Arrogant Husband

Mempertahankan Keutuhan Keluarga



Mempertahankan Keutuhan Keluarga

0Bu Angel merasa rindu pada sang menantu di rumah Saga. Ia ingin menemui wanita itu di sana tanpa minta izin terlebih dulu pada Pak Surya. Kalau pun meminta izin, pasti suaminya tak memperbolehkannya ke sana.     
0

Dengan pakaian yang sudah rapi, akhirnya Bu Angel segera pergi. Namun, tatapan Pak Surya penuh dengan selidik. Pria itu menatap sang istri seakan penuh tanda tanya.     

"Ibu mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Pak Surya yang terbaring di atas ranjang.     

"Ibu mau ke toko bunga dulu sebentar. Ibu tinggal di rumah, tak apa-apa kan, yah?" ujar Bu Angel. Ia diam-diam ingin mampir sebentar ke rumah Saga.     

Pak Surya mengembuskan napas panjang. Ia curiga, bahwa sang istri akan pergi ke rumah Saga untuk menemui Alisa di sana.     

"Baiklah. Ayah tak apa-apa ditinggal sendiri. Tapi, awas saja kalau ibu pergi menemui Alisa di sana," ancam Pak Surya.     

Bu Angel menelan saliva dengan kasar. Mendapat ancaman dari sang suami membuatnya agak takut.     

"Iya, yah. Ibu berangkat dulu. Ayah jangan ke mana-mana, ya."     

Wanita paruh baya itu ke luar dari kamar, meninggalkan sang suami yang masih rebahan di atas ranjang. Pak Surya yakin, kalau istrinya pergi ke sana.     

***     

Tok! Tok!     

Terdengar ketukan pintu dari luar kamar. Alisa pun segera membukanya. Ternyata pelayannya tengah berdiri di depan.     

"Ada apa?" tanya Alisa sambil menimang-nimang sang bayi dalam pangkuan.     

"Di bawah ada Bu Angel ingin bertemu dengan Nyonya."     

Alisa tak siap untuk bertemu dengan ibu mertuanya sekarang juga. Ia takut, kalau wanita itu tahu tentang bayi ini. Alisa pun menitipkan sang anak sebentar pada pelayannya itu.     

"Bisakah kau menjaga Lisa dulu? Aku akan menemui ibu di bawah. Jangan biarkan dia menangis," ujar Alisa.     

"Baiklah, Nyonya."     

Alisa ke luar dan menuruni anak tangga. Ia bersikap seperti biasa-biasa saja, seolah tak ada yang harus disembunyikan. Alisa bisa melihat, di ruang tamu ada Bu Angel yang sedang duduk nyaman. Ibu mertuanya itu lalu menatap ke arahnya.     

Bu Angel berdiri dan langsung memeluknya dengan hangat. Alisa balas berpelukan dengan sang mertua. Momen seperti inilah yang Alisa inginkan sejak dahulu.     

"Bagaimana kabarmu, Nak? Ibu merasa rindu padamu," ujar Bu Angel.     

"Aku baik-baik saja, Bu." Alisa tersenyum manis ke arah Bu Angel. Kedua wanita itu lalu duduk di sofa.     

Mereka terlihat bicara satu sama lain dengan asyik. Namun, dalam benak Alisa, ia tengah memikirkan sang anak yang berada di dalam kamar. Semoga saja, anaknya tak menangis dan membuat kecurigaan pada Bu Angel.     

"Bu, kondisi ayah bagaimana?" tanya Alisa.     

"Kondisinya sudah membaik, kok. Tapi, ibu tak mengizinkannya dulu ke mana-mana."     

"Syukurlah kalau ayah sudah membaik, bu."     

Bu Angel akhirnya bisa meluapkan segala rasa rindunya pada Alisa. Ia sudah bisa menerima sang menantu dengan baik. Alisa merasa senang, karena wanita yang ada di sampingnya sekarang telah menganggap kehadirannya.     

Kemudian, Bu Angel tampak meraih gelas yang berisikan jus jeruk. Lantas, meneguk isinya sedikit. Gelas itu pun ia letakkan kembali di atas meja. Mereka terlihat mengobrol kembali.     

"Oh ya, Sa. Ibu tak bisa berlama-lama ada di sini. Takut kalau Surya curiga dengan ibu. Ibu tak meminta izin padanya untuk ke sini."     

