Arrogant Husband

Reva Mengetahuinya



Reva Mengetahuinya

0"Ya Tuhan! Aku tidak akan merebut anakmu darimu, Sa. Aku sudah berubah dan tak akan jahat lagi."     
0

Reva berusaha untuk berbicara selembut mungkin, agar wanita yang ada di depannya percaya. Ia tak akan mungkin berbuat jahat lagi seperti dulu. Reva sudah berubah.     

Alisa masih saja ketakutan dan memeluk sang anak dengan begitu erat. Ia sangat takut, kalau sewaktu-waktu Reva bisa saja mengambil anaknya. Namun, langkah demi langkah, Reva terlihat mendekatinya.     

"Jangan mendekat, Va! Aku tak akan bisa percaya dengan semua ucapanmu! Aku akan berteriak sekencang mungkin, kalau kau berani mendekat lagi!" gertak Alisa.     

"Baik Alisa, baik. Aku tak akan membuatmu takut," lirih Reva.     

Wanita itu perlahan mundur agar Alisa merasa sedikit tenang. Terlihat dari pancaran mata, bahwa Alisa sangat takut padanya. Apa yang telah dilakukannya dulu sungguh sangat jahat.     

Keadaan sudah sedikit menjadi tenang. Alisa masih menimang-nimang sang anak sampai tertidur kembali. Ditatapnya Reva yang masih bergeming di tempat. Wanita itu tak lantas ke luar begitu saja.     

Kedua wanita itu saling bertatapan. Reva ingin bicara pelan-pelan dengan Alisa tentang bayi itu. Ia sungguh merasa penasaran. Walaupun pasti, Alisa tak akan pernah mau untuk mengutarakan yang sejujurnya.     

"Singkirkan apa yang ada di dalam kepalamu itu, Va! Jangan ganggu anakku lagi! Jangan buat aku kehilangan seorang anak!"     

"Aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, Sa. Aku berjanji."     

Namun, Alisa tak mungkin percaya dengan mudah. Responsnya pun seolah meremehkan Reva. Ia terlihat mendelik lalu menatap sang anak yang berada dalam genggaman dengan penuh kasih sayang. Kemudian, Alisa memosisikan sang anak ke dalam keranjang dengan aman.     

"Lebih baik kau ke luar dari kamar ini dan segera pulang saja!" Alisa mengusir Reva dari rumah ini. Suasana hatinya mendadak tak karuan.     

Ini semua ia lakukan untuk menjaga Lisa dari orang-orang yang hendak berbuat jahat. Reva masih tak bergeming di tempat. Wanita itu berdiri mematung.     

Keadaan seperti ini berlangsung beberapa saat. Suasana pun jadi hening seketika. Melihat Reva yang masih tak bergerak, membuat Alisa jadi habis kesabaran. Ia pun segera menarik kedua tangan Reva agar ke luar dari kamar ini.     

Reva memohon untuk tak diusir dari sini. Namun, lain lagi dengan Alisa. Wanita itu merasa trauma dengan kejadian dulu.     

"Alisa, lepaskan! Aku tahu, kau masih trauma dengan masa lalu. Tapi, bisakah kau melupakan hal itu?"     

Mereka berdua hampir menuruni anak tangga. Namun, Alisa melepaskan cengkeramannya dari tangan Reva. Ia merasa naik pitam setelah mendengar ucapan wanita itu.     

"Apa katamu tadi? Melupakan? Bisa-bisanya kau ingin aku melupakan hal itu! Kau dan Joseph itu sama-sama orang jahat! Kalian berdua sungguh licik! Mana mungkin, aku bisa melupakan hal itu begitu saja." Alisa sungguh merasa geram karena ucapan Reva. Wanita itu tak mengerti, arti kehilangan seorang anak bagaimana rasanya.     

Keributan antara dua wanita itu pun terjadi. Sehingga Anton pun menghampiri sang Nyonya di atas karena mendengar suara keributan ini. Pria itu lantas menaiki anak tangga. Mata Alisa berpandangan dengannya.     

Alisa meminta pada Anton agar menyuruh Reva segera pergi dari rumah ini. Ia sungguh merasa tak karuan karena Reva sudah melihat bayinya di dalam kamar. Dengan sekali anggukan, maka pria itu lekas membawa Reva turun.     

