Arrogant Husband

Pergi ke Restoran



Pergi ke Restoran

0Reva masih merasa gugup sekarang karena Agam memintanya untuk tak diam seperti ini. Pria itu ingin, mereka saling bicara setelah cukup lama tak bertemu.     
0

"Hm, apa kau tak merasa rindu padaku?" tanya Agam penuh selidik.     

"Ya Tuhan! Tentu saja aku sangat merindukanmu. Beberapa hari yang lalu, aku mencarimu ke mana-mana dan meminta anak buahku untuk mencarimu. Namun, kau tak ada," ujar Reva panjang lebar menjelaskan.     

Wanita itu menunduk seraya bersedih karena mengingat Agam yang tak berkabar padanya. Namun, sekarang pria itu sudah berada di depan matanya sendiri, membuat Reva merasa lega. Ini semua berkat Saga yang telah menolong Agam.     

"Maaf, bukan bermaksud untuk membuatmu cemas. Tapi–"     

"Sudahlah sayang. Jangan bahas itu lagi."     

Akhirnya, rasa gugup Reva perlahan sirna karena telah menggenggam erat pergelangan tangan Agam. Pria itu merasa tersentrum oleh aliran listrik di dalam tubuh saat wanitanya memberikan sentuhan. Mereka berdua bertatapan mata.     

Reva selalu saja berhasil membuatnya salah tingkah dan tak berdaya. Agam sama sekali tak bisa menampik, bahwa wanita di depannya ini sangat cantik. Ingin rasanya, ia selalu hidup berdua saja dengan Reva.     

"Bagaimana kabarmu setelah aku tak ada kemarin?" tanya Agam pada sang kekasih.     

"Kabarku tak baik-baik saja. Setiap saat selalu memikirkanmu. Aku merasa gelisah dan tak tahu harus berbuat apa."     

Wanita itu terlihat cemberut. Ia sama sekali merindukan Agam sejak beberapa hari terakhir.     

"Kasihan sekali kekasihku ini," ujar Agam. Ingin sekali dirinya membawa Reva ke dalam pelukan. Namun, rasanya sungkan sekali untuk melakukan hal itu. Ia sangat menghormati Reva.     

"Makanya kau jangan pernah tinggalkan aku lagi, ya." Reva kemudian bermanja-manja di dada bidang Agam. Membuat pria itu terdiam dan terlihat gugup sekali.     

"Iya sayang." Agam berusaha untuk bersikap seperti biasa saja di hadapan Reva, walaupun detak jantungnya makin berpacu dengan cepat. Ia mengusap-ngusap puncak kepala wanita itu dengan penuh kasih sayang.     

Reva sangat menikmati momen berdua seperti ini dengan Agam. Ia ingin selalu berada di samping pria itu sampai kapan pun. Mereka akan bahagia bersama. Agam ingin sekali mengajak sang kekasih untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Namun, ia sadar diri dengan kondisinya sekarang.     

'Sadar Gam, sadarlah. Mana mungkin Reva mau menikah denganmu yang hanya pria tak punya harta dan sederhana?'     

Agam menggeleng pelan. Segera ia enyahkan keinginannya itu dari dalam kepala. Reva tak mungkin ingin menikah dengannya. Pasti wanita itu ingin mencari sosok seorang pria yang selevel dengannya. Bukan seperti Agam, yang hanya bekerja sebagai seorang bartender di bar.     

"Sayang?" panggil Reva. Wanita itu tak merasa malu lagi sekarang.     

"Iya sayang, ada apa?"     

"Apakah besok kau akan kembali lagi bekerja di bar?"     

"Iya, sepertinya begitu. Kalau aku tak kembali bekerja di bar lagi, nanti aku mau makan apa?"     

"Iya juga, ya." Reva tersenyum singkat ke hadapan Agam.     

Reva siap mengantar Agam pulang, kalau pria itu ingin pulang dari rumahnya. Terpenting sekarang, ia sudah bertemu dengan sang kekasih dan bermanja seperti ini dalam jarak yang dekat. Itu semua sudah membuat Reva merasa senang luar biasa.     

"Nanti kalau kau mau pulang, bilang saja padaku. Nanti aku akan mengantarmu."     

"Iya sayang. Sementara ini aku masih betah di sini dan tak ingin pulang."     