Alisa paham dengan kondisi ini. Sampai sekarang pun, Pak Surya masih belum juga menerimanya sebagai seorang menantu. Lantas, ia hanya bisa menunggu sang waktu untuk berpihak padanya.     

Beberapa saat kemudian, Bu Angel meminta izin pada Alisa untuk pulang. Ia ingin segera pergi dari sini dan tak bisa berlama-lama. Padahal, wanita paruh baya itu ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama sang menantu.     

"Ya sudah, ibu pulang dulu, ya. Ibu tak bisa lama-lama."     

"Iya, Bu, hati-hati di jalan, ya."     

"Iya, Nak. Kau harus jaga kesehatan, ya," ucap Bu Angel.     

"Ibu juga."     

Alisa menatap Bu Angel yang telah masuk ke dalam mobil. Wanita itu mulai menyalakan mesin mobil dan perlahan bergerak menjauh dari halaman rumah. Alisa melambaikan tangan ke arah ibu mertuanya.     

Setelah sudah tak terlihat dari pandangan mata, Alisa pun segera masuk kembali ke dalam rumah. Ia ingin menuju kamarnya untuk menemui sang anak. Akhirnya, Alisa bernapas lega karena bayinya tak menangis sama sekali.     

Pintu kamar terbuka dan terlihatlah seorang pelayan tengah menjaga bayi perempuannya. Alisa segera mendatangi mereka. Ia mengucapkan terima kasih pada pelayan itu dan menyuruhnya untuk segera ke luar dari sini.     

"Anak ibu ternyata masih tidur," ujar Alisa sambil memandang sang anak yang terlelap. Ia tak mau mengganggu kenyamanan bayinya yang sedang tertidur.     

"Tidurlah yang nyenyak sayang."     

Alisa kembali naik ke atas ranjang. Ia tengah berpikir, andai saja Pak Surya sudah bisa menerimanya, maka Alisa tak perlu lagi menyembunyikan sang anak seperti ini. Namun, rasa khawatir itu masih ada. Takut kehilangan anak untuk yang kedua kalinya, membuat dirinya sangat menderita dan hampir saja gila.     

Namun, berkat Lisa yang telah hadir di tengah-tengah keluarganya, membuat ia perlahan bisa bangkit kembali. Bayi kecil dan mungil itu mampu memberi energi positif padanya. Maka dari itu, Alisa tak akan membiarkan satu orang pun menyakiti anaknya.     

Mungkin sekarang ia tak bisa membocorkan rahasia ini pada mertuanya. Hanya Reva saja yang tahu masalah ini.     

"Reva tak boleh membocorkan hal ini pada ibu dan ayah. Pokoknya dia harus diam."     

Alisa akan diam saja dan merahasiakan bayi itu sampai datang waktu yang tepat. Ia tak akan gegabah. Tak ingin anaknya disentuh oleh siapa pun selain dirinya, Saga, dan orang di rumah ini.     

Ia tampak gelisah di atas tempat tidur sambil memikirkan Lisa. Ia begitu takut, kalau Pak Surya dan Bu Angel tahu masalah ini. Apa yang akan terjadi nanti? Mereka berdua pasti marah karena dirinya menyembunyikan hal sebesar ini.     

Namun, di sisi lain Alisa hanya ingin melindungi sang anak dari bahaya orang-orang jahat di sana. Meskipun Reva berkata sudah tak berbuat jahat lagi, tapi baginya wanita itu tak bisa sepenuhnya dipercaya. Reva bisa saja sewaktu-waktu berbuat nekat lagi dan berpikiran untuk kembali dengan suaminya.     

"Ah, semoga hal itu tak terjadi lagi. Reva sudah berjanji padaku untuk tak mengulangi kesalahan yang sama. Awas saja kalau dia sampai berani merebut Saga atau menyentuh anakku!"     

Mulai sekarang, Alisa tak ingin lagi diinjak-injak oleh siapa pun, termasuk Reva bahkan dengan mertuanya sendiri. Ia akan berdiri tegak untuk keluarganya. Akan mempertahankan Saga dan juga Lisa. Tak akan membiarkan satu orang pun yang merusak kebahagiaan rumah tangganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.