Arrogant Husband

Rahasia Terbongkar



Rahasia Terbongkar

0Tok! Tok!     
0

Saat Alisa sedang makan, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar. Beberapa suapan lagi, nasi di piringnya akan habis. Alisa pun segera melangkah menuju pintu.     

"Ada apa?" tanya Alisa setelah pintu dibuka.     

"Ada Nona Reva di bawah. Dia ingin bertemu dengan Nyonya."     

Kedatangan Reva yang mendadak ke rumah, membuat Alisa terlihat panik. Wanita itu tak boleh melihat anaknya di sini, apalagi sampai naik ke atas kamar.     

"Ba–baiklah. Aku akan segera ke bawah. Suruh dia untuk menunggu sebentar," ucap Alisa.     

Setelah itu, sang pelayan pun turun ke bawah dan akan mengabarkan bahwa Alisa akan segera turun. Alisa menutup kembali pintu kamarnya dan segera menghampiri sang anak. Ia berharap, agar Lisa tak menangis kencang.     

"Nak, nanti jangan nangis, ya."     

Walaupun saat ini, Lisa masih tidur dengan nyenyak, tapi Alisa takut kalau sewaktu-waktu bayi itu akan merengek. Ia berharap, semoga saja Reva segera pulang dari sini setelah mereka bertemu. Tanpa membuang waktu lagi, Alisa pun segera turun ke bawah.     

Ia turuni anak tangga dengan berjalan cepat agar sampai di bawah. Terlihat sosok wanita itu sedang duduk di ruang tamu. Reva terlihat sangat cantik dengan mengenakan dress mini berwarna putih. Mereka berdua pun saling tegur sapa.     

"Reva?"     

"Hmm, Alisa ...."     

"Ada apa kau kemari?" tanya Alisa.     

"Aku hanya ingin di sini saja dan bicara denganmu. Bisa kan? Kau tak sibuk kan?"     

"Ti–tidak ... aku tak sibuk sama sekali."     

Dua wanita itu saling bertatapan. Mereka saling mengobrol satu sama lain. Reva terlihat sangat enjoy dengan pembicaraannya. Sementara itu, Alisa sungguh gugup dan merasa takut kalau bayi perempuannya akan bangun dan merengek kencang.     

"Oh, ya, Saga sudah berangkat ke kantor kan jam segini?"     

"Iya sudah."     

"Alisa, kenapa wajahmu terlihat tegang? Tak seperti biasanya yang selalu santai. Ada apa memangnya?" Reva merasa curiga pada Alisa.     

"Oh, tidak ada apa-apa. Aku santai kok ini."     

Lantas, Reva tak percaya dengan ucapan Alisa. Seolah-olah ada yang dirahasiakan olehnya. Namun, rahasia apa itu? Ia juga meminta pada Alisa untuk berkata dengan jujur, kalau ada suatu masalah yang terjadi. Akan tetapi, sepertinya wanita itu tak mau buka suara.     

"Sungguh, kau tak apa-apa?"     

"Iya, Va. Aku sungguh tak apa-apa. Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku."     

Reva mengangguk. Lantas, ia pun terlihat bicara dengan santai lagi. Namun, Alisa sepertinya tak fokus dengan pembicaraan ini. Tak biasanya istri Saga itu seperti ini.     

'Aku yakin, pasti ada yang Alisa sembunyikan. Tapi apa, ya?'     

Reva masih menebak-nebak apa yang disembunyikan oleh Alisa. Ia harus tahu sesuatu. Meskipun mereka berdua sudah berteman, tapi tetap saja Reva merasa ingin tahu lebih dalam lagi.     

"Oh, ya, sampai sekarang pun, aku masih belum bertemu dengan kekasihku," ujar Reva. Wanita itu lantas bersedih karena tak bisa bertemu dengan Agam. Sudah beberapa hari ini, pria itu tak bisa diajak berkomunikasi.     

"Aku takut, Joseph telah melakukan sesuatu pada Agam."     

Reva kemudian menitikkan air matanya. Alisa pun langsung mendekat dan merangkul wanita itu sembari menenangkan.     

"Kita berdoa saja, ya, semoga kekasihmu itu tak terjadi apa-apa dan kalian berdua lekas bertemu."     

"Amin. Aku berharap itu akan terjadi. Aku sangat merindukannya, Sa."     

Reva sangat merindukan Agam. Entah di mana rimbanya sang kekasih sampai detik ini. Masih belum ada kabar juga. Hatinya merasa gundah tak terkira.     