Bersama dengan Agam, Reva merasa bahagia. Wanita itu ingin terus seperti ini dengannya. Pria yang bersikap baik dan berpenampilan sederhana, telah membuatnya jatuh cinta. Ia tak akan melepaskan Agam begitu saja.     

Dua sejoli itu masih asyik menikmati momen kebersamaan ini. Mereka sama-sama saling mengucapkan kata rindu karena tak bertemu beberapa hari. Reva ingin selalu dimanja seperti ini oleh sang kekasih. Agam mengelus-ngelus puncak kepalanya dengan penuh sayang.     

"Kenapa kau mau menjalin hubungan dengan pria sederhana sepertiku ini?" tanya Agam. Ia fokus menatap sorot mata sang kekasih di sampingnya. Reva pun akan menjawab pertanyaannya.     

"Karena aku merasa nyaman kalau berada di dekatmu. Tetaplah di sini bersamaku, selamanya." Reva terlihat manja pada Agam. Kedua tangannya telah melingkar di punggung pria itu. Agam sama sekali tak menolak.     

Pria itu memanjakan Reva dengan setulus hati. Baru kali ini, Agam merasakan sebuah ketulusan cinta. Ia tak akan pernah meninggalkan wanita itu sedikit pun. Walau banyak rintangan yang akan mereka hadapi nanti.     

"Kalau suatu hari nanti, kau kuajak untuk menikah. Apa mau?" Agam ingin tahu jawaban dari Reva.     

Reva spontan menjawab dengan senang hati. "Tentu saja aku mau hidup bersamamu selamanya. Aku mau bila kau mengajakku untuk ke jenjang yang lebih serius lagi. Aku sangat mau."     

Rona kebahagiaan keduanya tak bisa terbantahkan. Baik Reva ataupun Saga, sama-sama merasa bahagia satu sama lain. Mereka berdua sudah berkomitmen untuk selalu bersama sampai nanti.     

"Terima kasih sayang. Kau segalanya untukku. Kau adalah wanita yang paling aku cintai." Agam lalu mengecup kening Reva dengan hangat. Membuat wanita itu terkesiap.     

"Kau menciumku?" tanya Reva yang terkejut.     

"Iya, tentu saja. Karena aku sangat menyayangimu. Aku tak ingin kehilanganmu, Va."     

Reva merasa kasih sayang Agam untuknya sangat tulus. Terlihat dari pancaran mata sang kekasih yang tak bisa didustakan. Agam sangat mencintainya, begitu pula dengan dirinya.     

"Aku juga tak mau kehilangamu sedikit pun."     

Agam merasa terpesona pada Reva. Hingga hasratnya mulai membuncah begitu hebat. Ingin sekali dirinya mengecup bibir manis sang kekasih yang menawan hati. Namun, sebisa mungkin ia tahan hasrat itu. Sekali lagi, ia sangat menghormati wanita itu.     

'Jauhkan pikiran negatifmu itu, Gam! Kau tak boleh menyentuhnya sama sekali.'     

"Kenapa diam sayang? Apakah kau mau pulang dari sini?"     

"Hmm, iya. Tak apa kan?"     

Reva mengembuskan napas panjang. "Hm, baiklah. Tunggu sebentar, aku ingin ke atas dulu."     

Reva meninggalkan Agam seorang diri di ruang tamu. Ia naik ke atas untuk mengambil kunci mobil. Langkahnya dengan cepat menaiki anak tangga.     

"Ya Tuhan, hampir saja," gerutu Agam saat Reva naik ke atas kamarnya. Ia tak akan melakukan hal apa pun pada kekasihnya. Ia akan menjaga Reva dengan baik.     

Beberapa saat kemudian, Reva telah kembali sambil membawa tas selempang. Wanita itu berjalan mendekatinya, lalu mengajaknya ke luar.     

"Sayang, sebelum pulang ke rumahmu, kita makan berdua dulu ya. Aku ingin berlama-lama denganmu sekarang," ucap Reva dengan manja.     

"Baiklah sayang. Apa pun yang kau inginkan." Agam setuju dengan keinginan Reva.     

Dua sejoli itu lalu masuk ke dalam mobil. Reva duduk di kursi kemudi dan akan bersiap-siap untuk pergi. Ia ingin mengajak Agam makan berdua di restoran, sebelum mengantarnya pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.