Arrogant Husband

Kegilaan Joseph



Kegilaan Joseph

0"Ke mana Agam? Apa dia masih belum pulang juga ke rumahnya, ya?"     
0

Wanita itu ingin sekali bertemu dengan sang kekasih. Sudah berhari-hari tak berjumpa dengan pria itu. Rasa rindu di hatinya, makin lama begitu membuncah. Reva tak kuasa, kalau harus menahan rindu sehebat ini. Ia hari ini memutuskan untuk ke rumah Agam. Siapa tahu, pria itu sudah kembali.     

Reva terlihat berdandan dengan anggun. Memoleskan bedak di wajah dan juga lipstik merah merona. Dipadu padankan dengan dress mini berwarna senada dengan lipstik. Setelah itu, ia akan segera pergi.     

***     

Mobil yang dikendarai Reva sudah berhenti tepat di depan rumah Agam. Ia pun segera ke luar dan menuju ke sana. Dari luar, tampak sangat sepi. Apakah pria itu masih tak berada di rumah?     

Perasaan Reva mendadak sedih. Wajahnya juga demikian. Lantas, ia pun membuka kenop pintu dan tak terkunci sama sekali. Rumah Agam kosong melompong tak ada orang. Berpikir keras, di mana lagi bisa menemukan sang kekasih. Diam-diam, Reva sudah menyewa beberapa anak buah untuk mencari keberadaan Agam. Namun, sampai sekarang belum membuahkan hasil.     

"Sayang, kau ada di mana? Aku sangat kangen denganmu," ucap Reva sambil bersedih.     

Wanita itu menatap ke dalam rumah Agam dengan tatapan hambar. Di dalam rumah ini, mereka sering kali bercengkerama satu sama lain. Rasa senang, canda tawa, jadi satu. Reva sangat nyaman berada di sini. Bersama dengan pria itu, membuat hari-harinya makin berwarna.     

Bersama Agam jualah, Reva bisa menemukan cinta dan kasih sayang yang tulus. Dicintai oleh pria sederhana seperti Agam, membuatnya sangat bahagia.     

"Ke mana lagi aku harus menemukanmu?" tanya Reva pada diri sendiri.     

Reva menatap ruang tamu ini dengan tatapan lesu. Hatinya kembali bersedih dan hilang gairah semangat. Sudah cukup lama, Agam menghilang bersamaan dengan Joseph. Pria itu juga tak tahu keberadaannya di mana.     

"Joseph pun tak bisa kuhubungi sama sekali. Ini ada yang aneh."     

Nihil. Sosok yang tengah dicari pun, tak ada sekarang di rumah ini. Reva pun memutuskan untuk pulang saja. Berharap agar Agam segera pulang dan bertemu dengannya. Wanita itu berjalan lunglai menuju ke mobil. Hati Reva sangatlah merasa sendirian kalau tak ada Agam di sampingnya.     

***     

Setelah dari rumah Reva, lalu Saga menuju ke tempat Joseph dikurung. Terlihat pria itu dalam keadaan yang memprihatinkan. Saga hanya memberikannya makanan sedikit saja.     

Melihat kedatangan Saga kemari, membuat Joseph langsung tak suka. Pria itu menatap lawannya dengan tatapan tajam. Saga hanya menanggapinya dengan santai dan menganggap Joseph sebagai orang yang lemah dan tak perlu ditakuti. Mereka berdua bertatapan satu sama lain dengan pandangan tajam.     

"Mau apa kau kemari hah?!" bentak Joseph masih dengan tangan dan kaki yang terikat.     

"Hanya ingin melihat kondisimu saja. Ternyata sama seperti sebelumnya," ledek Saga. Ia merasa senang melihat Joseph seperti ini.     

Saga tak akan membiarkan Joseph lari dari tempat ini. Wilayah sekitar sini sudah dijaga oleh beberapa anak buahnya. Anton pun sering berkunjung ke sini untuk melihat keadaan Joseph.     

Saga berjongkok tepat di hadapan Joseph. Ia melihat lawannya itu tampak tajam memandang. Namun, Saga tak merasa takut sama sekali.     

"Awas kau, Saga! Aku akan balas semua perbuatanmu. Lihat saja nanti!" gertak Joseph.     

