Arrogant Husband

Alisa Bersedih



Alisa Bersedih

0Saga dan Alisa akan pulang ke rumah. Sebelum itu, mereka berdua bersalaman terlebih dulu dengan Bu Angel dan Pak Surya. Saat Alisa hendak mencium tangan sang ayah mertua, tiba-tiba Pak Surya terdiam dan tak mengulurkan ke hadapannya.     
0

Bu Angel serta Saga yang menyaksikan hal itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Pria itu pun langsung mengajak sang istri pulang saja dari sini. Ia tak ingin, melihat Alisa semakin tersakiti.     

"Yah, Bu, aku pulang dulu."     

Alisa langsung masuk ke dalam mobil, disusul oleh Saga kemudian. Setelah itu, mobil pun perlahan-lahan ke luar dari halaman rumah dan melaju kencang meninggalkan.     

Pak Surya langsung masuk ke dalam rumah dan tak menghiraukan sang istri yang masih ada di luar. Bu Angel pun segera menghampiri sang suami. Ia ingin bicara empat mata. Bu Angel merasa tak suka dengan tingkah laku suaminya pada Alisa.     

"Ayah kenapa sih? Harus bersikap seperti itu pada Alisa? Kasian dia, yah!" Bu Angel berbicara dengan Pak Surya sambil berjalan menaiki anak tangga. Namun, pria itu tak mau mendengar sepatah kata pun darinya.     

Bu Angel sangat geram karena sang suami. Harus dengan cara apalagi untuk membuat suaminya itu mau merestui Alisa sebagai menantu. Mereka berdua pun akhirnya sudah tiba di kamar. Pak Surya langsung merebahkan diri di atas ranjang. Sementara itu, Bu Angel terlihat masih menasihatinya.     

"Yah, coba jangan bersikap seperti itu lagi. Ibu mohon sama ayah. Berubah dari sekarang, ya."     

"Ibu jangan sok buat menasihati ayah, ya! Ayah tak suka sama sekali kalau ibu seperti ini," ketus Pak Surya. Ia tak mau, kalau diatur seperti ini oleh sang istri.     

"Seorang istri itu memang wajar untuk menasihati suaminya dengan baik. Apalagi, saat ayah berlaku seperti tadi. Ibu tak suka sama sekali."     

"Baiklah, kalau ibu tak suka, tak masalah juga buat ayah. Tapi yang jelas, ayah masih belum bisa menerima Alisa di keluarga kita, titik!"     

Biar bagaimanapun usaha Bu Angel untuk mengajak sang suami agar menerima Alisa, rasanya hanya terbuang sia-sia. Pria itu masih kokoh dengan pendiriannya sendiri.     

"Ayah memang keras kepala! Tak sadarkan? Sewaktu ayah koma, yang menjaga di rumah sakit itu adalah Alisa. Sedangkan, Saga bekerja di kantor. Ibu pun waktu itu lagi sakit. Dia yang menjaga ayah!"     

Adu mulut pun terjadi antara suami istri itu. Bu Angel serta Pak Surya tak ada yang mau mengalah. Mereka berdua tetap dengan pendiriannya masing-masing. Wanita itu langsung menarik selimut agar lekas tertidur. Bu Angel tak ingin berdebat lebih lama lagi dengan sang suami.     

Pak Surya yang melihat sang istri seperti itu, jadi merasa geram pada Alisa. Wanita itu sudah membuat istri serta anaknya berubah haluan dan tak berbakti lagi padanya.     

'Awas saja kau Alisa! Aku tak akan pernah menganggapmu ada sebagai seorang menantu. Biar kau tersiksa seumur hidupmu!'     

Pria itu tidur di samping sang istri. Pak Surya langsung memejamkan mata dan perlahan-lahan mulai menguap.     

***     

Setelah sampai di halaman rumah, Alisa langsung ke luar begitu saja dari mobil. Membuat Saga merasa heran serta dengan cepat menyusul sang istri. Alisa melangkah dengan cepat menaiki anak tangga untuk bertemu dengan sang anak.     

Setibanya di kamar, Alisa langsung menyuruh pelayannya untuk ke luar. Ia menuju ke keranjang Lisa. Bayi perempuannya tengah tertidur pulas.     

