Arrogant Husband

Jangan Lepaskan Alisa



Jangan Lepaskan Alisa

0Setelah Bu Angel masuk ke dalam kamar, mata Pak Surya tengah menatap dengan tajam. Wanita itu merasa heran, ada apa dengan suaminya. Perlahan-lahan, Bu Angel mulai mendekat dan naik ke tepi ranjang.     
0

"Yah, kenapa? Kok natap ibu seperti itu?" tanya Bu Angel.     

"Sudah ayah duga!" Pak Surya tampak emosi melihat istrinya datang. "Pasti ibu menemui Alisa di rumah Saga, kan? Ibu bohong kalau mau ke toko bunga!"     

Bu Angel diam seribu bahasa. Wanita itu tak bisa berkutik lagi. Ternyata, ia ketahuan oleh sang suami. Pasti pria itu sudah menyewa seorang mata-mata untuk mengawasinya sedari tadi. Sekarang waktunya untuk menerima amukan dari Pak Surya.     

"Maafkan ibu, ya, yah," ucap Bu Angel.     

"Alah! Ibu ini bagaimana, sih? Kan ayah sudah bilang, jangan pergi untuk menemui Alisa di sana! Tapi, ibu masih saja tak mendengar apa kata ayah."     

"Kenapa sih, yah? Segitunya banget sama Alisa? Dia wanita yang baik, yah. Menantu yang baik untuk kita. Istri yang baik juga untuk Saga."     

"Tapi, tetap saja, dia adalah keturunan anak orang miskin!" cecar Pak Surya.     

Pria itu tak mau mengalah sama sekali pada Bu Angel. Mereka berdua lantas adu mulut. Bu Angel tak mau mengalah sekarang.     

"Coba buka hati ayah sedikit aja buat lihat kebaikannya si Alisa! Waktu ayah di rumah sakit kemarin, dia yang nunggu di sana."     

"Ayah tak peduli sama sekali dengan dia! Mau dia menunggu waktu di rumah sakit itu atau tidak, ayah tetap tak merestuinya sampai nanti. Titik!"     

"Terserah ayah saja!" Tak ingin berdebat lebih lama lagi, lantas Bu Angel memilih pergi meninggalkan sang suami di kamar sendirian.     

"Angel! Angel tunggu! Kemari kau!" Emosi Pak Surya sudah berada di puncak. Pria itu perlahan bangkit dari ranjang untuk menyusul sang istri di luar.     

Kedua kakinya masih gemetar. Belum terlalu mampu untuk berdiri cukup lama. Pak Surya melangkah demi langkah untuk ke luar dari kamar ini. Ia pun lantas berteriak lagi memanggil nama sang istri. Namun, tak ada jawaban dari Bu Angel.     

"Angel kau di mana?!"     

Masih tak ada jawaban sama sekali dari Bu Angel. Pak Surya perlahan turun dari tangga. Namun, saat beberapa pijakan anak tangga, ia tak mampu untuk meneruskan. Dirinya masih belum terlalu kuat untuk turun lebih jauh. Alhasil, Pak Surya kembali lagi ke kamarnya.     

"Apa mungkin Angel pergi lagi?" Pak Surya sudah duduk di tepi ranjang. Kemudian, ia menyejajarkan kedua kaki lurus ke depan.     

Pria itu terlihat merenungi semua kesalahannya tadi. Ia berbicara keras dan kasar pada sang istri. Tak mau tinggal diam pada wanita itu. Hingga akhirnya Bu Angel pergi lagi entah ke mana. Membuat Pak Surya kembali cemas.     

"Maafkan ayah, bu. Ayah khilaf sudah bicara keras pada ibu tadi."     

Pak Surya mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Ia ingin menghubungi sang istri yang entah ada di mana sekarang.     

"Bu, angkatlah!"     

Pria paruh baya itu masih mencoba untuk menghubungi Bu Angel berkali-kali. Namun, sepertinya sang istri enggan untuk mengangkat panggilannya. Bu Angel masih marah padanya, itu jelas sekali. Akhirnya, Pak Surya menyerah dan meletakkan kembali ponsel itu ke atas nakas.     

***     

Saga kaget melihat kedatangan ibunya kemari sambil menitikkan air mata. Pria itu mendudukkan Bu Angel di kursi. Ia ingin bicara, apa yang sebenarnya telah terjadi.     

