Arrogant Husband

Jangan Saling Diam Begini



Jangan Saling Diam Begini

0Agam sudah kembali ke rumah, setelah betul-betul memastikan kondisinya pulih. Semua biaya rumah sakit pun telah ditanggung oleh Saga. Pria itu sangat berterima kasih padanya karena telah membantu masalah biaya.     
0

"Kau pria yang baik, Ga. Terima kasih banyak atas bantuanmu." Agam menepuk pundak Saga berkali-kali.     

"Sama-sama, Gam. Aku senang bisa membantu dirimu."     

Kedua pria itu terlihat saling melempar senyuman. Mereka mulai berteman baik satu sama lain. Sebentar lagi, Saga akan pulang ke rumah. Namun, sepertinya Agam ingin mengajaknya mampir ke rumah sebentar.     

"Masuklah dulu ke rumahku, Ga. Kita bisa bicara tentang banyak hal."     

Akhirnya, Saga menurut. Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Agam mempersilakannya masuk dengan ramah. Agam langsung menuju ke dapur untuk membuatkan minuman.     

Saga mengedarkan pandangan, melihat ke sekeliling rumah Agam. Rumah ini terlihat sangat biasa saja. Mungkin, Agam juga tinggal sendirian di rumah ini. Tak ada penghuni yang lain, hanya pria itu saja.     

Tak berselang lama, muncullah Agam dari dapur sambil membawa segelas minuman. Pria itu meletakkan gelas berisikan teh ke hadapan Saga.     

"Ya ampun. Harusnya kau tak usah repot-repot begini," ucap Saga.     

"Aku sama sekali tak merasa direpotkan olehmu. Santai saja."     

Saga berterima kasih dan meraih gelas itu. Diminumnya sedikit isinya, lalu meletakkan gelas itu kembali ke atas meja. Kedua pria itu lantas terlihat bicara satu sama lain.     

Dalam hati, Agam ingin menanyakan soal Reva pada Saga. Namun, rasanya sungkan sekali. Ia merasa rindu pada sang kekasih. Apa kabar wanita itu sekarang setelah berapa lama tak bertemu.     

Kemudian, Saga menatap wajah Agam yang mendadak murung. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu. Saga ingin tahu apa yang telah membuat pikiran Agam jadi tak karuan.     

"Agam, kau kenapa? Apa yang tengah mengganggu pikiranmu?" tanya Saga.     

"Hm, tak ada. Aku tak memikirkan apa pun."     

"Jujurlah padaku. Siapa tahu, aku bisa membantumu."     

"Ah, aku tak enak kalau harus minta tolong padamu terus, Ga. Aku tak enak."     

"Tak apa-apa, Gam. Jujurlah padaku."     

Agam pun bicara jujur pada Saga, bahwa sekarang dirinya tengah merasa rindu pada Reva. Ia ingin tahu tentang kabar dari sang kekasih.     

"Reva baik-baik saja. Dia pasti ada di rumahnya sekarang."     

"Bisakah kau mengantarku menuju ke rumah Reva?"     

"Tentu saja bisa. Mari kuantar kau."     

Kedua pria itu menuju ke luar dari rumah. Kemudian, Agam masuk ke dalam mobil Saga. Saga duduk di kursi kemudi dan lekas melajukan mobilnya menuju ke rumah Reva.     

'Ternyata kau mencintai Reva.'     

***     

Saga sudah sampai di halaman rumah Reva. Kedua pria itu lekas ke luar dari dalam mobil. Agam memandang takjub ke arah rumah besar di depannya. Ia tak menyangka sama sekali, bahwa Reva memiliki rumah sebesar ini.     

"I–ini rumah Reva?" tanya Agam tak percaya.     

"Iya, ini rumah Reva."     

Kemudian, Saga mengetuk-ngetuk pintu rumah Reva sampai wanita itu ke luar dari dalam. Ia ingin mempertemukan Agam dengannya. Pria di sebelahnya tampak tak sabar lagi ingin bertemu dengan Reva.     

Beberapa menit kemudian, keluarlah Reva dari dalam. Wanita itu terlihat cantik sembari menatap seorang pria di sebelah Saga. Ia terkejut bukan main karena bertemu dengan Agam.     

"Agam?"     

"Reva ...."     