Saga sudah sampai di kamar, lalu menghampiri sang istri. Ia melihat bahwa Alisa sedang menangis di dekat keranjang bayi. Melihat Alisa menangis seperti ini, membuat hatinya jadi terasa sakit. Dirinya pun mendekati sang istri.     

Alisa menoleh ke arah Saga. Dengan isak tangis, ia pun mulai bicara pada suaminya.     

"Sudah kukatakan sejak awal, aku tak mau ikut ke rumah orang tuamu. Tapi, kau tetap saja memaksaku untuk datang ke sana! Lihat, aku sekarang, lihatlah!"     

Wanita itu menangis deras. Saga yang melihat itu jadi tak tega sama sekali. Sang ayah begitu jahat dengan Alisa. Lantas, Saga harus melakukan apa lagi?     

"Maafkan aku sayang. Aku telah egois padamu. Memaksakan kehendakku sendiri agar kau ikut bersamaku."     

Nasi telah menjadi bubur. Itu semua percuma saja menurut Alisa. Sampai nanti pun, ayah mertuanya akan tetap bersikap seperti itu. Hingga, rasanya sudah tak ada kesempatan lagi untuk mendapatkan hati Pak Surya.     

Saga terus saja memohon maaf padanya. Namun, Alisa hanya diam saja sambil menangis di dekat keranjang bayi. Pria itu sama sekali tak tega melihat Alisa begini.     

"Sayang, aku mohon jangan seperti ini padaku. Aku minta maaf, sungguh!"     

"Lupakan saja semua itu. Sampai kapan pun, ayahmu tak akan pernah menyukaiku," ujar Alisa dengan tatapan sendu. Suaranya pun terdengar iba.     

Saga menyesal karena sudah mengajak sang istri untuk ikut bersamanya ke rumah kedua orang tua. Ia sama sekali tak menyangka, bahwa itu akan menyakiti perasaannya Alisa.     

"Kau jangan pernah lagi berdebat dengan ayahmu sendiri. Itu hanya akan membuat beliau berpikir, bahwa aku lah yang menjadi biang keladinya atas perdebatan kalian."     

"Jangan terus menyalahkan dirimu sendiri, sayang. Kau adalah wanita yang sangat baik."     

"Memang itu faktanya ... ayahmu tak bisa menerimaku sampai sekarang. Padahal kita menikah sudah cukup lama."     

"Bersabarlah. Semua itu pasti indah pada waktunya."     

Saga langsung memeluk tubuh Alisa dengan erat. Wanita itu menangis di dada sang suami. Baju yang dikenakan oleh Saga tiba-tiba jadi basah sekaligus menghangat.     

Pria itu mengajak Alisa untuk berdiri. Ia akan membawa wanita itu untuk naik ke atas ranjang bersama dengan dirinya. Malam ini, memang terasa menegangkan sekaligus membuat sedih. Bagaimana tidak, sang ayah sudah berhasil membuat Alisa menangis.     

'Aku yakin, pasti ayahku akan berubah dan menyukai dirimu sayang. Kau harus terus bersabar untuk menunggu waktu itu datang.'     

Alhasil, Saga menyuruh sang istri untuk segera tidur. Alisa memang perlu banyak istirahat sekarang. Ditambah lagi, Alisa makan di sana hanya beberapa suap saja.     

"Tidurlah sayang. Lupakan apa yang sudah terjadi malam ini. Kita awali besok hari dengan hari yang gemilang. Kau jangan sedih lagi, ya." Saga mencium kening Alisa dengan mesra dan menghapus air mata yang masih membasahi pipi.     

Wanita itu mengangguk serta merebahkan diri di atas tempat tidur. Ia menuruti ucapan dari Saga. Lantas, pria itu tersenyum ke arahnya. Saga merasa bersalah karena kelakuan sang ayah pada istrinya.     

"Maafkan aku sekali lagi. Aku merasa bersalah dan sungguh menyesal sayang."     

"Baiklah. Tak apa-apa. Aku tak ingin memikirkan hal itu berlarut-larut. Ayo, sini. Lebih baik kita tidur saja berdua," ajak Alisa pada Saga.     

"Iya sayang. Sebentar lagi, aku akan segera tidur juga."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.