Ternyata ucapan Reva memang benar. Wanita itu tak mengganggu rumah tangganya lagi bersama dengan Saga. Reva sudah merasa bahagia dan nyaman bersama dengan Agam.     

"Terima kasih, ya, karena kau tak mengganggu hubungan rumah tanggaku bersama Saga lagi." Alisa menatap Reva dengan pandangan intens. Ia tak menyangka, bahwa wanita itu bisa secepat ini melepaskan Saga.     

"Iya, Sa. Ini semua berkat Agam. Dialah yang membuatku jatuh cinta. Pria itu sangat baik dan sederhana. Aku mencintainya."     

Oeekk! Oeekk!     

Di sela-sela pembicaraan Alisa dan Reva, tiba-tiba saja terdengar suara rengekan bayi. Alisa membisu seketika. Sedangkan, wanita yang ada di sebelahnya mulai mencari sumber suara.     

"Ada suara bayi? Di mana itu? Alisa, kau mendengar itu kan?" tanya Reva. Namun, Alisa tak menjawab apa-apa. Ia merasa takut untuk berkata jujur.     

Makin lama, suara bayinya semakin keras. Alisa jadi tak tega harus meninggalkan bayinya sendirian di dalam kamar. Secepat kilat, ia pun naik ke kamar. Reva yang melihat wanita itu berlari, kini merasa penasaran.     

"Apa yang telah terjadi? Kenapa aku mendengar suara bayi di sini?"     

Untuk menghilangkan rasa penasarannya, akhirnya Reva pun memilih untuk menghampiri Alisa ke dalam kamar. Ia ingin melihat langsung apa yang telah terjadi. Kenapa suara bayi ada di sini, sedangkan Alisa tak mempunyai seorang bayi.     

Reva menaiki anak tangga dengan perlahan. Dan, tibalah ia di depan pintu kamar Alisa. Ingin rasanya ia membuka pintu itu, tapi kesannya kurang hormat pada tuan rumah.     

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Reva pada diri sendiri. Sampai saat ini, ia masih merasa penasaran. Sedangkan suara bayi makin lama, terdengar semakin nyaring di dalam.     

"Apa jangan-jangan, memang ada bayi di dalam sana?"     

Akhirnya, Reva memutuskan untuk membuka pintu itu dengan perlahan. Rasa penasaran ini mengalahkan segalanya. Terdengar bunyi 'klik' dan pintu pun terbuka.     

Alisa menatap ke arahnya dengan pandangan terkejut sambil menggendong seorang bayi. Reva pun tak kalah terkejutnya.     

"Re–Reva ... kenapa kau ada di sini?"     

"Maafkan aku Alisa. Aku hanya merasa penasaran saja karena ada suara bayi di rumah ini."     

"Pergi dari kamar ini!" teriak Alisa. "Pergi!"     

Reva tak menyangka dengan respons Alisa. Wanita itu terlihat marah padanya. Padahal ia sama sekali tak melakukan apa pun.     

"Aku tak ingin mempertemukanmu dengan anakku. Kau pasti ingin mengambilnya lagi dariku, iya kan?" Dengan sorot mata tajam, Alisa membuka kedua matanya lebar menatap Reva yang masih terpaku di tempat.     

"Alisa, apa maksudmu?"     

"Aku tak ingin melihat kau ada di sini lagi! Bisa-bisa kau ingin membunuh anakku lagi untuk yang kedua kalinya!"     

Reva merasa bersalah pada Alisa. Karena rencananya itu, Joseph dengan nekat memberikan racun pada Alisa. Hingga menyebabkan wanita itu mengalami keguguran.     

"Aku minta kau pergi dari sini!" Alisa menangis deras sambil menenangkan Lisa dalam pelukannya.     

Alisa begitu takut, kalau anaknya akan diambil lagi oleh Reva. "Nanti kau akan meracuniku lagi sama seperti dulu. Lebih baik kau pergi dari sini dan jangan datang lagi! Biarkan aku, Saga, dan anakku merasa bahagia."     

"Alisa, aku sudah berubah dan tak seperti dulu lagi. Percayalah padaku," ucap Reva.     

"Tidak, tidak! Kau tidak bisa dipercaya sama sekali. Kau pasti akan merebut anakku lagi."     

Alisa tak bisa menyembunyikan sang anak lagi, karena sekarang rahasianya sudah terbuka. Ia takut, setelah ini Reva akan mengambil anaknya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.