Joseph berniat akan kabur dari sini dengan segala cara. Ia pasti bisa meloloskan diri dari sini dan akan membalas perbuatan Saga. Teman lamanya itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal karena sudah berani mengurungnya di tempat gelap seperti ini.     

"Jadi, kau berani menggertakku, Jo? Berani sekali kau?" ucap Saga yang tak terima mendapat gertakan dari Joseph. Pria itu ingin sekali menghajarnya, tapi ia tahan.     

"Aku bersumpah, akan membalas perlakuanmu ini. Lihat saja nanti." Joseph tersenyum meremehkan Saga. Rupanya, pria itu mulai terpancing emosi, membuat Saga mendekat lagi.     

"Jangan pernah kau berani untuk membuat keluargaku bersedih. Apabila kau mencoba untuk mengusik sedikit saja, aku tak akan pernah tinggal diam!" ucap Saga yang menatap tajam ke arah Joseph.     

Sepertinya Joseph melawan perkataan-perkataan dari Saga. Pria itu sama sekali tak mau diam dan terus mengoceh. Hingga Saga merasa geram sendiri. Namun, ia tak ingin lagi terpancing emosi.     

Pria itu melihat jam yang tengah melingkar di tangan kiri. Hampir menunjukkan jam dua siang. Maka dari itu, Saga akan kembali ke kantor lagi sampai sore hari tiba. Namun, sebelum pergi dari sini, ia akan bicara sebentar dengan Joseph.     

"Aku merasa kasihan sekali denganmu, Jo. Kau tak pernah merasakan dicintai oleh seorang wanita, bahkan dengan Reva sekali pun. Wanita yang selalu kau kejar-kejar."     

"Kurang ajar kau! Berani sekali kau berucap seperti itu di depanku!"     

Joseph telah terpancing emosi. Andai saja kedua tangan dan kakinya tidak dalam posisi terikat seperti ini, mungkin saja sekarang ia sudah memberi Sags pelajaran. Namun, sekarang tangan dan kakinya terikat dengan kuat.     

"Jelas saja aku berani mengucapkan hal itu di depanmu. Apa yang mesti aku takutkan hah? Tak ada, Jo!"     

Joseph berjanji, akan membalas perlakuan Saga yang telah mengejeknya. Ia tak terima sama sekali, kalau nama Reva dibawa-bawa dalam masalah ini. Apalagi, saat Saga mengatakan bahwa Reva tak bisa mencintainya sama sekali.     

Namun, sepersekian detik, Joseph tertawa-tawa sendiri. Membuat Saga merasa heran dengan pria yang berada di depannya sekarang.     

"Apakah kau sudah tak waras? Tertawa nyaring seperti ini?" tanya Saga pada Joseph.     

"Aku sedang menertawakan dirimu. Kau lebih kasihan daripada aku. Kau sudah kehilangan anak sebelum bisa melihatnya ke dunia ini."     

Bugh!     

Satu tamparan keras Saga berikan pada Joseph. Hatinya merasa sangat terbakar karena ucapan pria itu. Ia sama sekali tak bisa menerima hal ini. Sedangkan Joseph terus tertawa terbahak-bahak.     

Luka di sudut bibir Joseph mulai merembes perlahan. Namun, pria itu tak peduli sama sekali dengan rasa sakit ini. Ia terlihat sibuk terus menertawakan Saga.     

"Kenapa kau menamparku? Apakah ucapanku benar, hm?"     

"Kurang ajar kau! Aku akan membalasmu lebih dari ini," ujar Saga.     

"Ayo, balaslah aku sesuka hatimu. Mumpung aku masih dalam keadaan terikat seperti ini."     

Ingin rasanya Saga menghabisi nyawa Joseph sekarang juga. Namun, ia tak akan mungkin melakukan itu karena akan terjerat ke dalam hukum.     

'Kalau aku menghabisinya sekarang juga, ini akan jadi masalah besar.'     

"Dasar pria gila! Kau tak akan pernah kulepaskan dari tempat ini. Kau akan terus mendekam di sini."     

Saga merasa sangat emosi sekarang. Karena itu, ia pun memilih ke luar saja dari tempat ini. Membiarkan Joseph bersama dengan anak buahnya yang lain. Lebih baik Saga pulang ke rumah bertemu dengan anak dan istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.