dengan roti tawar, selai cokelat, dan segelas susu. Alisa mengambil dua potong roti dan meletakkannya di piring sang suami.     

"Kau tak sarapan?" tanya Saga saat melihat sang istri tak mengambil roti yang ada di hadapan mereka.     

"Aku nanti saja."     

"Kau harus makan, nanti sakit."     

"Iya sayang. Nanti aku makan."     

Beberapa saat kemudian, Saga sudah selesai menghabiskan dua lembar roti berselai cokelat. Lantas, susu pun sudah ia habiskan dan tak bersisa lagi. Alisa memandangi sang suami dengan tersenyum-senyum sendiri.     

Alisa mengantar sang suami menuju ke halaman. Ia menggamit lengan pria itu dengan romantis.     

"Hati-hati di jalan, ya, sayang," ucap Alisa saat Saga sudah berada di depan mobil.     

"Iya sayang. Kau jangan ke mana-mana, ya. Tetap di rumah saja."     

Itulah pesan Saga pada sang istri. Ia tak mau, kalau Alisa berkeliaran di luar sana. Istrinya harus berdiam diri di rumah.     

"Kalau mau apa pun, tinggal telepon aku atau minta belikan pada pelayan."     

"Iya sayang. Aku mengerti."     

Saga lantas mengangguk. Pria itu kemudian segera masuk ke dalam mobil dan akan melajukannya menuju ke kantor. Sang istri melambai-lambaikan tangan ke arahnya.     

Mobil pun mulai berjalan meninggalkan halaman rumah. Alisa masih berdiri di luar, walaupun mobil Saga sudah berlalu pergi. Ia masih teringat dengan keinginannya malam tadi.     

'Aku ingin segera hamil dan memberikan Saga seorang anak.'     

Alisa berucap dalam hati sembari mengelus-elus perutnya. Semoga saja ada keajaiban dan dirinya lekas hamil lagi.     

'Kalau aku hamil lagi, aku berjanji akan menjaga bayiku dengan sebaik mungkin.'     

Alisa memutuskan untuk masuk ke dalam. Anton yang melihat wajah sang Nyonya seperti tengah bersedih, seakan bertanya dalam hati. Wanita itu berjalan pelan sambil menunduk.     

"Ada apa dengan Nyonya Alisa? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Anton masih menatap Alisa yang menuju ke atas tangga.     

Anton pun sungkan untuk bertanya lebih lanjut. Ia tak mau terlalu ikut campur ke dalam masalah pribadi Alisa dan juga Saga. Pria itu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk orang-orang yang ada di rumah ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.