"Bu, kenapa menangis? Ada apa? Bicara padaku, Bu."     

Bu Angel menyeka air matanya yang masih turun membasahi pipi. Wanita paruh baya itu ingin bicara pada sang anak, agar kegundahan dalam hatinya kian menghilang.     

"Ibu dan ayahmu tadi sedikit ada cekcok, Ga. Makanya ibu datang ke kantormu ingin lebih tenang sedikit."     

Saga mendengarkan ucapan sang ibu dengan saksama. Kemudian, ia menghapus air mata yang masih membasahi pipi Bu Angel. Sang ibu merasa diperhatikan olehnya.     

"Ibu tenang ya sekarang. Jangan pikirkan hal apa pun lagi. Pokoknya ibu harus senang, tak boleh sedih." Saga langsung memeluk sang ibu dengan perasaan penuh cinta dan kasih.     

Sesaat kemudian, tangisan Bu Angel menghilang. Wanita itu perlahan tersenyum manis menatap putra semata wayangnya yang sangat ia sayangi itu. Saga adalah hartanya yang paling berharga.     

"Terima kasih ya, Nak. Karena sudah membuat perasaan ibu jadi lebih baik daripada tadi. Ibu sangat sayang padamu," ujar Bu Angel masih memeluk sang anak dengan erat.     

"Saga pun juga sangat menyayangi ibu. Apa pun yang membuat ibu sedih, Saga juga turut bersedih."     

Pria itu melepaskan pelukannya dari sang ibu. Tampak terlihat dari sorot mata Bu Angel sudah tak menangis lagi. Saga senang melihat senyuman yang terukir indah di wajah cantik ibunya.     

"Apa kedatangan ibu kemari mengganggumu, Nak?" tanya Bu Angel.     

"Ah, tentu saja tidak, Bu. Ibu sama sekali tak menggangguku. Aku lagi santai sekarang."     

"Syukurlah kalau begitu, ibu bisa lebih lama di sini."     

Saga mengangguk. Ia akan berada di sisi sang ibu apabila diperlukan. Sekarang, Bu Angel sudah merasa baikan daripada tadi. Ia sudah tak bersedih lagi karena memikirkan tingkah sang suami.     

"Yang jelas, kalau ibu perlu apa-apa langsung bilang saja dengan aku. Kalau ibu lagi sedih pun, aku akan langsung datang menenangkan ibu."     

Betapa bahagianya hati Bu Angel saat mendengar kata-kata yang ke luar dari mulut Saga. Sang anak selalu saja bisa membuatnya merasa lebih tenang. Lantas, ibu dan anak itu terlihat saling melempar senyuman.     

"Ibu bangga sekali punya anak kayak kamu. Tetaplah jadi kebanggaan ibu seperti ini, ya." Bu Angel membelai wajah tampan sang anak. Tak dapat dipungkiri, kalau Saga sangatlah menawan. Wanita mana pun pasti akan terjerat.     

"Aku pun bangga punya ibu seperti dirimu, Bu. Ibu adalah wanita yang hebat."     

Saga memuji-muji sang ibu. Membuat Bu Angel merasa sangat terharu sekaligus bahagia. Dirinya pun lupa dengan kesedihannya yang sempat melanda dalam hati. Berkat sang anak, Bu Angel makin baik sekarang.     

"Semoga kehidupanmu bersama dengan Alisa selalu dipenuhi dengan kebahagiaan. Hidup kalian akan aman sejahtera. Tak akan ada lagi yang mengusik cinta kalian," ujar Bu Angel seraya mendoakan kebahagiaan anak dan menantunya.     

"Terima kasih banyak doa-doamu, Bu. Aku dan Alisa akan selalu bersama dan tak pernah terpisahkan."     

"Iya, Nak, ibu pun berharap seperti itu juga. Ibu sudah sadar, bahwa kebahagiaan itu tak melulu soal uang dan harta kekayaan. Kau beruntung sekali mempunyai istri seperti Alisa. Dia tak pernah memandang uang."     

Saga mengangguk pada sang ibu. Alisa tak pernah meminta suatu barang mewah padanya. Namun, dengan inisiatif sendiri, Saga membelikan sesuatu untuk istri tercintanya itu.     

"Nak, jangan pernah lepaskan Alisa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.