Dua sejoli itu berpelukan satu sama lain. Mereka tak menghiraukan kehadiran Saga sama sekali. Hingga pria itu hanya bisa diam saja sambil menyaksikan sepasang kekasih sedang berpeluk mesra.     

Saga sengaja terbatuk-batuk saat dirinya tak dihiraukan oleh mereka. Agam pun langsung melepaskan pelukannya pada Reva. Sedangkan, wanita itu mengarak mereka berdua untuk masuk ke dalam.     

Reva mempersilakan Agam dan Saga duduk. Saat ia hendak menuju ke dapur, Saga melarangnya untuk membuatkan minuman.     

"Saga, kenapa Agam bisa bersama denganmu? Jelaskan padaku."     

Agam menjelaskan semuanya pada Reva. Sejak awal, ia dihajar oleh anak buah Joseph sampai babak belur. Setelah itu, ia dikurung di sebuah tempat yang nuansanya gelap. Beruntung, anak buah Saga menemukannya dan langsung membawa ke rumah sakit.     

"Aku sangat berterima kasih sekali pada Saga," ucap Agam. "Karena dia, aku tak kenapa-kenapa."     

"Hmm, terima kasih banyak, Ga. Karena sudah menolong kekasihku."     

"Ya, sama-sama."     

Agam dan Reva saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama. Lagi-lagi, Saga bagaikan obat nyamuk. Tak dihiraukan sama sekali oleh mereka berdua. Dua sejoli itu asyik bicara. Namun, Saga tak mempermasalahkan hal itu.     

Saga hendak pulang ke rumah dan meninggalkan sepasang kekasih ini. Ia pun berdiri dan pamitan pada Reva.     

"Va, aku ingin pulang, takut kalau Alisa khawatir padaku."     

Reva terlihat gugup, karena dirinya akan berduaan saja bersama dengan Agam di rumah sebesar ini "Ba–baiklah kalau begitu. Kau hati-hati di jalan."     

Agam dan Reva mengantar Saga menuju ke depan. Mereka berdua melambaikan tangan ke arah Saga. Setelah pria itu duduk di kursi kemudi, maka ia pun segera menjauh dari halaman rumah Reva.     

Kini, yang tersisa di rumah sebesar ini hanya Reva dan Agam. Mereka berdua terlihat sama-sama salah tingkah. Pria itu tak tahu harus berbuat apa sekarang, begitupun dengan Reva. Wanita itu lantas mengajak Agam masuk kembali.     

Agam merasa debaran jantungnya berdetak semakin kencang saat berduaan seperti ini dengan Reva. Pria itu harus berbuat apa untuk menetralkan debaran yang makin menggila. Saat bertatapan dengan sang kekasih, Agam hanya bisa mengembuskan napas panjang.     

Saat ini, Reva dan Agam duduk bersebelahan. Mereka tak saling mengeluarkan suara satu sama lain. Sesekali Reva melirik sang kekasih yang ada di samping tanpa sepengetahuan dari Agam.     

'Kenapa rasanya jadi seperti ini? Bukankah aku dan Agam dulu pernah berduaan saja di rumah?'     

Reva tahu, Agam tak akan berbuat macam-macam dengannya. Itu semua terbukti, sewaktu ia tinggal berdua di rumah Agam. Pria itu sama sekali tak mau tidur sekamar dengannya dan memilih untuk mengistirahatkan tubuh di ruang tamu.     

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Agam yang menangkap mata Reva sedang menatapnya. Reva akhirnya tertangkap basah karena terus memperhatikan sang kekasih.     

"A–aku tak menatapmu kok ...."     

"Ah, masa sih? Aku tak percaya. Buktinya tadi kau sedang menatapku cukup lama."     

Entah kenapa, saat ini Reva merasa agak sedikit malu. Namun, dalam hatinya ia sungguh merasa rindu pada pria di sampingnya saat ini. Agam pun merasakan hal yang sama dengan Reva.     

'Aku sangat merindukanmu, Va. Tapi, entah kenapa rasanya jadi malu seperti ini.'     

Mereka hanya bisa mencuri pandang saat ada yang lengah di antara mereka. Baik Reva maupun Agam masih merasa malu. Keduanya tetap diam, tak mengeluarkan suara lagi.     

"Va?" panggil Agam akhirnya.     

"Iya?"     

"Jangan saling diam begini ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.