"Rupanya kau tidak jera, ya, membuat keributan di rumah ini. Aku kira kau sudah tobat dengan perbuatanmu," ucap Anton.     

"Aku mohon, lepaskan. Alisa hanya salah paham saja denganku. Ini tidak seperti apa yang kalian pikirkan."     

Namun, Anton tetap membawa Reva menuju ke halaman depan. Ia menyuruh agar wanita itu segera pulang dari sini.     

"Lebih baik kau pulang saja daripada mengganggu kenyamanan Nyonya Alisa di sini!"     

Anton menatap wanita di depannya dengan pandangan tak suka. Sejak dulu sampai sekarang pun, ia masih tak menyukai Reva. Baginya, Reva tetaplah seorang wanita yang bersifat jahat.     

Reva kecewa saat ini karena Alisa tak percaya dengannya. Ia sungguh terkejut melihat sosok bayi itu berada di dalam kamar. Tak ada pikiran sama sekali untuk merebut bayi itu dari tangan Alisa. Namun, Reva paham, karena wanita itu masih merasa trauma dengan segala kejahatannya dulu.     

Dengan berat hati, Reva pun segera pulang dari rumah ini. Awalnya ia ke sini hanya ingin curhat saja, sebagai awal pendekatannya dengan Alisa. Dengan cepat, ia masuk ke dalam mobil dan melajukannya untuk pergi dari sini.     

Anton mengembuskan napas panjang ketika melihat Reva sudah pergi dari rumah ini. Ia lekas menuju ke dalam, menemui sang Nyonya. Anton ingin memastikan kalau Alisa sekarang dalam keadaan baik-baik saja.     

Pria itu berjalan dengan cepat menuju ke atas. Terlihat pintu kamar tertutup dengan rapat. Ia pun lekas mengetuk, agar sang pemilik kamar membukanya.     

Tak lama kemudian, muncullah Alisa dari dalam. Ia melihat Anton sedang berada di depan pintu. Tak ada Reva lagi, pasti wanita itu sudah pulang.     

"Nyonya, Reva sudah pulang dari sini," ucap Anton.     

"Iya, terima kasih karena kau telah membantu mengusirnya. Aku takut dia akan mencelakai anakku lagi."     

"Itu tak akan pernah terjadi, Nyonya. Aku dan Tuan Saga akan menjaganya."     

Alisa tersenyum singkat. Hatinya merasa sedikit lega setelah mendengar ucapan Anton. Ia berharap, Reva tak akan pernah berpikiran jahat lagi.     

Anton pun beranjak dari kamar Alisa. Pria itu berjaga kembali di halaman depan. Sedangkan, Alisa terduduk lesu di atas ranjang.     

"Ya Tuhan, sekarang Reva sudah tahu dengan kehadiran Lisa. Aku harus apa sekarang? Aku sangat takut, kalau nanti dia akan berubah pikiran dan malah membuat anakku celaka." Alisa masih merasa cemas karena Reva sudah tahu semua ini.     

Alisa juga takut, kalau Bu Angel dan Pak Surya juga mengetahui tentang bayi itu. Pasti mereka tak akan menyukai seorang bayi adopsi berada di tengah-tengah keluarga Herlambang. Ia pun mengirim pesan Whatsapp pada sang suami yang berada di kantor. Memintanya untuk pulang cepat nanti kalau tak ada meeting.     

Setelah mengirim pesan, Alisa meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Kemudian, berdiri untuk menghampiri sang anak yang sedang tertidur pulas di dalam keranjang. Hatinya masih was-was terhadap mereka yang dulunya pernah berbuat jahat, termasuk pada Reva. Alisa tak akan mudah percaya begitu saja.     

"Ibu akan selalu berusaha untuk melindungimu, Nak. Tak ada seorang pun yang akan mengusikmu dan membuatmu merasa tak nyaman," ucap Alisa.     

Kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya sangatlah besar. Itulah yang terjadi pada Alisa. Ia merasa, bahwa bayi ini begitu penting dan merupakan separuh dari nyawanya. Maka dari itu, dirinya tak akan membiarkan orang lain mencoba mengusik hidup mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.